Jumat, 30 Januari 2015

Yang Muda Yang Berkarya


Yang Muda Yang Berkarya
Pelanggan, menunggu giliran, Foto (Eska Seran)


Anak muda biasanya mendapat stereotype / stigma, pemuda deker ( karena biasa nongkrong di deker), sering tawuran, kebut – kebutan, keluyuran, minum mabuk, dugem, perkelahian antar geng dan aneka stigma negative lainnya. Walau ada anak juga yang baik – baik. Demikian halnya dengan pemuda / pelajar yang satu ini. Namanya, Yohanes Ola Naif (17 tahun). Baginya. masa muda harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk kegiatan yang berguna. “ Sebelum – sebelumnya, ketika pulang sekolah, aku hanya di rumah atau membantu orang tua” ungkapnya singkat. Ungkapan Jhon ini, demikian ia biasa disapa, dapat dibuktikannya.
Saat ini, mulai pukul 17.00 WITA, usai jam sekolah, Jhon yang kini tercatat sebagai salah satu siswa kelas VIII SMA PGRI Kupang Provinsi NTT, harus merelakan waktu senggangnya untuk membantu orang tua guna menambah penghasilan keluarga dengan bekerja sebagai ‘Tukang gunting rambut’ pada sebuah usaha pangkas rambut “ DC “ di jalan H.R. Koroh kelurahan Sikumana Kota Kupang. Usaha pangkas rarmbut ini merupakan milik seorang saudaranya, Roy Tua Laka, yang kini masih berstatus sebagai mahasiswa Universitas Katolik Widyamandira Kupang.
Dalam perbincangan dengan penulis beberapa waktu lalu, Jhon, yang lahir di Kupang tanggal 28 Juli 1997, buah kasih dari pasangan suami istri Niko Naif dan ( Alma) Maria Barek Talar ini menuturkan, bahwa sebelum bekerja di sini, pernah selama tiga bulan bekerja pada salon ‘ Rio Manunggal ‘ yang berada di bilangan Oebobo Kota Kupang, dengan tugas yang sama yaitu tukang gunting rambut khususnya laki – laki. “ Saya ditawari bekerja pun karena kebetulan semata ” tutur Jhon yang sehari – hari berdomisili di jalan Komodo No. 31 kelurahan Airnona – Kupang. Lanjutnya, suatu ketika aku menggunting rambut salah satu temanku dan sempat dilihat oleh pemilik salon Rio Manunggal dan langsung ditawari untuk bekerja di salonnya.
khirnya kuterima tawarannya dengan diberikan upah sebesar 40 persen sebulan yang rata – rata diterima Rp. 700.000. Sedangkan saat ini saya menerima upah sebesar 50 persen yang rata – rata diterima Rp. 1.000.000. per bulan. “Uang itu dipakai untuk membiayai sekolah, membantu orang tua, untuk kebutuhan sekolah yang lain dan sisanya ditabung “ ungkap Jhon dengan bangga.
Baginya, bekerja harus dilakukan secara serius dan fokus, sehingga hasilnya memuaskan. Dalam melaksanakan tugas ini, rata – rata setiap sore, Jhon dapat menggunting 20 ‘kepala’, yang pelanggannya dari berbagai kalangan usia, baik anak – anak, remaja dan orang tua. Dan Jhon telah bekerja selama tiga bulan.
Salah seorang pelanggan yang sempat ditemui, Vito Pandie (12 thn), mengungkapkan, tertarik menggunakan jasa Jhon karena hasil guntingnya bagus dan biayanya sangat terjangkau yaitu Rp. 10.000 per kepala. Lebih jauh menurut Vito yang adalah siswa kelas I SMPN 3 Kupang, “Daripada di tempat lain yang hasilnya sama bagus tetapi biayanya lebih mahal?”, tuturnya retoris.
Yohanes Ola Naif, foto ( Eska Seran)
Yohanes Ola Naif, foto ( Eska Seran)
Ketika ditanya, apa cita – citanya, Jhon yang adalah anak seorang tukang kayu / batu ini mengungkapkan, ingin mau jadi Polisi lalulintas, karena tertarik untuk dapat mengatur lalulintas supaya lebih tertib dan lancar. “ Termasuk mengatur anak – anak muda yang suka kebut – kebutan di jalanan ” katanya dengan percaya diri.
Yah….cita – citanya ini boleh dikatakan masih jauh di awang – awang, tetapi pada sisi yang lain, bagi pribadi seorang Jhon dapat membuktikan bahwa masa remaja dapat dimanfaatkan untuk kegiatan – kegiatan yang positip, sehingga mampu menempah diri menjadi pribadi yang barkarakter. Jhon, yang adalah anak tunggal, merelakan masa remajanya untuk tidak bersenang – senang atau hura – hura dengan teman seusianya. Di waktu luang, usia jam sekolah, mulai jam 17.00 – 21.00. WITA, ia berkutat dengan tugas rutinnya sebagai tukang gunting rambut. Ia laksanakan dengan suka cita, penuh rasa gembira tanpa harus terbebani. Seperti yang penulis saksikan, ketika yang datang menggunakan jasanya adalah anak – anak seusianya, maka suasana ceria terpancar dari ruangan sederhana yang berukuran kira – kira 2 X 2 meter ini.
Pada titik inilah, si Jhon dapat memetik nilai ganda / lebih dari usaha pangkas rambut yang dipelajarinya secara autodidak. Jhon dapat meningkatkan kemampuan / keahlian tukang gunting rambut, pada sisi lain tentu mendapat tambahan uang untuk membiayai sekolah dan membantu orang tuanya. Jhon pun berjanji akan tetap menekuni usaha ini.
Demikian sepercik ceritra tentang Jhon, si anak yatim, mudah – mudahan menjadi inspirasi bagi anak muda yang lain untuk berkaca kepadanya. Walau usahanya begitu sederhana, tetapi dapat bermakna bagi pribadi dan orang tuanya. Dan …… semoga dengan usaha kecil yang telah dirintis ini dapat memicu dan memacu motivasi dan semangat untuk terus menekuni dunia bangku sekolah guna meraih mimpi yang dicita-citakan sehingga menjadi pribadi yang unggul dalam tantangan dunia yang semakin kompetitif. 
Semoga! ***** ( Eska Seran )

Tidak ada komentar: