Kamis, 05 Maret 2015

Cerita melas guru SD pelosok, muridnya tempuh 8 km ke sekolah


Perjuangan dan kesabaran ekstra memang dibutuhkan para guru di pelosok tanah air. Mereka tahu, banyak anak-anak di sana butuh pendidikan. Meski anak yang dinanti kumal, tidak naik mobil mewah atau bersepatu, mereka selalu sabar menanti.

Sama seperti kisah Lintang di film 'laskar pelangi'. Banyak anak-anak di pelosok Jambi yang harus rela menempuh perjalanan berkilo-kilo ke sekolah. Itulah potret nyata pendidikan di negeri ini.

"Keadaan sekolah kami prihatin, anak-anak rumahnya jauh-jauh sampai 8 kilo. Makanya kalau hujan mereka suka enggak sekolah," kata guru kelas 3 SDN 178, Devi Andriani dalam acara penerimaan beasiswa Tanoto Foundation di Hotel Shang Ratu, Jambi, (27/6).

Bahkan sering kali semangat anak-anak SDN 178, Simpang IV Suban ini berakhir di tengah jalan. "Anak-anak ke sekolah jauh, kadang orang tua enggak mau ngantar. Dari rumah sudah niat ke sekolah, tapi di tengah jalan capek dan akhirnya enggak sampai ke sekolah," terangnya.

Pengalaman sama juga dikisahkan oleh Zulmukmin Alam. Guru olahraga ini terus membakar semangat anak didiknya supaya terus sekolah, meski mereka harus menyeberang sungai batang hari.

"Ada masyarakat yang punya getek untuk menyeberang. Getek itu punya pribadi dan disewakan kalau mau menyeberang, dan harus bayar," kata guru SDN 68 Teritti yang seringkali ikut menyeberangkan motornya dengan getek.

Mereka para guru amat mengharapkan pihak-pihak untuk membantu kondisi anak didik mereka yang seperti ini.

Bukan hanya anak murid, orang tua juga perlu diberi dorongan dan motivasi agar menyemangati anaknya ke sekolah. Untuk mewujudkan hal itu, dia tidak bisa sendiri.

"Selesai SD mereka malah disuruh ikut membantu orang tua di kebun. Orang tua mereka kurang perhatian. Coba ke sini, lihat, supaya ada yang memberi pengarahan untuk lebih maju," ujarnya sambil terus berharap.
sumber : Merdeka.com

Tidak ada komentar: