“Kalau Bisa Bahasa Inggris, saya Nanti mo ke Amerika”
Hari ini kami kembali ke Dusun Sisere, rutinitas pekanan yang telah menjadi bagian dari aktivitas wajib komunitas gerakan Iqra’. Sebuah komunitas yang diinisiasi anak-anak Fisika FKIP Untad, mereka terpanggil untuk turut ambil bagian pada perbaikan pendidikan di negeri ini. Saya pernah melihat langsung bagaimana kondisi sulit anak-anak pelosok mencari ilmu di ujung Balaesang Tanjung. Mereka disuguhkan dengan sejumlah keterbatasan dan kekurangan, jangankan belajar menggunakan fasilitas canggih seperti infokus, bahkan punya papan white board saja sudah sangat mewah rasanya. Berbekal itu, saya tertarik gabung bersama komunitas ini, membantu sebisa yang saya mampu.
Tepat pukul 07:00 semua pengajar telah berkumpul di bundaran kampus Universitas Tadulako, sama seperti pekan-pekan sebelumnya. Bundaran kampus ini menjadi saksi melepas kepergian kami setiap pekannya. Di tempat inilah anak-anak gerakan iqra’ memulai start, berkumpul, menanti satu persatu pengajar yang akan pergi ke Sisere.
Pekan ini, gerakan Iqra’ spesial mengundang pengajar bahasa Inggris dari beberapa sekolah ternama di Kota Palu. Mereka sukarela ingin membantu, gratis tanpa bayaran. Ini semacam perkenalan bagi anak-anak Dusun Sisere, bahwa ada bahasa lain selain bahasa Kaili dan bahasa Indonesia yang sering mereka gunakan. Sedari awal kami telah sampaikan perihal medan perjalanan yang tidak mudah ke Dusun Sisere. “Kalau pernah ke Danau Lindu, kira-kira seperti itulah medannya. Kalau dibuat level, danau lindu itu level 10, ini kira-kira level 7,” kataku memberikan gambaran pada Ibu Nina dan teman-temannya.
“Nyanda masalah, kita insya Allah siap, empat orang temanku bahkan antusias juga ingin ikut,” Jawab Ibu Nina antusias di pesan BBM. Baiklah, paling tidak saya lega, telah mengundang mereka dan memberi informasi jujur tentang jalanan ke Sisere. Benarlah, ditengah perjalanan saat memasuki pendakian, satu motor oleng dan terbanting. Yang terjatuh malah tersenyum, tidak parah memang. Katanya, jatuh pergi mengajar ke tempat ini, justru terasa nikmat rasanya. Oalah…sepertinya ini pula yang buat anak-anak Iqra’ tak pernah kapok walau sudah terjatuh berkali-kali di tempat ini, sebab jatuhpun akan terasa nikmat rasanya. Saya baru tahu sekarang, walau belum ingin merasakan bagaimana rasanya nikmat jatuh menuju Sisere.
Memasuki Sisere, anak-anak telah berkumpul di MeSSS (Mesjid Sangat Sederhana Sekali). Sebelum memulai pelajaran, telah biasa kami mengawalinya dengan bermain bersama anak-anak ini. Semua riang melantunkan lagu, menikmati permainan yang kami buat. “Ayo…semua masuk ke masjid, kita mulai belajar,” seruku pada bocah-bocah ini.
“Hari ini kita akan belajar bahasa Inggris, ada yang tau bahasa Inggris, ?” tanyaku pada anak-anak yang telah sempurna duduk berbaris di depan saya. Satu diantara mereka angkat tangan. “Iya Aun, apa Bahasa Inggris yang ditau,” ia spontan menjawab. “I Love You…” semua kami terbahak, saya tak tahu dari mana Aun temukan kosa kata ini.
Pengalaman kami selama mengajar anak-anak Sisere, mereka cepat boring, konstentrasi belajar mereka mudah terganggu, mereka juga cepat jenuh. Maka inilah Ipul, saat Ibu Novi sedang serius mengajarkan penyebutan angka dalam bahasa Inggris. Ia malah berteriak sembari bernyanyi “satu tangan kanan kusatu tangan kiri, kugabung jadi dua, kubuat jembatan, kuat. Dua tangan kanan, kudua tangan kiri, kugabung jadi empat kubuat kamera klik,klik…” jadilah kelas itu terpaksa mengikuti nyanyian Ipul. Ibu Novi tak kuasa menahan, ia terpaku sambil tersenyum melihat Ipul yang membuat heboh di kelas yang diampuhnya.
Selesai belajar, Ibu Nina bertanya pada satu persatu murid-murid yang telah diajarnya. “Senang belajar bahasa Inggris,” Rendy, salah satu siswa yang diajarnya menjawab. Kelak, kalau ia pintar bahasa Inggris ia ingin ke Amerika. “Kalau nanti pintar bahasa Inggris, saya ingin ke Amerika bu…” seru Rendy semangat.
Teruslah belajar anak-anak Sisere, kami selalu mendo’akan, mendo’akan mimpi-mimpi kalian dalam setiap bait-bait do’a kami. Belajarlah, insya Allah, kami akan tetap mendampingi merawat mimpi-mimpimu itu. Buat dunia terbelalak, dan buktikan, mereka telah salah sebab melupakan kalian. (Fahry)
sumber : catatanfahry.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar