Standar Murid Teladan di Indonesia - Sebagai seorang Guru, kita pastinya banyak mengetahui karakter dari siswa kita di sekolah. Karakter tersebut biasanya berpengaruh signifikan terhadap prestasi anak didik kita. Dari sini nantinya akan bisa ditarik kesimpulan ataupun perlombaan untuk memperoleh gelar Murid Teladan. Namun tahukah Bapak Ibu Guru semua bagaimana Standar Murid Teladan di Indonesia, jika belum tahu bisa dibaca di bawah ini.
Standar Murid Teladan di Indonesia |
Di Indonesia, murid teladan bukanlah mereka yang rajin membaca, ingin tahu, dan berani bertanya atau mendebat guru. Murid teladan adalah mereka yang “patuh”, “kalem”, “sopan”. Murid teladan adalah mereka yang bisa menaati standar:
1. “Sopan”, patuh dan penurut pada apapun kata guru (sementara banyak murid punya rasa ingin tahu yang luar biasa dan pemikiran yang kritis)
2. “Kalem”, tidak banyak tanya. Belajar dengan mencatat pelajaran secara seksama (sementara banyak murid bisa menyerap ilmu dengan maksimal justru jika dibolehkan berdiskusi)
3. “Rapi”, dengan panjang rambut hingga warna sepatu yang sudah ditentukan dan tak dapat dibantah
4. Punya bakat di bidang Matematika dan IPA. (Bakat lain seperti menulis dan bermusik adalah nilai plus, namun bakat di bidang sains adalah permata yang menjadikan mereka lebih pintar dari murid-murid lainnya)
Murid yang tak bisa memenuhi standar ini adalah “nakal”, “bandel”, atau “bodoh”. Memberlakukan standar sebenarnya bukan hal yang haram. Bukankah dengan ini para birokrat bisa mengukur perkembangan dunia pendidikan? Namun, apakah standar ini kemudian harus mengorbankan jiwa kreatif anak-anak kita? Apakah standar ini harus membunuh kepribadian unik yang dimiliki masing-masing mereka (dikutip dari hipwee.com)
Bagaimana Bapak Ibu Guru semua, setujukah bapak ibu dengan Standar Murid Teladan di Indonesia di atas, apakah perlu ada perubahan terhadap standar di atas. Memang akan lebih bagus jika sekolah kita memberikan ruang gerak lebih luas terhadap anak didik kita untuk mengeksplor dirinya tentunya dengan bantuan dan didampingi Guru nya. Jangan sampai sekolah memberangus keingin tahuan siswa nya sendiri.
Karena setiap manusia lahir dengan kreativitas natural masing-masing, namun sekolah sering melupakan kenyataan tersebut. Anak dilatih untuk merasa malu saat ingin melakukan hal yang berbeda dari teman-temannya. Kepribadian mereka yang unik sengaja ditekan. Kalau tidak bisa? Katakan mereka bandel. Katakan mereka nakal. Katakan mereka susah diatur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar