Guru Teladan Sesunggunya guru adalah seorang desainer masa depan generasi remaja, anak bangsa. Melalui sentuhannya, masa depan generasi remaja penerus
Guru Teladan
Sesungguhnya guru adalah seorang desainer masa depan generasi remaja, anak bangsa. Melalui sentuhannya, masa depan generasi remaja penerus peradaban bangsa banyak ditentukan. Kesalahan perlakuan dan pemberian teladan bisa berdampak fatal terhadap perkembangan anak-anak remaja yang tidak hanya tampak seketika itu saja, melainkan nanti di kemudian hari.
Karena itu, tugas guru teladan tidaklah mudah. Sebagaimana yang diungkapkan Ki Hajar Dewantoro, tokoh pendidikan nasional, tugas guru teladan adalah ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangunkarso, tut wuri handayani. Melalui pemberian teladan, kerja keras dan motivasi kepada peserta pendidik, keberadaan seorang guru teladan sangat diperlukan dalam rangka membawa manusia remaja dengan bekal ilmu pengetahuan serta kepribadian yang luhur sehingga akan tercetak manusia cerdas dan baik.
Sesungguhnya guru adalah seorang desainer masa depan generasi remaja, anak bangsa. Melalui sentuhannya, masa depan generasi remaja penerus peradaban bangsa banyak ditentukan. Kesalahan perlakuan dan pemberian teladan bisa berdampak fatal terhadap perkembangan anak-anak remaja yang tidak hanya tampak seketika itu saja, melainkan nanti di kemudian hari.
Karena itu, tugas guru teladan tidaklah mudah. Sebagaimana yang diungkapkan Ki Hajar Dewantoro, tokoh pendidikan nasional, tugas guru teladan adalah ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangunkarso, tut wuri handayani. Melalui pemberian teladan, kerja keras dan motivasi kepada peserta pendidik, keberadaan seorang guru teladan sangat diperlukan dalam rangka membawa manusia remaja dengan bekal ilmu pengetahuan serta kepribadian yang luhur sehingga akan tercetak manusia cerdas dan baik.
Namun demikian yang terjadi di lapangan, dalam proses rekruitmen guru masih sangat longgar. Terlebih dalam lembaga nonformal semacam Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ). Posisi guru seolah-olah bisa diisi oleh siapapun asal orang tersebut bisa membaca Al-Quran, tanpa melihat bagaimana kualifikasi dan kompetensi yang dimilikinya. Dalam bahasan sederhananya, “Yang penting ada guru” atau “Yang penting ada orang yang bisa mengaji dan mau mengajar ngaji”
Memasuki era teknologi yang terus berkembang, tantangan hidup semakin dinamis dan kompleks. Bermunculannya kenakalan siswa-siswi dengan berbagai bentuk, kemudian dinilai masyarakat karena sebagian dari kurang mampunya guru dalam mentransformasikan nilai-nilai etika dan belum bisa membentuk karakter siswa-siswi. Belum lagi kritikan yang ditujukan kepada guru pendidikan agama dalam membentuk akhlak siswa-siswi yang masih lemah dan belum bisa mentransformasikan nilai-nilai ajaran islam.
Semua ini mengharuskan adanya perubahan yang mendasar dalam proses pendidikan dan pembelajaran bagi anak didik yang tentunya juga mengandung keharusan terhadap peningkatan kualitas dan kompetensi yang dimiliki guru. Salah satunya adalah kompetensi pedagogi (membina siswa-siswi)..Kisah Perjalanan Hidup
Semua ini mengharuskan adanya perubahan yang mendasar dalam proses pendidikan dan pembelajaran bagi anak didik yang tentunya juga mengandung keharusan terhadap peningkatan kualitas dan kompetensi yang dimiliki guru. Salah satunya adalah kompetensi pedagogi (membina siswa-siswi)..Kisah Perjalanan Hidup
Kompetensi inilah yang menjadi khas seorang guru teladan, yang membedakan guru dengan profesi lainnya. Yaitu, seperangkat kemampuan dan ketrampilan Guru terkait dengan interaksi belajar mengajar. Seperti, kemampuan guru dalam menjelaskan materi, melaksanakan metode pembelajaran, memberikan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengelola kelas, dan melakukan evaluasi.
Tentunya kompetensi ini tidak dimiliki secara otomatis oleh setiap guru, dan untuk mendapatkannya pun tidak bisa secara instant, melainkan dengan terus mengembangkan sikap dan semangat sebagai seorang pengajar. Di sinilah guru mulai memainkan perannya dalam memberikan teladan melalui sikap dan semangatnya untuk senantiasa Belajar dan meningkatkan kemampuan mengajarnya.
Tentunya kompetensi ini tidak dimiliki secara otomatis oleh setiap guru, dan untuk mendapatkannya pun tidak bisa secara instant, melainkan dengan terus mengembangkan sikap dan semangat sebagai seorang pengajar. Di sinilah guru mulai memainkan perannya dalam memberikan teladan melalui sikap dan semangatnya untuk senantiasa Belajar dan meningkatkan kemampuan mengajarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar