Kalau ditanya, apa yang mencerminkan Indonesia banget? Jawabannya
bukan batik, wayang, atau angklung, melainkan jam karet.
Ya, di negara kita tercinta ini sudah jamak sebuah acara dimulai satu jam mundur
dari jadwal yang sudah ditetapkan. Alih-alih memulai acara tepat waktu
meski hanya segelintir orang yang datang, panitia malah menunggu
peserta yang lain hingga satu jam lamanya.
Sungguh, " kebaikan" hati panitia ini bukan hanya tidak mendidik, tapi juga tidak menghargai
orang-orang yang datang tepat waktu.
Karenanya, tidak salah kemudian kalau sebagian orang lebih memilih
memundurkan setengah jam waktu kedatangannya ke sebuah acara dengan
alasan peserta yang lain juga pasti datang terlambat.
Daripada menunggu satu jam di tempat acara, mending santai dulu menghabiskan
secangkir kopi yang sudah repot-repot disiapkan istri. Perkara
diplototin panitia atau sesama peserta, tinggal minta maaf kok.
Kalau sudah begini, bukankan kita terjebak pada lingkaran setan? Entah
siapa yang memulai dan entah siapa yang mengikuti. Yang jelas, jam
karet ini akan terus membudaya dan bukan tidak mungkin akan menjadi
salah satu warisan ke generasi selanjutnya. Masya Allah ! Nampaknya,
tidak cukup mewariskan utang negara kepada anak cucu kita. Lantas, mau
jadi apa generasi mendatang kalau kita hanya mewariskan berbagai hal
buruk?
Sebenarnya, andil terbesar dalam menumbusuburkan budaya jam karet
adalah karena kultur budaya kita yang terlalu berlapang dada, murah
mengobral maaf, serta keengganan berkata lugas karena merasa tidak
enak. Ya, ketika salah seorang rekan kerja datang terlambat pada rapat
bulanan siang ini, kita akan dengan mudah memaafkan hal itu. Terlebih
ketika sang teman datang dengan muka memelas dan menyatakan
keterlambatannya gara-gara ada keperluan keluarga.
Jadi, mengikis budaya telat harus bekerja dua arah. Kita hendaknya
terus belajar untuk tepat waktu tanpa harus berlindung di balik alasan
" yang lain pun pasti telat". Dan, sudah saatnya pula bagi kita untuk
tidak terlalu mengumbar maaf atas keterlambatan yang dilakukan orang
lain. Bukan untuk bersikap sok "on-time". Ini adalah usaha untuk
sama-sama belajar menghargai waktu.
( Disarikan dari Majalah Percikan Iman )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar