Judul :
Menjadi Guru Adalah Pengabdian, Menjadi Guru Berprestasi Adalah Kebanggaan
Bab 1 : Latar Belakang
“Hiduplah untuk memberi sebanyak – banyaknya, bukan untuk menerima sebanyak – banyaknya” ( Pak Harfan dalam Film Laskar Pelangi ).
Jaman dulu banyak orang yang tidak mau jadi guru, karena guru jaman dulu adalah pengabdian yang sebenarnya. Banyak guru yang hidupnya serba tidak berkecukupan tapi mereka tetap bertahan dengan profesinya sebagai guru, karena tugas guru dianggap sebagai tugas mulia yang tidak bisa diukur dengan uang.
Guru banyak disegani murid dan masyarakat karena pengabdiannya, kesederhanaannya, dan pantang menyerah di tengah keserbatiadaan fasilitas dan kurang perhatian masyarakat / pemerintah terhadap profesi guru.
Dunia pendidikan saat ini sudah jauh berbeda dengan zaman dahulu, dahulu menjadi seorang guru merupakan prestige bagi pandangan masyarakat tetapi berbeda dengan hari ini profesi guru bagaikan emas sehingga banyak orang yang berkeinginan untuk menjadi seorang guru. Mengapa demikian ?
Pilihan menjadi seorang guru merupakan suatu pilihan yang tepat , hal ini dilihat dari waktu kerja guru yang lebih pendek dibanding dengan pekerjaan lain . bidang tugasnya bisa dikatakan mudah dan menyenangkan. Selain itu kedudukan guru dimasyaribakat dipandang terhormat karena ilmu yang diajarkan sangatlah berharga. Dengan fenomena seperti itulah maka profesi guru sekarang menjadi incaran sebagian orang. Dari hal tersebut maka terkadang timbul suatu pertanyaan masih layakkah ungkapan Guru Adalah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa?
Tetapi jaman telah berubah, guru tampaknya sudah menjadi suatu profesi yang menjanjikan, terutama dilihat dari segi materi. Pemerintah telah mengalokasikan dana sebesar 21% dari APBN, untuk peningkatan kualitas pendidikan termasuk didalamnya kesejahteraan guru.
Namun pengabdian tidak diukur dari besar kecilnya penghasilan, karena gaji besar bukan jaminan meningkatnya kualitas pendidikan. Wallahu alam. Pendidikan di Indonesia belum mengalami pemerataan pendidikan, artinya masih banyak daerah – daerah terpencil di Indonesia yang kekurangan guru. Padahal kita ketahui gurulah yang akan mengubah paradigma siswa yang tidak paham menjadi paham, yang tidak tahu menjadi tahu, yang tidak mengerti menjadi mengerti. Dengan kata lain tanpa kehadiran guru, profesi – profesi lain tidak akan berkembang.
Dengan kondisi yang demikian memotivasi penulis untuk mengabdikan diri karena pengabdian guru didasari semangat pengabdian memanusiakan manusia yang merupakan pondasi pendidikan kita.
Namun perkembangan jaman semakin lama sangat sulit menemukan pribadi – pribadi yang bersedia mengamalkan baktinya untuk menjadi guru tanpa diikuti adanya tuntutan materi. Bagaimanapun materi juga tak dapat dinafikkan untuk menopang kebutuhan hidup guru. Tidaklah berlebihan jika pengabdian guru yang tanpa ambisi memperoleh kedudukan serta materi kepadanya layak disebut pahlawan tanpa tanda jasa.
Keadaan telah berubah, gejala peningkatan minat masyarakat untuk terjun dalam peluang dunia kerja menjadi tenaga pendidik, berprofesi sebagai guru. Hal tersebut berbeda keadaannya dengan kurun waktu 10 – 20 tahun ke belakang. Citra guru masih memiliki kesan sebagai satu profesi yang luhur. Keluhuran dedikasi teralamatkan pada gaji guru yang sangat tidak sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Popularitas guru sebagai profesi berada jauh dibawah profesi mentereng lainnya, misal dokter.
Maka tak heran jika ada guru sepulang mengajar kemudian bekerja sambilan seperti gambaran Iwan Fals dalam lagunya “Oemar Bakri”. Gambaran oemar bakri, sekarang ini hampir dikatakan tidak ada lagi. Fenomena yang ada, lebih bijaksana kjika profesi guru tidak dijadikan sebagai profesi untuk menumpuk materi, tapi perlu dipilah – pilah antara profesi guru sebagai bentuk profesionalisme kerja dengan profesi guru sebagai bentuk pengabdian masyarakat.
Visi serta misi hidup dan kehidupan penulis adalah hiduplah dalam pengabdian yang dilandasi keikhlasan, untuk pengabdian masyarakat.
Bab 2 : Menjadi Guru Adalah Pengabdian, Menjadi Guru Berprestasi Adalah Kebanggaan
“Pendidikan bukanlah segala – galanya, namun segala – galanya berawal dari pendidikan”. (peribahasa)
Pengabdian adalah perbuatan baik untuk kepentingan manusia itu sendiri. Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga sebagai perwujudan dan kesetiaan, cinta, dan kasih sayang atau satu ikatan semua itu dilakukan dengan ikhlas.
Di dalam jejaring sistem pendidikan yang begitu kompleks, guru berperan sebagai sentral. Kualitas guru adalah bagaimana guru mengabdi, bagaimana cara guru mencintai profesinya. Ketika guru mencintai profesinya, maka pengabdiannya akan seluruhnya diberikan pada siswa – siswanya, akan dilakukan yang terbaik yang mampu dilakukan oleh guru tersebut.
Tak mengenal lelah dan tempat guru mengabdi dengan tulus mencerdaskan anak bangsa. Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, yang benar – benar berjuang untuk negeri. Kesediaan seorang guru ditempatkan dipelosok adalah pengabdian yang menuntut pengorbanan.
Tanggung jawab guru yang terpenting adalah merencanakan dan menuntun murid – murid melakukan kegiatan – kegiatan belajar untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan serta mengembangkan kurikulum sekolah. Selain itu tanggung jawab seorang guru yang dengan membina siswa agar menjadi manusia berwatak ( berkarakter ). Mengembangkan watak dan kepribadiaan siswa sehingga mereka memiliki kebiasaan, sikap dan cita – cita, berpikir dan berbuat, berani dan bertanggung jawab, ramah dan mau bekerjasama, bertindak atas dasar nilai – nilai moral yang tinggi. Semua jadi tanggung jawab guru.
Kontekstualisasi dalam perbedaan guru dulu dengan guru sekarang, sangat disadari bukanlah satu pekerjaan yang gampang, tetapi usaha – usaha itu diperlukan untuk menghindari ketrjebakan psikis profesionalisme kerja pada pencapaian hasil materi semata.
Sering dijumpai di lapangan, beberapa guru mengajar hanya sebagai rutinitas administratif kerja semata. Misal, ketika guru masuk dalam kelas, kemudian memberikan materi pembelajaran seadanya, tanpa persiapan dan konsep layaknya silabus, RPP. Bahkan miris, jika seorang guru justru mangkir dari tugasnya lantaran harus memilih kerja sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari.
Memahami betapa pentingnya peran guru sebagai pilar membangun moral generasi muda bangsa, maka pribadi unggul pada idealisme guru dalam arti kemurniaan pengabdian untuk mendidik adalah yang utama.
Guru berprestasi adalah guru yang memiliki kemampuan dan keberhasilan melaksanakan tugas dengan kepribadian yang sesuai dengan profesi guru dan memiliki wawasan kependidikan sehingga , secara nyata mampu meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran atau bimbingan melebihi yang dicapai oleh guru lain sehingga dapat dijadikan panutan oleh siswa, rekan sejawat maupun masyarakat sekitar.
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. (Djamarah, 1994). Prestasi tidak mungkin dicapai tanpa adanya pengorbanan, dan tindakan yang sungguh – sungguh. Dalam kenyataannya prestasi untuk mendapatkan prestasi tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, tetapi harus dengan pengorbanan dan berbagai rintangan dalam mencapainya. Hanya dengan keuletan, kegigihan dan optimisme prestasi dapat dicapai.
Menjadi guru berarti menjadi pemburu dan pecinta ilmu. Guru `dipaksa` untuk terus berolah pikir. Mengembangkan ilmu yang diperoleh selama di sekolah dan kuliah. Tidak jarang, guru bahkan mendapatkan ilmu baru yang tidak ada dibangku sekolah atau kuliah. Belum lagi beragam persoalan menyangkut murid, semakin menambah kematangan pribadi guru dalam berpikir dan bersikap. Inilah universitas kehidupan yang sesungguhnya.
Seorang guru berprestasi adalah harapan dunia pendidikan dan pilar tegaknya kemajuan bangsa. Guru berprestasi adalah yang mampu mengabdi dengan penuh ketulusan, yang rela mengorbankan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam mentransfer ilmunya kepada peserta didik. Guru berprestasi adalah yang mampu melihat, mendengar, dan merasakan setiap kesulitan yang dihadapi anak didiknya. Ia tidak hanya mampu mengajar tetapi juga mampu mendidik dan memberi kasih sayang kepada anak didik. Dan guru berprestasi adalah yang mampu menjunjung tinggi profesionalitas dan kualitas pengajarannya sebagai pendidik.
Keberhasilan guru berprestasi tidak terletak pada jabatan dan uang, tetapi pada orang yang mengerjakannya. Karakter dan sikap mental seseorang lebih menentukan keberhasilan ketimbang jabatan dan uang, karena jabatan dan uang adalah bersifat kebendaan duniawi yang begitu fana dan rapuh, yang sewaktu – waktu bisa hilang atau rusak. Guru yang berprestasi memiliki karakter dan sikap mental yang baik dan kuat terwujud dari sifat, sikap dan perilaku yang dimasukan dalam kategori positif, yaitu jujur, percaya diri dan dapat dipercaya, rendah hati, tangguh, ulet, optimis, pantang menyerah, disiplin.
Guru adalah cermin keteladan bagi anak didiknya, maka pantulan segala bentuk prestasi, kelebihan, kemampuan, kecerdasan, kebijaksanaan, kasih sayang, dan segala bentuk pemahaman kepada anak didik dengan penuh ketulusan dan kerendahan hati. Dalam pengembangan diri, seorang guru tidak bisa hanya sekedar belajar teori – teori dalam ruangan yang terbatas, melainkan guru harus berpikir tentang hal – hal yang berkaitan dengan masalah – masalah dalam kehidupan sehari – hari, yang terpenting adalah bagaimana seorang guru harus berpikir secara mandiri, kreatif, inovatif dan berkualitas.
Guru harus mampu melaksanakan dan mengatur waktunya dengan baik. Guru harus mampu mengatur pekerjaan dengan baik, maka pekerjaan yang perlu ditangani sendiri dan mana yang perlu ditangani dan didelegasikan kepada orang lain. Guru harus bisa menghargai apa yang perlu dihargai menurut skala prioritas. Seorang guru sesibuk apapun harus selalu mengambil keputusan untuk menciptakan suatu rencana – rencana. Seorang guru harus selalu memulai hari – harinya dengan sesuatu dari hasil ciptaannya atau kemampuan sendiri. Seorang guru harus mampu melakukan sesuatu secara efektif, efisien, dan produktif, misalnya dalam hal belajar mengajar, mengembangkan kecerdasan anak didiknya dan mengembangkan profesionalitasnya sebagai guru atau hal – hal lainnya.
Banyak orang yang merasa bangga dengan kekayaannya, bangga dengan keilmuannya, dan bangga dengan kekuasaannya. Sebagai guru yang mampu mengabdikan diri penuh ketulusan pada anak didik, dan mampu berhasil menjadi guru yang berprestasi adalah merupakan kebanggaan penulis. Penulis bangga dengan pengabdian sebagai sebagai guru, bangga sebagai guru berprestasi. Kebanggaan sebagai guru berprestasi adalah prestasi yang mulia, prestasi untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari. Bangga atas keberhasilan menjadi guru berprestasi harus dijadikan sebagai pemicu untuk terus berprestasi.
Bab 3 : Pengabdian Dalam Bermasyarakat
Kita jadi pandai membaca dan menulis, karena siapa ?
Kita jadi tahu karena siapa ?
Kita jadi bisa dibimbing bu guru
Kita jadi bisa dibimbing pak guru
Guru bak pelita penerang dalam gulita
Jasamu tiada tara
Sungguh jasa guru tidak bisa dibilang dengan materi, tidak bisa diungkap dengan indahnya untaian mutiara kata, karena jasa guru tiada tara. Jasa guru yang hadir karena pengabdian yang tulus dengan kemurnian dan keikhlasan profesi. Guru bukan sekedar pekerjaan, tetapi profesi. Profesi merupakan tugas yang diberikan dan diterima dalam rangka hidup ditengah – tengah masyarakat majemuk. Profesi menuntut pendidikan dan ketrampilan yang amat tinggi serta spesialisasi yang tajam, dituntut tanggung jawab dan komitmen. Profesi pengabdian masyarakat yang luas kadang kala harus diawali semacam sumpah jabatan.
Peluang kerja guru di era globalisasi semakin terbuka lebar. Berdasarkan data empat tahun lalu, jumlah peserta didik di Indonesia dari SD hingga SMA mencapai 51 juta sedangkan jumlah gurunya hanya 2,2 juta guru. Akan tetapi perlu diperhatikan guru tidak sebagai pekerjaan tapi juga bagaimana mutunya. Demikian dikemukakan pengamat pendidikan Prof. Dr. Arief Rahman, M.Pd di sela-sela Seminar Ekonomi Pendidikan Kreatif Universitas Pasundan dengan tema "Peluang Kerja Menjadi Guru di Era Globalisasi dan Memanfaatkan Ekonomi Kreatif Sebagai Bisnis di Masa Depan di Aula Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jln. Tamansari, Kota Bandung, Kamis (7/3/13).
Untuk menjadi guru harus ada jiwa pengabdian, sikap-sikap yang baik harus dikembangkan. Kemudian baru ilmu, dan ketrampilan sehingga dampaknya pada status dan kesejahteraan guru akan mengikuti. Jangan menjadi guru yang dikejar kesejahteraan guru. Distribusi guru kondisi sampai saat ini belum merata. Guru lebih banyak di kota daripada di pedesaan karena peluang dan pendapatan lebih baik. Mungkin harus diperbaiki apa yang ingin dikejar, status boleh tapi yang utama prestasi.
Sosok professional guru ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru professional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Guru dituntut mencari tahu terus-menerus bagaimana seharusnya peserta didik itu belajar. Maka, apabila ada kegagalan peserta didik, guru terpanggil untuk menemukan penyebabnya dan mencari jalan keluar bersama peserta didik; bukan mendiamkannya atau malahan menyalahkannya.
Menjadi guru bukan sebuah proses yang yang hanya dapat dilalui.
Menjadi guru bukan sebuah proses yang yang hanya dapat dilalui.
Guru bukanlah sekedar pekerjaan, guru adalah lebih dari sebuah pengabdian. Pengabdian kepada Allah SWT, pengabdian kepada masyarakat, pengabdian kepada siswa, yang membutuhkan bantuan dalam menggapai beragam ilmu pengetahuan.
Pengabdian kepada masyarakat sebagai warga negara selalu ingin berperan aktif dalam upaya mencerdaskan anak bangsa dan kehidupan bangsa. Kalau dulu para pahlawan berjuang dengan mengangkat senjata, sekarang dalam mengisi kemerdekaan, para guru berjuang mengangkat pena demi mengangkat derajat dan martabat generasi penerus bangsa agar tidak tertinggal oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Agar dapat bersaing dalam perputaran roda kehidupan di jaman yang terus maju ini.
Memiliki rasa pengabdian kepada masyarakat. Pendidikan memiliki peran sentral dalam membangun masyarakat untuk mencapai kemajuan. Guru sebagai tenaga pendidikan memiliki peran penting dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat tersebut. Untuk itulah guru dituntut memiliki pengabdian yang tinggi kepada masyarakat khususnya dalam membelajarkan anak didik.
Bekerja atas panggilan hati nurani. Dalam melaksanakan tugas pengabdian pada masyarakat hendaknya didasari atas dorongan atau panggilan hati nurani. Sehingga guru akan merasa senang dalam melaksanakan tugas berat mencerdaskan anak didik.
Bekerja atas panggilan hati nurani. Dalam melaksanakan tugas pengabdian pada masyarakat hendaknya didasari atas dorongan atau panggilan hati nurani. Sehingga guru akan merasa senang dalam melaksanakan tugas berat mencerdaskan anak didik.
Pengabdian kepada masyarakat sekitar dengan membantu mengembangkan, mengeksplor, mengolah kemampuan masyarakat sekitar, dengan memberikan bantuan dan bimbingan belajar secara cuma – cuma kepada anak – anak generasi bangsa yang masih duduk di bangku sekolah. Memberikan bimbingan ekstrakurikuler di sekolah agar siswa berkembang secara afektif dan psikomotorik. Dengan demikian pengabdian seorang guru bukan hanya tuntutan kewajiban secara administratif. Guru berkewajiban membantu, mengfasilitasi siswa untuk mampu mengeksplor kemampuan dirinya sebagai pengabdian masyarakat.
Bab 4 : Harapan dan Rencana Kegiatan Masa Datang
Harapan penulis menjadi guru adalah pengabdian, menjadi guru berprestasi adalah kebanggaan adalah :
Ingin mengabdi menjadi guru yang bukan sekedar janji semata namun dalam bentuk nyata benar – benar pengabdian yang penuh ketulusan, keikhlasan, kejujuran, penuh inovasi, pengorbanan waktu, tenaga maupun materi, untuk mencerdaskan, membimbing, mendidik jiwa – jiwa muda generasi penerus bangsa.
Rencana kegiatan masa datang :
- Meningkatkan kreativitas guru bukan sekedar penguasaan teori.
- Meningkatkan efektivitas pengelolaan kelas.
- Meningkatkan karya inovatif guru dalam pengelolaan kelas.
- Meningkatkan kedekatan dan keakraban guru dengan siswa, sebagai jembatan pengembangan pengabdian masyarakat, melalui kelompok belajar siswa, juga ekstrakurikuler.
Penutup
Kesimpulan
Menjadi guru adalah pengabdian, menjadi guru berprestasi adalah kebanggaan, ini merupakan suatu fenomena bahwa pengabdian seorang guru haruslah merupakan pengabdian dengan ketulusan, keikhlasan, yang rela mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya dalam mentransfer ilmu, mendidik anak didik, dapat dijadikan teladan baik oleh anak didik, rekan sejawat maupun masyarakat. Keberhasilan guru menjadi guru berprestasi bukanlah diukur pada jabatan dan uang, tapi pada hasil pengabdian dan pengorbanannya. Guru berprestasi adalah seseorang yang memiliki karakter dan sikap yang positif, yaitu jujur, percaya diri dan dapat dipercaya, rendah hati, tangguh, ulet, optimis, pantang menyerah, dan disiplin.
Daftar Pustaka
Djamarah, Syaiful Bahri, 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya : Usaha Nasional.
E. Mulyasa. 2003. Menjadi Guru Profesional. Rosda Karya.
Nurkencana, 2005. Evaluasi Hasil Belajar Mengajar. Surabaya. Usaha Nasional.
Slameto, 2003. Belajar dan Faktor – faktor yang Mempengaruhi. Jakarta : Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar