Bekerja mencari uang sepulang sekolah adalah hal yang tidak seharusnya dilakukan oleh anak SD (Sekolah Dasar), apapun alasannya. Namun, tidak demikian dengan apa yang dilakukan oleh siswa-siswa SD Negeri 007 Malinau Barat, Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara. Mereka adalah murid-murid dari salah seorang guru SM3Tasal Kebumen, Jawa Tengah, Imam Aji Subagyo, yang ditugaskan di Kabupaten Malinau, daerah perbatasan Indonesia Malaysia. Mereka bekerja sepulang sekolah demi mendapatkan sejumlah uang agar bisa pergi berkemah bersama gurunya.
Aji dan Dua Muridnya yang Mengenakan Pakaian Adat Dayak |
Imam Aji Subagyo atau akrab disapa Aji bercerita tentang apa yang dilakukan oleh murid-muridnya agar bisa pergi berkemah bersama dirinya. Awalnya mereka mempunyai permintaan untuk berkemah bersama para guru. Namun karena sekolah sedang tidak ada uang untuk memenuhi keinginan mereka, tanpa diduga mereka mempunyai inisiatif yang luar biasa, yaitu mencari uang sendiri. Keinginan kuat untuk berkemah yang merupakan kegiatan baru bagi mereka dan kedekatan emosional dengan para gurunya membuat mereka sangat bersemangat untuk bekerja mencari uang.
Jumlah siswa dalam satu kelas yang hanya 8 anak tak menyurutkan semangat mereka untuk mengumpulkan sejumlah uang. 4 siswa perempuan pergi ke hutan sepulang sekolah untuk mencari sayuran dan buah-buahan. Kebetulan daerah mereka yang masih dikelilingi hutan memudahkan mereka untuk mendapatkan banyak sayuran dan buah-buahan. Hasil yang mereka dapat kemudian mereka jual ke masyarakat yang membutuhkan. Sedangkan 4 siswa laki-laki membantu mencuci mobil-mobil truk pengangkut batu bara agar mendapatkan sejumlah uang sebagai upah. Mereka melakukan itu setiap hari sepulang sekolah selama satu minggu.
Awalnya Aji sama sekali tidak tahu jika anak-anak didiknya bekerja seperti itu setiap pulang sekolah. Guru SM3T lulusan PGSD UNY ini pun kaget ketika mereka kembali mengajaknya pergi berkemah dengan membawa sejumlah uang. Jumlah uang yang berhasil mereka kumpulkan adalah kurang lebih 800 ribu rupiah. Bagi mereka, itu adalah jumlah yang tidak sedikit. Semuanya mereka serahkan ke gurunya agar mereka jadi pergi berkemah. Tak sepeser pun mereka ambil untuk yang lain seperti jajan. Itu mereka lakukan agar keinginan mereka bisa terwujud. Guru mana yang tidak terharu ketika mengetahui murid-muridnya bekerja keras demi mendapatkan uang agar bisa melakukan kegiatan bersama gurunya.
Aji merasa sangat bangga dan terharu dengan apa yang telah dilakukan oleh murid-muridnya. Mereka mencari uang sendiri untuk apa yang mereka inginkan. Sesuatu yang tidak akan terjadi jika bukan karena sebuah keterbatasan. Sesuatu yang sangat jarang kita jumpai di perkotaan dimana sekolah-sekolah sudah mempunyai fasilitas lengkap. Apalagi anak-anak SD di perkotaan yang memiliki orang tua berkecukupan, rasanya hampir mustahil mereka mau melakukan apa yang dilakukan oleh murid-muridnya Aji.
Dengan fasilitas sekolah yang lengkap dan tak perlu mencari uang sendiri untuk melakukan kegiatan sekolah, sudah seharusnya anak-anak sekolah di perkotaan bersyukur. Anak-anak yang sekolah di kota tapi tidak sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, malas belajar, suka bolos, tidak mengerjakan PR, tidak hormat pada gurunya, tidak mau mentaati tata tertib sekolah, tidak mau ikut kegiatan sekolah seharusnya malu dengan mereka anak-anak sekolah di daerah pelosok seperti di Kalimantan.
Aji dan murid-muridnya telah menunjukkan bahwa keterbatasan tidak boleh menjadi alasan untuk tidak melakukan sesuatu yang bermanfaat. Di tengah segala keterbatasan di daerah perbatasan, mereka tetap bersemangat untuk belajar dan berkarya. Mereka tidak ingin menyerah karena keadaan. Asal ada kemauan untuk mewujudkan sesuatu yang kita inginkan, pasti ada jalan dan pasti terwujud. Anak-anak SD Negeri 007 Malinau Barat telah membuktikan itu. (fila174)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar