Selasa, 20 Januari 2015

NARKOBA PREDATOR PENDIDIKAN


NARKOBA PREDATOR PENDIDIKAN


Kampanye anti narkoba tak boleh berhenti dan juga tak boleh bersifat musiman: gencar ketika ada korban baru dan bandar baru yang tertangkap basah, atau menggebu ketika menyambut peringatan Hari Anti Narkoba.  Dunia pendidikan harus memandang narkoba sebagai common enemy  yang bersifat abadi bagi siapa saja yang menjadi pelaku, pengguna, peserta, maupun stakeholder pendidikan. Jangan sampai memberi kesempatan narkoba masuk ke dalam wilayah satuan pendidikan di berbagai jenjang secara leluasa sehingga akhirnya akan menjadi predator terhadap berbagai program yang sedang dan akan dilaksanakan. Kalau kita bersikap demikian tentu tidak berarti mengada-ada dan mendramatisir sebuah fenomona maupun gaya hidup yang sesat, dari para pemakai maupun pengedar narkoba. Betapa bahayanya narkoba bagi para siswa kita harus selalu kita bisikkan secara pedagogis kepada para siswa kita tanpa putus asa dan tanpa mengenal lelah. Mengapa begitu? Karena Narkoba tidak mengenal lapisan masyarakat manapun yang akan menjadi korbannya. Keluarga orang kaya raya, berada, tidak berada, miskin, terhormat, dan keluarga biasa-biasa saja yang hidupnya pas-pasan-pun bisa jadi korban narkoba manakala mereka tidak memiliki ketahanan diri untuk menolaknya.

Menurut data yang dilansir oleh Lembaga PBB-UN Office on Drugs and Crime (UNODC) saat ini tiap hari ada paling tidak 40 orang meninggal sia-sia karena narkoba. Oleh karena itu tidak ada salahnya kalau semua sekolah memiliki program anti narkoba, betapapun sederhana dalam agenda aksinya. Jika semua sekolah memiliki program anti narkoba, berati kita akan bisa menyelamatkan korban potensial yang ada di lingkungan sekolah kita. Pertolongan dan perlindungan kepada para siswa agar tidak terjerumus ke pengguna atau pengedar narkoba sangat penting karena siapa saja yang berhubungan dengan narkoba peluang menemui ajal sangat besar baik itu akibat dari ketergantungan yang mengarah pada overdosis, maupun harus menjalani hukuman tembak mati karena putusan pidana. Dunia pendidikan tidak bisa membiarkan para siswa kita mengalami nasib yng tragis seperti itu. Tindakan preventif edukatif sangat diperlukan di sekolah kita masing-masing.
Paling mudah yang bisa dilakukan sekolah adalah menegakkan disiplin, melarang anak-anak merokok, membiasakan pola hidup sehat, mebudayakan komunikasi dua arah secara terbuka antar sesama siswa dengan siswa, maupun siswa dengan para guru dan kepala sekolah. Hidup disiplin merupakan modal awal bagi terbentuknya ketahanan diri siswa dalam menyikapi berbagai tawaran gaya hidup yang tidak sesuai dengan peradaban dan kriteria moral yang mulia. Kalau saja anak-anak kita memiliki ketahanan diri dalam menentukan pilihan moral, akhirnya dengan mudah anak-anak kita untuk mengatakan tidak pada setiap tawaran agar mencoba menggunakan narkoba dalam kehidupannya.
Sekolah juga harus waspada terhadap anak-anak kita yang sudah memulai merokok di usia yang belia. Saat ini ada kecenderungan anak-anak kita sudah mengenal kebiasaan merokok pada usia yang semakin dini. Anak-anak kelas empat SD sudah ada yang memiliki kebiasaan merokok. Kebiasaan merokok bagi siswa memiliki tingkat kerentanan yang tinggi untuk naik ke kelas yang lebih beresiko ke pemakaian narkoba. Mengapa begitu? Karena pada kenyataanya 98% pecandu narkoba adalah juga perokok. Jadi rokok merupakan jalan masuk yang beresiko tinggi ke dunia narkoba bagi anak-anak kita. Oleh karena itu harus kita waspadai.
Membiasakan para siswa untuk memiliki pola hidup sehat merupakan salah satu cara yang baik bagi sekolah untuk melindungi anak-anak dari sentuhan narkoba. Oleh karena itu pengetahuan sederhana mengenai bahaya narkoba perlu disampaikan kepada para siswa secara baik. Kesehatan merupakan barang yang tak ternilai harganya bagi setiap siswa. Anak-anak harus mampu menjaga kesehatan dengan baik agar mereka bisa menjadi orang yang memiliki produktivitas yang tinggi. Dengan demikian akhirnya mereka juga bisa menjadi asset penting bagi negara. Sebaliknya pola hidup yang tidak sehat bisa mengarah pada rendahnya kegunaan diri mereka bagi keluarga, masyarakat, maupun keluarga. Akhirnya mereka menjadi beban bagi masyarakat maupun keluarganya.
Membangun komunikasi terbuka dua arah dan bahkan multi arah pada komunitas sekolah sangat penting bagi pertumbuhan social skills  anak-anak kita. Para siswa yang memiliki social skills  yang baik akan bisa berkembang menjadi insan yang terbuka, demokratis, partisipatif, dan dengan demikian akan memiliki sikap positif  dalam tata pergaulan. Anak-anak yang demikian akan memiliki kecenderungan untuk berbagi dalam banyak hal. Sikap seperti ini akan menjadi modal penting untuk tumbuhnya ketahanan diri manakala mereka harus menghadapi banyak pilihan yang beresiko bagi dirinya. Sebaliknya anak-anak yang tidak memiliki social skills yang baik akan cenderung menghadapi apa saja dalam kesendirian, dan dengan demikian tidak pernah mendapatkan umpan balik dari komunitasnya. Anak-anak seperti ini akan memutuskan sesuatu dalam kondisi kesendirian dengan serba kekurangan informasi.  Dalam kondisi seperti ini kalau tidak beruntung akan menghasilkan sebuah keputusan yang bisa jadi sungguh beresiko bagi dirinya. Maka dari itu sekolah perlu membangun sistem komunikasi sosial yang baik dalam kesehariannya agar para siswa memiliki social skills  yang baik dalam menghadapi tawaran fihak lain untuk mencoba narkoba.
Semua upaya yang dibicarakan di atas harus juga dilakukan oleh orangtua dalam lingkup keluarga. Hal ini perlu dilakukan oleh orangtua agar ada konsistensi nilai (values) antara pendidikan formal di sekolah dan pendidikan informal di lingkup keluarga. Orangtua harus tidak bosan untuk mengajak anak memiliki pola hidup disiplin dan sehat, menjauhi rokok, berkomunikasi secara terbuka sebagaimana yang dilakukan oleh komunitas sekolah. Hal ini sangat penting untuk dilakukan agar perkembangan social skills anak-anak kita lebih optimal. Ini semua harus dilakukan oleh keluarga karena fakta menunjukkan, terhadap anak-anak yang memiliki persoalan dengan narkoba,  orangtua mereka pada umumnya merupakan orang yang paling akhir mengetahuinya setelah diberitahu oleh fihak lain atau bahkan oleh polisi.
Ditulis oleh Prof. Suyanto, Ph.D

Tidak ada komentar: