Senin, 30 Maret 2015

Bila Anak Malas Belajar



Bagi sebagian anak, memakai seragam sekolah, belajar di sekolah, adalah kerinduan tersendiri. Kalau libur, ada kerinduan untuk segera masuk sekolah lagi. Namun, tak sedikit juga anak yang enggan bersekolah dan mencari seribu alasan untuk tidak pergi ke sekolah.

Yang rindu belajar dan yang enggan untuk belajar, tentu menjadi objek yang harus diteliti penyebabnya. Beragam alasan tentunya.

Bagi yang senang belajar/bersekolah, tentu banyak motif dan penyebabnya. Mungkin karena di sekolah banyak teman dan bisa bermain, atau kalau berangkat sekolah ia akan diberi uang jajan, beda dengan kalau ia tidak berangkat. Motif lainnya, karena memang kondisi sekolah dan proses pembelajarannya kondusif dan menyenangkan bagi anak.

Kondisi berbeda tentu menghasilkan sesuatu yang berbeda pula. Ketika anak enggan dan malas-malasan untuk belajar di sekolah, secara serius harus menjadi pemikiran para praktisi pendidikan, guru, dan orang tua. Sepanjang yang saya amati, ada beberapa penyebab enggannya anak untuk belajar di sekolah, antara lain :

1. Faktor motivasi
Orang tua kurang memberikan dorongan dan perhatian memadai terhadap anak. Ketika dengan girang sang anak memperlihatkan nilai hasil ulangannya yang bagus, orang tua acuh tak acuh. Kondisi ini jelas akan mengurangi semangat belajarnya, karena merasa usahanya tidak dihargai.

2. Merasa tidak nyaman
Ada beberapa kasus anak malas pergi ke sekolah disebabkan ia tidak merasa nyaman di sekolah. Faktor temannya yang memusuhi, menjaili, atau meledek dapat menjadikan si anak takut berada di sekolah. Ditambah kurang "care"nya guru, taraf perlindungan kepada anak didik minim.

3. Pembelajaran yang membosankan

Hal ini menjadi "PR" bagi guru untuk mengemas pembelajaran sedemikian rupa sehingga anak menjadi bersemangat untuk belajar. Metode yang monoton dan kepribadian guru yang acuh tak acuh dengan pendidikan muridnya, menjadi penyebab penurunan semangat belajar.

Bila anak didik enggan dan tidak bersemangat dalam belajar, tentu menjadi kewajibab orang tua dan guru untuk segera mengambil langkah dan solusinya. Bagaimanapun, apapun, baik dan buruknya pembelajaran oleh seorang guru, akan tetap membekas dalam memori anak didik sampai ia dewasa

sumber : http://www.diaf.web.id/

Tidak ada komentar: