Minggu, 01 Februari 2015

Tips Menyatukan guru senior dan guru yunior di sekolah


Guru juga manusia biasa, saat berkenaan dengan pertemanan sesama guru adakalanya persoalan senior dan yunior mengemuka. Guru yang senior merasa paling pengalaman dan guru yang yunior atau masuk belakangan dianggap tidak tahu apa-apa. Padahal bisa saja orang yang dianggap yunior bisa saja lebih berpengalaman dalam hal lain dan ditempat lain bahkan jika orang itu lebih muda. Karena umur bukan ukuran seseorang berpengalaman atau tidak. Jika tidak hati hati dalam hal ini sekolah akan terjerumus menjadi tempat yang tidak menyenangkan dan guru akan mudah pindah hanya karena suasana kerja yang tidak kondusif.
Banyak sekolah yang ambil cara gampang dalam menyatukan si senior dan yunior dengan cara adakan kegiatan outing, outbond dan sejenisnya. Sah saja jika sekolah punya dana yang banyak, namun ada cara yang bersifat tahan lama dan bisa menjadi budaya yang positif dari sebuah sekolah. Karena semua orang jadi berkontribusi semampu mereka.
Beberapa tips yang bisa dipakai antara lain.
1. Buat struktur organisasi sekolah, lengkap dengan deskripsi tugas tiap jabatan. Dan ketika ada jabatan yang kosong hindari penunjukan langsung. Lakukan lelang jabatan terbuka, dengan demikian semua guru sadar bahwa yang punya jabatan adalah mereka yang punya kompetensi dan kapasitas, dan bukan karena dia orang lama atau senior, atau guru baru yang pandai mengambil hati atasan. Caranya umumkan setiap ada jabatan kosong dan biarkan semua guru di sekolah melamar, dengan batas waktu tentunya.
2. Buat peraturan ketat mengenai larangan guru bergosip atau membicarakan orang lain. Kebanyakan guru senior (tidak semua) jika ada guru yunior yang pegang jabatan, jadi sibuk menjatuhkan dengan cara bicara di belakang untuk merusak reputasi, dan lucunya cara tersebut selalu berhasil untuk merusak suasana. Jika ada yang melanggar peraturan ini sekolah mesti menindak tegas dan bahkan memecat semua yang tidak bisa diajak kerjasama
3. Diperlukan sosok kepala sekolah yang berani dan tidak pandang bulu dan tidak pilih kasih terhadap semua staf nya. Tidak selamanya masalah ada pada guru senior, saya pernah alami guru yunior atau yang baru masuk, begitu pandainya mengambil hati sehingga pimpinan memarahi semua orang hanya karena pengaduan dari orang baru tersebut. Seorang kepala sekolah mesti berani melihat dengan jernih, tidak takut pada guru senior dan berhati-hati pada guru yunior jika mereka mudah mengadu atau mengarang cerita untuk mengambil hati.
4. Hal-hal yang bisa dilakukan kepala sekolah dalam hal ini adalah:
– jika membuat team untuk kegiatan dan masalah apapun, selalu buat komposisi orang baru dan orang lama secara seimbang, dengan demikian semua orang jadi belajar bekerja sama.
– saat ada guru yang keluar dari sekolah untuk bekerja di sekolah lain untuk alasan apapun selalu lakukan wawancara dengan guru tersebut. Wawancara berguna untuk ketahui bagaimana situasi pekerjaan antara senior dan yunior serta jika ada masalah apakah usulnya akan perubahan. Guru yang akan keluar biasanya lebih blak-blakan dalam berpendapat karena dirasa sudah tidak ada beban lagi.
– kepada guru baru katakan bahwa sekolah siap menerima masukan demi perbaikan dan bukannya guru baru mesti ikuti tata cara di sekolah tapi sekolah yang mesti ikuti saran guru baru sepanjang inovatif dan bertujuan baik. Karena bisa saja guru baru tersebut berasal dari sekolah yang lebih baik.

Tidak ada komentar: