Sabtu, 28 Februari 2015

Impian Besar Butuh Pengorbanan!

Apa BJ Habibie enak tidur sebelum menjadi orang pertama di Indonesia yang mampu membuat pesawat?
Apa Dahlan Iskan enak tidur sebelum Jawa Pos menjadi koran dengan jaringan distribusi terkuat di Indonesia?
Apa Anies Baswedan enak tidur sebelum menjadi rektor termuda dan penggagas gerakan Indonesia Mengajar?
Apa almarhum Bob Sadino enak tidur sebelum usaha bisnis telur ayamnya menjadi yang terbesar di Indonesia?
Apa Chairul Tanjung enak tidur sebelum perusahaan miliknya Para Group menjadi salah satu yang terbesar di Indonesia?
Apa Susi Pudjiastuti enak tidur sebelum pesawat Susi Airnya berhasil terbang hingga pelosok negeri?
Apa Andrea Hirata enak tidur sebelum novel Laskar Pelanginya terbit dan menjadi best seller di Indonesia?

Tokoh Inspiratif
Dahlan Iskan Tidur 4-5 Jam Sehari
Nama-nama di atas hanyalah beberapa dari tokoh-tokoh inspiratif Indonesia yang telah membuktikan bahwa dengan kerja keras, siapapun bisa menjadi yang terbaik di bidangnya. Mereka membuktikan bahwa memulai karir dari paling bawah sekalipun, dengan ketekunan dan kegigihan, cepat atau lambat pasti akan sampai di puncak prestasi. Mereka adalah orang-orang yang rela jam tidur mereka dikurangi demi mewujudkan impian besar mereka. Mereka adalah orang-orang yang sungguh-sungguh dengan impian mereka.

Selalu ada pengorbanan untuk bisa meraih sebuah pencapaian besar. Jika orang biasa rata-rata tidur dalam satu hari 6-8 jam, orang-orang luar biasa tidur hanya 4-5 jam sehari, bahkan bisa kurang. Impian besar mereka mengalahkan rasa kantuk mereka. Impian besar membuat mereka lupa dengan rasa lelah yang mereka rasakan. Mereka mengesampingkan sugesti yang mengatakan bahwa tidur yang baik adalah 8 jam. Mereka terus melangkah ke depan di saat orang-orang biasa sedang terlelap tidur. Mereka tak berhenti sebelum sampai di tempat yang mereka tuju.

Itulah mengapa orang-orang hebat memiliki kantung mata yang menghitam. Itu adalah bukti bahwa mereka tidak tidur sebelum menjadi seperti sekarang. Namun, sisa-sisa kurang tidur di wajah mereka tertutupi oleh senyum mereka yang memancarkan sebuah prestasi besar. Mereka mengajarkan kita semua bahwa untuk mewujudkan sebuah impian besar, dibutuhkan kegigihan, kerja keras, dan pengorbanan. Termasuk pengorbanan untuk mengurangi jam tidur! Impian besar butuh pengorbanan.

Berapa jam Anda tidur dalam satu hari? Apa itu sepadan dengan impian Anda?

Kisah Guru di Perbatasan Indonesia Malaysia


Menjadi seorang guru di perbatasan adalah sebuah tantangan yang hanya segelintir orang mau melakukannya. Salah satu yang telah berhasil melakukannya adalah Eko Rizqa Sari, guru SM3T (Sarjana Mengajar di daerah Terdepan, Terluar, Tertinggal) yang bertugas di Kecamatan Kayan Selatan, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara. Pemuda asal Kebumen, Jawa Tengah ini mengajar di SMA Negeri 9 Malinau. Sekolah ini berada di Desa Long Ampung, Kecamatan Kayan Selatan yang hanya berjarak sekitar 2 jam perjalanan dari Serawak, Malaysia.

Perbatasan Indonesia Malaysia
Eko di Tugu Perbatasan
Eko Rizqa Sari yang merupakan lulusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Yogyakarta ini bercerita saat dia pertama kali melakukan perjalanan mendebarkan menuju Desa Long Ampung. Jalur udara adalah satu-satunya akses yang bisa ditempuh dari kota Malinau menuju Kecamatan Kayan Selatan. Tidak ada jalur darat karena medan yang dilalui adalah hutan belantara yang sebagian besar masuk wilayah Taman Nasional Kayan Mentarang. Ini adalah area hutan konservasi terbesar kedua setelah hutan Amazon di Amerika Selatan.

Pesawat yang dipakai oleh Eko untuk menuju ke Desa Long Ampung adalah Twin Otter. Di Indonesia, pesawat ini sering digunakan untuk menjangkau daerah pelosok seperti di Kalimantan dan Papua. Pesawat kecil nan tangguh ini bisa lepas landas dan mendarat di landasan yang “seadanya”. Saat terbang, pesawat ini tidak bisa stabil seperti pesawat-pesawat besar. Penumpang akan merasakan sensasi seperti naik roller coaster saat naik pesawat buatan Kanada ini.

“Saya mabuk udara saat naik pesawat itu. Seperti naik roller coaster saja. Apalagi pas lepas landas, pesawat bergetar hebat. Hampir saja muntah tapi untung sudah keburu mendarat.” Kata Eko saat menceritakan pengalaman pertamanya naik pesawat Twin Otter. 
Perjalanan udara dari kota Malinau sampai Kayan Selatan ditempuh sekitar 1,5 jam. Jaraknya 300 km, mungkin hampir sama dengan jarak antara Jogja Surabaya. Padahal Kayan Selatan hanyalah sebuah kecamatan di Kabupaten Malinau. Ternyata kabupaten ini memang luas sekali, bahkan luasnya 1,5 kali luas Provinsi Jawa Barat! Sebagian besar wilayahnya masih hutan rimba dengan bukit-bukit terjal dan sungai-sungai besar di dalamnya.

Setelah mendarat di pusat Kecamatan Kayan Selatan, perjalanan tidak lantas berakhir sampai di situ. Eko masih harus menuju ke Desa Long Ampung dengan membonceng motor yang dibawa oleh salah seorang warga setempat yang sudah siap menjemputnya. Medan yang dilalui kali ini berupa tanah basah yang jika kena hujan akan menjadi lumpur. Di sepanjang jalan, banyak sekali kubangan air yang dalamnya bisa mencapai setengah betis. Jika sampai salah pilih jalan, mesin motor bisa terperosok ke dalam kubangan air. Tapi untungnya, motor yang Eko tumpangi saat itu selamat sampai tujuan.

Sesampai di Desa Long Ampung, kisah Eko Rizqa Sari sebagai seorang guru di perbatasan pun dimulai. Menurut cerita pria berkacamata ini, gedung sekolah dimana ia bertugas yaitu SMA Negeri 9 Malinau, mirip sekali dengan yang ada di film Laskar Pelangi. Sebenarnya gedung ini bukan milik SMA Negeri 9 Malinau tapi milik SMP Negeri 1 Kayan Selatan. SMA Negeri 9 Malinau belum punya gedung sendiri karena memang masih baru (berdiri tahun 2012). Jumlah muridnya saja sedikit sekali. Kelas X berjumlah 21 murid dan kelas XI 20 murid.

Proses belajar mengajar dilaksanakan mulai siang hari setelah murid SMP  Negeri 1 Kayan Selatan bubar sekolah. Saat hari sudah mulai gelap, saat itu lah lonceng tanda selesai kegiatan di kelas berbunyi. Saat dimana para murid sudah tidak bisa lagi melihat tulisan di papan tulis karena memang tidak ada listrik di sekolah ini. Untuk keperluan guru yang membutuhkan listrik seperti ngeprint, biasanya memakai mesin genset yang tidak selalu ada. Kadang ada juga pembangkit listrik tenaga surya yang terpasang di atap gedung sekolah. Tapi juga tidak selalu ada karena wilayah Kayan Selatan tidak setiap hari cerah.

Saat hari pertama di sekolah, tak satupun guru yang ada di situ. Kepala sekolah sedang ada urusan di Samarinda, sedangkan beberapa guru honorer lain sedang di kota Malinau karena saat itu sedang ada tes CPNS. Akhirnya, guru SM3T lah yang mengatur semua urusan di sekolah saat itu. Saat kepala sekolah sedang bepergian, Eko lah yang biasanya menggantikan posisinya. Bahkan, selama setahun Eko mengabdi di SMA Negri 9 Malinau, ia sempat tiga kali menjadi pelaksana tugas kepala sekolah.

Beberapa murid Eko yang merupakan suku Dayak Kenyah berasal dari Desa Lidung Payau yang berjarak sekitar 20 km dari Desa Long Ampung. Selama di desa Long Ampung, mereka tinggal di sebuah asrama desa. Seminggu sekali mereka pulang dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak terjal yang ada di dalam hutan. Tak hanya itu, mereka juga harus melewati beberapa jembatan darurat yang berasal dari pohon yang roboh dan bambu-bambu yang dipotong melintang. Mereka biasanya pulang untuk mengambil bahan makanan dan untuk berkumpul dengan keluarga masing-masing. Dari sini, Eko melihat betapa berat perjuangan mereka demi bisa terus bersekolah.

Salah satu yang diajarkan oleh Eko sebagai guru SM3T yang bertugas selama satu tahun di Desa Long Ampung adalah melaksanakan upacara bendera. Tidak hanya murid SMA Negeri 9 Malinau yang ia ajari, tapi juga murid SMP Negeri 1 Kayan Selatan dan SD Negeri 1 Kayan Selatan. Menurutnya, murid-murid di SD ini bahkan sama sekali belum pernah melaksankan upacara bendera. Padahal sekolah-sekolah ini terletak tidak jauh dari Malaysia. Oleh sebab itu, demi menjaga nasionalisme murid-muridnya agar tidak luntur, Eko rutin mengajari mereka melaksanakan upacara bendera.

Itulah sepenggal cerita dari salah seorang pejuang pendidikan yang bertugas menjadi guru di perbatasan Indonesia Malaysia. Ilmu dan teori pendidikan yang sudah dikuasai saat kuliah, belum tentu cocok dengan kondisi di lapangan, apalagi di daerah pedalaman seperti di Kalimantan. Kita hanya bisa melihatnya saat kita betul-betul peduli dan ikhlas untuk langsung terjun ke lapangan. Semoga cerita ini bisa menjadi inspirasi bagi kita semua demi kemajuan pendidikan di Indonesia. (fila174)

Guru SM3T
Eko Bersama Murid-muridnya di Depan Gedung Sekolah
Kami guru SM3T ditempatkan di sini untuk menggapai mereka yang terluar, menjangkau mereka yang terdepan agar mereka tidak lagi tertinggal.” (Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia)

Alasan Utama Menjadi Guru


Dulu menjadi guru masih dipandang sebelah mata. Alasannya apa lagi kalau bukan gaji guru yang kecil. Saat saya masih SMA dulu, sedikit sekali yang menyatakan diri ingin kuliah di jurusan pendidikan dan ingin menjadi guru. Kebanyakan lebih memilih kuliah di universitas-universitas non-pendidikan, meski bukan negeri. Menjadi dokter, arsitek, akuntan, atau ahli komputer masih menjadi primadona saat itu. Betapa tidak, profesi-profesi itu menjanjikan gaji yang lebih besar dibanding gaji guru. Saat itu, gaji memang masih menjadi orientasi utama anak SMA dalam memilih profesi apa yang akan mereka jalani kelak.

Guru SM3T
Apa Alasan Menjadi Guru?
Tapi apakah gaji atau materi saja yang perlu dipertimbangkan? Mengapa menjadi guru banyak disepelekan saat itu? Meski saya sebenarnya masih baru belajar menjadi guru, tapi saya mencoba memberikan 2 alasan utama menjadi guru.

1Guru Punya Banyak Waktu Luang

Menjadi pekerja kantoran sangat menyita waktu. Jam kerja bisa dari pagi sampai sore, bahkan sampai malam. Hal ini membuat para pekerja kantoran sedikit sekali mempunyai waktu luang. Pulang kerja, mereka langsung istirahat karena lelah bekerja seharian. Mereka juga hanya mempunyai sedikit hari libur. Mereka begitu menantikan hari libur agar bisa melepas kepenatan setelah disibukkan dengan rutinitas kantor. Saat hari Senin datang, tak sedikit yang bilang I hate Monday.

Beda sama guru. Mereka punya lebih banyak waktu luang. Guru normalnya berangkat ke sekolah pagi dan pulang sebelum sore. Jadi mereka punya waktu luang saat sore dan malam hari. Saat di sekolah, mereka juga tidak full ngajar. Ada jeda saat mereka tidak ada jam ngajar. Guru juga punya lebih banyak hari libur. Selain hari Minggu, mereka punya hari libur saat anak-anak sekolah libur semester. Selain itu, libur sekolah saat hari raya juga biasanya lebih panjang dibanding hari liburnya para pekerja kantoran saat hari raya.

Banyaknya waktu luang yang dimiliki oleh para guru membuat mereka bisa melakukan banyak hal lain. Mereka punya lebih banyak waktu untuk menyalurkan hobi. Saat sore hari, mereka bisa berolahraga, berkumpul dengan komunitas, atau aktif di organisasi masyarakat. Malamnya, mereka masih punya banyak waktu dan tenaga untuk membaca buku, internetan, menulis di blog, atau bersilaturahmi ke tetangga atau kerabat. Saat liburan semester, mereka bisa berwirausaha, menulis buku, atau ikut pelatihan. Karena liburnya panjang, jadi tidak hanya diisi dengan berwisata. Jika berwisata pun, guru bisa traveling lebih jauh karena punya waktu lebih lama.

Jadi kesimpulannya, bagi yang hobi olahraga, suka menulis, traveling, berorganisasi, atau ingin memulai usaha, menjadi guru adalah sebuah pilihan yang tepat.

2. Jadi Guru Dapat Banyak Pahala

Ini adalah alasan yang sering dilupakan oleh para guru. Menjadi guru maka akan dapat banyak pahala. Sesuatu yang tak ternilai harganya. Seorang arsitek tidak akan bisa mengukur detail sebuah bangunan jika tidak belajar menghitung saat masih sekolah. Seorang jurnalis tidak akan bisa menangkap berita dan menuliskannya dengan cepat jika tidak belajar baca tulis di sekolah. Kuliah di jurusan apapun, di universitas manapun, pasti melalui bangku sekolah. Profesi sehebat apapun, pasti pernah punya guru yang mengajarinya.

Bukankah jika kita sudah tiada nanti, salah satu amalan yang tidak terputus adalah ilmu yang bermanfaat? Guru adalah sosok yang paling banyak memberikan ilmu yang bermanfaat. Jika dalam satu tahun saja ada seratus siswa baru yang dididik oleh seorang guru, lalu berapa banyak yang telah ia didik saat sudah bertahun-tahun menjadi guru? Berapa jumlah ilmu yang telah ia bagikan? Berapa pahala yang ia dapat? Maka alangkah ruginya jika ada seorang guru yang tidak mau terus belajar agar menjadi guru yang baik dan betul-betul mampu memberikan ilmu yang bermanfaat.

Itulah 2 alasan utama menjadi guru menurut saya. Saya yakin masih banyak guru-guru di luar sana yang punya alasan yang lebih hebat mengapa memilih menjadi guru. Namun begitu, semua orang sejatinya adalah guru. Setidaknya guru bagi anak-anaknya. Siapapun bisa menjadi guru. Profesi apapun. Saat seseorang memberikan contoh yang baik dan ilmu yang bermanfaat bagi orang lain, saat itulah dia menjadi seorang guru. (fila174)

Tugi, Pemburu Hebat di Pelosok Negeri


Namanya Tugi. Dia masih duduk di kelas 9 SMP Negeri 2 Mentarang Kabupaten Malinau Provinsi Kalimantan Utara. Hobinya bermain sepakbola. Hampir setiap sore dia bermain bola di lapangan desa Long Pada. Saat Dwi Kristiyanto datang, salah satu guru SM3T yang ditugaskan di Long Pada, Tugi sangat senang karena Dwi adalah guru olahraga yang juga hobi bermain bola. Setiap ekskul sepakbola, Tugi selalu datang. Karena hobinya ini, dia menjadi salah satu pemain bola terhebat di desanya. Desa Long Pada bahkan menjadi juara pertama turnamen sepakbola antar kampung sekecamatan Sungai Tubu tahun lalu. Pemain terbaiknya siapa lagi kalau bukan Tugi.

Anak-anak Pedalaman
Anak-anak Sekolah di Long Pada
Di sekolah, Tugi sayangnya bukan termasuk siswa yang pandai. Dia bahkan selalu kesulitan dalam menerima pelajaran apapun, terutama yang menyangkut hitung menghitung. Perkalian angka puluhan saja, dia masih sering salah, padahal sudah kelas 9. Hitungan seperti itu kan seharusnya sudah dipelajari di bangku SD. Sulit bagi Tugi menerima materi pelajaran kelas 9 yang sesuai kurikulum yang dibuat oleh pemerintah.

Pendidikan yang didapat Tugi sebelumnya membuat kami, guru SM3T yang bertugas di desa Long Pada, memaklumi kemampuan belajarnya yang sangat rendah. SD tempat Tugi sekolah dulu, SD Negeri 007 Mentarang, masih memiliki banyak sekali kekurangan. Kegiatan belajar mengajar di SD itu belum berjalan dengan baik. Penyebabnya diantaranya adalah karena jumlah guru yang sangat kurang dan fasilitas sekolah yang sangat tidak layak. Guru-gurunya adalah lulusan SMA. Hanya kepala sekolahnya yang sudah bergelar sarjana. Saking kurangnya guru, bahkan ada seorang motoris ketinting yang menjadi guru di SD Negeri 007 Mentarang.

Tugi juga sering tidak berangkat sekolah karena harus pergi ke hutan untuk berburu. Fisiknya yang kuat membuat dia menjadi salah satu pemburu terbaik di Long Pada. Hanya ada beberapa pemburu hebat di desa ini. Semuanya laki-laki dan kebanyakan masih muda. Bisa dibilang, kelangsungan hidup warga desa masih bergantung pada pemburu-pemburu itu. Makanan utama warga adalah daging hewan hasil buruan para pemburu, terutama babi dan celeng. Jika ada pemburu yang berhasil menangkap hewan buruan, dia akan membagi-bagikan dagingnya ke warga. Itu adalah cara mereka untuk berbagi.

Selain berburu, Tugi juga sering ikut warga pergi ke hutan untuk ngusa atau mencari pohon gaharu. Pohon ini sangat langka dan sulit ditemukan. Apalagi yang dicari warga adalah pohon gaharu yang sudah tua dan memiliki aroma wangi di bagian dalam batangnya. Bagian ini bisa sangat mahal harganya jika dijual di kota. Sekali pergi ngusa, Tugi bisa menghabiskan waktu hingga berhari-hari, bahkan berminggu-minggu. Hutan Kalimantan yang sangat luas membuatnya harus teliti agar tidak tersesat. Selain itu, dia juga harus selalu waspada karena banyak hewan buas yang bisa mengancam nyawanya setiap saat. Tak jarang ada pemburu yang terluka karena diserang hewan buas.

Saat pergi ngusa, banyak yang harus Tugi bawa. Persenjataan yang dia bawa diantaranya adalah bujak, sejenis tombak tapi dilengkapi dengan sumpit. Peluru senjata ini sangat beracun, diracik dari dedauanan alami hutan Kalimantan. Senjata ini Tugi gunakan untuk melumpuhkan hewan buruan. Selain itu, Tugi juga membawa beras untuk persediaan makanan selama dia di hutan. Sedangkan lauknya adalah hewan buruan seperti babi, rusa, dan ikan. Bahkan hewan yang tak pernah kami duga sebelumnya, beruang, ular, dan monyet! Hewan-hewan itu diburu dan dimakan agar bisa survive selama di hutan. Ini biasa dilakukan oleh Tugi dan warga saat mereka berada di hutan.

Tugi dengan Bujak dan Hasil Buruannya
Tugi adalah satu contoh anak Indonesia yang masih bertahan dengan kehidupan primitifnya. Dia bahkan tidak tahu dunia luar sama sekali. Apalagi gemerlap ibu kota, tak pernah ada dalam pikirannya. Saat kami bercerita tentang mimpi besar di kota yang bisa diraih oleh siapapun, tak terkecuali anak-anak di pedalaman, raut muka Tugi masih menunjukkan sebuah pesimisme. Tak terhitung berapa kali kami memotivasi anak-anak di Long Pada, wajah Tugi masih sama. Dia masih berpikiran bahwa masa depannya masih akan seperti warga Long Pada lainnya, bertahan hidup di tengah hutan dengan berburu. Selama alam masih menyediakan makanan, masih sulit bagi Tugi untuk move on dan meninggalkan dunia primitifnya.

Satu hal baik yang bisa dipetik adalah fakta bahwa Tugi telah tercatat sebagai seorang anak sekolah. Ya, dia adalah siswa SMP Negeri 2 Mentarang. Dia sudah pernah belajar tentang dunia, belajar tentang hal-hal baru yang tak pernah ia tahu sebelumnya, meskipun mungkin tak banyak jumlahnya. Paling tidak itu menjadi sebuah langkah awal menuju perubahan peradaban di desa Long Pada. Perubahan peradaban untuk generasi-generasi selanjutnya setelah Tugi.

Firdaus Laili, Guru SM3T di Desa Long Pada

Jumat, 27 Februari 2015

Kami Ingin Terus Bersekolah


Perkenalkan nama kami Ismael, Enos, Apriansyah, dan Oki. Kami adalah siswa SMP Negeri 2 Mentarang Kabupaten Malinau Provinsi Kalimantan Utara. Kami adalah anak-anak asli suku dayak Kalimantan. Kami tinggal di sebuah desa yang sangat jauh dari perkotaan. Desa kami ada di tengah-tengah hutan Kalimantan yang sangat luas. Sungai adalah tempat bermain kami sehari-hari. Seminggu sekali kami ikut orang tua kami berburu di hutan. Setahun sekali orang tua kami mengajak kami ke kota.

Guru SM3T Kalimantan
Kami Bersama Pak Firdaus
Yang di tengah-tengah kami adalah Pak Firdaus, guru SM3T yang datang dari Jawa. Ada lima guru SM3T yang datang ke desa kami. Semua dari Jawa. Kami sangat senang mereka datang. Sekolah kami jadi ramai lagi. Tak ada lagi kelas kosong karena tak ada gurunya. Kami jadi bersemangat lagi mengenakan pakaian putih biru setiap pagi datang. Kami juga jadi punya kegiatan setiap sore menjelang.

Mereka mengajari kami banyak hal, tak hanya pelajaran-pelajaran di sekolah. Mereka mengajari kami pramuka. Mereka mengajari kami karya ilmiah. Mereka mengajari kami Bahasa Inggris. Mereka mengajari kami bermain sepakbola. Mereka mengajari kami membaca peta dunia. Mereka mengajari kami melaksanakan upacara bendera. Banyak hal yang mereka ajarkan yang sebelumnya tak pernah kami kenal.

Kedatangan guru-guru SM3T membuat kami kembali punya semangat untuk belajar. Mereka membuat kami semakin ingin tahu banyak hal. Mereka membimbing kami melakukan hal-hal baru. Mereka menuntun kami memasuki dunia baru. Mereka selalu terbuka untuk kami. Tak hanya di sekolah, di luar sekolah pun mereka selalu ikhlas mengajari kami. Tak jarang kami datang ke rumah mereka malam-malam untuk belajar. Meski hanya diterangi lampu minyak, semangat kami tak pernah pudar.

Kini mereka sudah pulang ke Jawa. Satu tahun terasa begitu cepat. Pak Presiden, tolong kirimkan lagi guru ke sekolah kami. Kami tak ingin sekolah kami kembali sepi. Kami tak ingin tak ada lagi yang mengajari kami. Meski kami ada di pelosok negeri, tapi kami juga anak bangsa. Kami berhak atas pendidikan yang layak. Kami ingin terus bersekolah. Kami tidak ingin seperti orang tua kami yang tidak bisa membaca. Kami tidak ingin seperti orang tua kami yang setiap hari hanya berburu di hutan. Kami juga ingin masa depan yang cerah, seperti anak-anak lain yang ada di kota.

Guru SM3T 2013
Kami bersama Pak Yoga, Guru SM3T asal Banyuwangi

Bekerja Sepulang Sekolah Demi Berkemah


Bekerja mencari uang sepulang sekolah adalah hal yang tidak seharusnya dilakukan oleh anak SD (Sekolah Dasar), apapun alasannya. Namun, tidak demikian dengan apa yang dilakukan oleh siswa-siswa SD Negeri 007 Malinau Barat, Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara. Mereka adalah murid-murid dari salah seorang guru SM3Tasal Kebumen, Jawa Tengah, Imam Aji Subagyo, yang ditugaskan di Kabupaten Malinau, daerah perbatasan Indonesia Malaysia. Mereka bekerja sepulang sekolah demi mendapatkan sejumlah uang agar bisa pergi berkemah bersama gurunya.

Aji dan Dua Muridnya yang Mengenakan Pakaian Adat Dayak 
Imam Aji Subagyo atau akrab disapa Aji bercerita tentang apa yang dilakukan oleh murid-muridnya agar bisa pergi berkemah bersama dirinya. Awalnya mereka mempunyai permintaan untuk berkemah bersama para guru. Namun karena sekolah sedang tidak ada uang untuk memenuhi keinginan mereka, tanpa diduga mereka mempunyai inisiatif yang luar biasa, yaitu mencari uang sendiri. Keinginan kuat untuk berkemah yang merupakan kegiatan baru bagi mereka dan kedekatan emosional dengan para gurunya membuat mereka sangat bersemangat untuk bekerja mencari uang.

Jumlah siswa dalam satu kelas yang hanya 8 anak tak menyurutkan semangat mereka untuk mengumpulkan sejumlah uang. 4 siswa perempuan pergi ke hutan sepulang sekolah untuk mencari sayuran dan buah-buahan. Kebetulan daerah mereka yang masih dikelilingi hutan memudahkan mereka untuk mendapatkan banyak sayuran dan buah-buahan. Hasil yang mereka dapat kemudian mereka jual ke masyarakat yang membutuhkan. Sedangkan 4 siswa laki-laki membantu mencuci mobil-mobil truk pengangkut batu bara agar mendapatkan sejumlah uang sebagai upah. Mereka melakukan itu setiap hari sepulang sekolah selama satu minggu.

Awalnya Aji sama sekali tidak tahu jika anak-anak didiknya bekerja seperti itu setiap pulang sekolah. Guru SM3T lulusan PGSD UNY ini pun kaget ketika mereka kembali mengajaknya pergi berkemah dengan membawa sejumlah uang. Jumlah uang yang berhasil mereka kumpulkan adalah kurang lebih 800 ribu rupiah. Bagi mereka, itu adalah jumlah yang tidak sedikit. Semuanya mereka serahkan ke gurunya agar mereka jadi pergi berkemah. Tak sepeser pun mereka ambil untuk yang lain seperti jajan. Itu mereka lakukan agar keinginan mereka bisa terwujud. Guru mana yang tidak terharu ketika mengetahui murid-muridnya bekerja keras demi mendapatkan uang agar bisa melakukan kegiatan bersama gurunya.

Aji merasa sangat bangga dan terharu dengan apa yang telah dilakukan oleh murid-muridnya. Mereka mencari uang sendiri untuk apa yang mereka inginkan. Sesuatu yang tidak akan terjadi jika bukan karena sebuah keterbatasan. Sesuatu yang sangat jarang kita jumpai di perkotaan dimana sekolah-sekolah sudah mempunyai fasilitas lengkap. Apalagi anak-anak SD di perkotaan yang memiliki orang tua berkecukupan, rasanya hampir mustahil mereka mau melakukan apa yang dilakukan oleh murid-muridnya Aji.

Dengan fasilitas sekolah yang lengkap dan tak perlu mencari uang sendiri untuk melakukan kegiatan sekolah, sudah seharusnya anak-anak sekolah di perkotaan bersyukur. Anak-anak yang sekolah di kota tapi tidak sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, malas belajar, suka bolos, tidak mengerjakan PR, tidak hormat pada gurunya, tidak mau mentaati tata tertib sekolah, tidak mau ikut kegiatan sekolah seharusnya malu dengan mereka anak-anak sekolah di daerah pelosok seperti di Kalimantan.
Aji dan murid-muridnya telah menunjukkan bahwa keterbatasan tidak boleh menjadi alasan untuk tidak melakukan sesuatu yang bermanfaat. Di tengah segala keterbatasan di daerah perbatasan, mereka tetap bersemangat untuk belajar dan berkarya. Mereka tidak ingin menyerah karena keadaan. Asal ada kemauan untuk mewujudkan sesuatu yang kita inginkan, pasti ada jalan dan pasti terwujud. Anak-anak SD Negeri 007 Malinau Barat telah membuktikan itu. (fila174)

“Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia”

Cek SKPT 2015 Sudah Bisa Diakses





Bapak ibu yang sudah tersertifikasi, pengecekan SKPT sudah bisa dilakukan, silahkan untuk mengunjungi alamat berikut
Jika berhasil login akan ditampilkan Info PTK/guru bersangkutan yang memuat tentang nomor dan tanggal penerbitan SKTF maupun SKTP :
Data Individu Berdasarkan Dapodik
Berdasrkan update data terakhir : Tanggal, bulan, dan tahun SYNC (Tanggal Syncronisasi)
  • NUPTK (Terdiri dari 16 digit angka, tanpa sapasi)
  • Nama (Nama PTK bersangkutan)
  • Tanggal Lahir (Dengan format DD-MM-YYYY)
  • Nomor Induk Kependudukan (KTP, biasanya terdiri dari 16 digit angka, tanpa sapasi)
  • Jenis PTK (Guru Kelas, Guru Mata Pelajaran masing-masing PTK)
  • Nama Status Kepegawaian (PNS, Non PNS)
  • Nomor Induk Pegawai (NIP baru, terdiri dari 18 digit angka)
  • Nomor SK Pengangkatan (Nomor SK Pertama Sebagai Guru yang diperhitungkan)
  • TMT SK Pengangkatan (Terhitung Mulai Tanggal SK Pangkat Pertama sebagai PNS, dengan format DD-MM-YYYY)
  • Sumber Gaji (APBN, APBD, lainnya)
  • Nama Pangkat Golongan (Sesuai dengan SK Kenaikn Gaji Berkala (SKKGB) atau SK Kenaikan Pangkat pada tabel riwayat Dapodik)
  • TMT Pangkat Golongan (Terhitung Mulai Tanggal SK Pangkat Terakhir PTK sesuai dengan SK Kenaikn Gaji Berkala (SKKGB) atau SK Kenaikan Pangkat pada tabel riwayat Dapodik, dengan format DD-MM-YYYY)
  • Masa Kerja (Masa kerja sesuai dengan SK Kenaikn Gaji Berkala (SKKGB) atau SK Kenaikan Pangkat pada tabel riwayat Dapodik) 6.9 Gaji Pokok (Sesuai dengan PP No. 34 Tahun 2014)
  • Ijazah Terakhir (Ijazah terakhir yang tercatat pada riwayat pendidikan formal pada dapodik, misalnya S1)
  • Status Kuliah (Kosong, jika tidak sedang kuliah)
  • Nama Tugas Tambahan (misalnya Kepala Sekolah atau pengawas)
  • Nomor SK Tugas Tambahan (Sesuai dengan nomor SK Pengangkatan sebagai Kepala Sekolah)
  • TMT Tugas Tambahan (Terhitung Mulai Tanggal SK Pengangkatan sebagai Kepala Sekolah, dengan format DD-MM-YYYY)
  • TST Tugas Tambahan (Terhitung Sampai Tanggal SK Pengangkatan sebagai Kepala Sekolah, biasanya kosong)
  • Validasi Tugas Tambahan (Biasanya 1)
  • Jam Tugas Tambahan diakui (Misalnya 18 untuk Tugas Tambahan sebagai Kepala Sekolah)
  • Keterangan Tugas Tambahan (Biasanya kosong)
  • Sekolah Induk (Unit Satuian Kerja Pangkal PTK)
  • Nama Kabupaten/Kota (Berisi nama Kabupaten/Kota PTK)
  • Nama Provinsi ((Berisi nama Provinsi PTK)
  • Bertugas di Wilayah Khusus (Biasanya jika tidak di wilayah khusus)
  • Email ( Email PTK yang terdaftar di Dapodok)
  • Status Keaktifan (Terdiri dari 4 Triwulan: TW 1 T.A 2014/2015 (Jul-Sep) 3 bulan, TW 2 T.A 2014/2015 (Okt-Des) 3 bulan, TW 3 T.A 2014/2015 (Jan-Mar) 3 bulan, TW 4 T.A 2014/2015 (Apr-Jun) 3 bulan)
  • Data Pensiun (Tahun PTK Pensiun, umur 60 tahun untuk guru)
  • Jumlah Jam Mengajar (6 jam, Jumlah Jam Mengajar sesuai entrian Dapodik)
  • Jumlah Jam Linier (18 jam, Jumlah Jam Mengajar Linier Sesuai dengan Sertifikasi Guru)
  • Jumlah Jam Linier + Tugas Tambahan (24 jam, Jumlah Jam Mengajar Linier dan Jumlah Jam Tugas Tambahan bagi guru yang menerima Tugas Tambahan)
Data individu ini diambil dari database dapodik. Semua data individu ini mengikuti perubahan data yang dilakukan pada dapodikdas, perubahan data pada aplikasi dapodikdas pada aplikasi sekolah yang sudah disinkron. Jika ada perubahan atau perbedaan dengan data yang sebenarnya, maka lakukan perubahan/penyesuaian data pada aplikasi dapodikdas di sekolah masing-masing.

Kamis, 26 Februari 2015

Kisah Pengajar Muda di Halmahera Selatan


Menebar optimisme dan Berbagi Inspirasi di pelosok nusantara agar tercipta dampak positif yang berkelanjutan. Begitulah kira-kira salah satu misi dari sebuah gerakan bernama Indonesia Mengajar (IM). Gerakan ini dipelopori oleh seorang profesional pendidikan yang sekarang menjabat sebagai Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Anies Baswedan. Selain misi di atas, IM juga mempunyai misi membentuk anak muda Indonesia yang berkompetensi kelas dunia namun memiliki wawasan nusantara hingga ke akar rumput Indonesia.

Pengajar Muda di Halmahera Selatan
Roro, Pengajar Muda di Halmahera Selatan
Salah satu Pengajar Muda (sebutan untuk para penggerak IM) yang berkesempatan menjadi penebar inspirasi di pelosok negeri adalah Roro Ayu Kusumastuti. PM (Pengajar Muda) yang satu ini mendapat tugas di SD Inpres Sawangakar, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara. Desa Sawangakar adalah sebuah desa kecil yang hanya dihuni sekitar 60 KK. Desa ini berada di sebuah pulau kecil bernama Pulau Botang Lomang. Mayoritas penduduknya adalah suku Makian yang beragama Islam dan bermata pencaharian sebagai petani. Di desa ini, belum ada listrik dan sinyal telepon seluler. Saat malam hari, rumah-rumah hanya diterangi dengan lampu minyak, termasuk rumah yang ditinggali Roro.

Roro Ayu Kusumastuti atau biasa dipanggil Roro tinggal sendiri di sebuah rumah tepat di pantai teluk Sawangakar. Saat pertama kali datang, PM lulusan Pendidikan Bahasa Inggris UNY ini disambut dengan suka cita oleh anak-anak SD Inpres Sawangakar. Sebuah tulisan “Selamat Datang Ibu Roro” menunjukkan antusiasme mereka menyambut kedatangan guru baru. Semangat mereka untuk terus belajar dan bersekolah begitu luar biasa di tengah segala keterbatasan yang ada di desa mereka.

Rumah PM di Halmahera Selatan
Rumah Roro dan Tulisan "Selamat Datang Ibu Roro" di Teluk Sawangakar
Karena jumlah guru yang sangat kurang di SD Inpres Sawangakar, tak jarang Roro harus mengajar dua kelas sekaligus (kelas rangkap). Guru muda asal Gunung Kidul, Yogyakarta ini sering mengajarkan tentang indahnya sebuah perbedaan pada murid-muridnya. Menurut Roro, warga desa Sawangakar memang belum begitu bisa menerima sesuatu yang baru atau berbeda dengan mereka. Contoh kecilnya, mereka sering tidak mau mencoba makanan asing yang belum pernah mereka makan. Mereka juga tidak mau mencoba mengolah makanan dengan cara baru.

Roro pernah mengajak murid-muridnya untuk saling berkirim surat dengan murid-murid rekannya di Bogor. Mereka pun sangat antusias menerima ajakan Ibu gurunya. Di dalam surat yang mereka kirim ke Bogor, mereka memperkenalkan diri dan menulis tentang keseharian mereka serta apa saja yang ada di desa Sawangakar. Surat-surat mereka pun berbalas. Anak-anak SD sebuah yayasan di Bogor juga memperkenalkan diri dan menulis tentang keseharian mereka di Bogor, termasuk bermain game, sesuatu yang baru dan tak dimengerti oleh anak-anak SD Inpres Sawangakar.

Surat dari Anak-anak Halmahera Selatan
Surat dari SD Inpres Sawangakar untuk Teman-teman di Jawa
Mereka pun meminta Roro untuk mengirim surat lagi ke Bogor. Wajah-wajah polos mereka menunjukkan sebuah kegembiraan setelah mendapat teman baru dari Jawa, meski hanya teman lewat surat. Kali ini bukan hanya surat yang mereka kirim, tapi mereka juga menyertakan makanan-makanan khas Desa Sawangakar. Meski banyak dan memakan biaya pengiriman yang tidak sedikit, Roro dan murid-muridnya tetap bersemangat untuk saling berbagi dengan anak-anak di Bogor, anak-anak yang sekolah di sebuah Yayasan Kristen.

Awalnya anak-anak SD Inpres Sawangakar yang semuanya muslim tidak tahu jika sahabat-sahabat penanya itu adalah dari kalangan nasrani. Setelah diberi tahu, ternyata mereka tetap bersemangat untuk berteman dan ingin terus saling kirim surat dengan anak-anak SD di Bogor tadi. Meski jauh, semangat mereka untuk saling mengenal dan saling berbagi tak pernah luluh. Meski banyak perbedaan, mereka masih memiliki satu kesamaan yang jauh lebih penting, yaitu Indonesia. Ya, mereka adalah anak-anak Indonesia. Mereka masih berada dalam satu tanah air. Tanah air Indonesia. (fila174)

Kehadiran dan kehidupan Pengajar Muda di sekolah, desa dan keluarga baru mereka di pelosok Nusantara akan merajut tenun kebangsaan yang lebih kokoh.” Indonesia Mengajar

Perjalanan Menantang Maut Guru SM3T di Kabupaten Malinau


Long Boat
SM3T UNY Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara
Kabupaten Malinau adalah sebuah kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Bulungan. Kabupaten ini berada di Provinsi Kalimantan Utara yang juga merupakan daerah pemekaran. Sebelum awal tahun 2014, provinsi ini masih masuk dalam wilayah Provinsi Kalimantan Timur. Kabupaten Malinau yang memiliki sebutan Bumi Intimung ini memiliki luas wilayah kira-kira 1,5 kali luas wilayah Provinsi Jawa Barat!

Namun, luas wilayah Kabupaten Malinau tidak berbanding lurus dengan jumlah penduduknya. Menurut informasi yang saya dapat dari salah satu pejabat pemerintahan setempat saat acara pembekalan guru SM3T 2013, jumlah penduduk Kabupaten Malinau hanya dua kali lipat jumlah mahasiswa UNY! Artinya jika jumlah mahasiswa UNY berjumlah sekitar 60 ribu jiwa, maka jumlah penduduk kabupaten ini hanya sekitar 120 ribu jiwa. Maka tak heran jika sebagian besar wilayah kabupaten ini masih berupa hutan belantara yang belum berpenghuni.

Selain bentangan hutan rimba yang sangat luas, sungai-sungai besar dengan arus yang berbahaya juga banyak ditemui di Kabupaten Malinau. Beberapa guru SM3T asal UNY yang bertugas di sana merasakan betapa kerasnya perjuangan mereka menaklukkan sungai-sungai besar itu demi bisa menjangkau lokasi sekolah tempat mereka bertugas. Salah satu yang mendapat kesempatan langka itu adalah Syaiful Anwar, guru SM3T yang mendapat tugas di Desa Long Alango, Kecamatan Bahau Hulu, Kabupaten Malinau.

Desa ini adalah satu dari beberapa daerah sasaran program SM3T di Kabupaten Malinau yang menggunakan jalur sungai sebagai akses menuju ke sana. Alat transportasi yang digunakan adalah long boat atau ketinting. Long boat memiliki ukuran lebih besar, mampu menampung 4 hingga 5 penumpang. Sedangkan ketinting hanya mampu menampung 2 hingga 3 penumpang saja. Namun, perahu kecil ini memiliki kemampuan menaklukkan sungai-sungai kecil dengan jeram-jeram berbahaya.

Syaiful bercerita tentang perjalanan panjangnya menggunakan long boat dan ketinting dari kota Malinau menuju Desa Long Alango. Petualangan hebat pemuda asal Yogyakarta ini baru dimulai saat ia sudah sampai di Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan. Jadi ia harus ke dermaga Tanjung Selor dulu sebelum berangkat menuju ke Long Alango. Dari dermaga ini, ia menumpang sebuah long boat pengangkut minyak dan sembako. Semua barang yang dibawa perahu jenis ini ditutup dengan sebuah terpal panjang agar tidak kena basah saat hujan datang atau saat ada terjangan air sungai yang masuk ke dalam perahu.

Hari itu, Syaiful bersama si pemilik long boat memulai perjalanan sekitar jam 7 pagi. Di awal perjalanan, Syaiful disuguhi pemandangan Sungai Bahau yang besar dengan pohon-pohon besar khas Pulau Kalimantan di sepanjang pinggiran sungai. Setelah menyusuri sungai begitu jauh, sekitar jam 3 sore mereka berhenti untuk mengisi bahan bakar di sebuah pos tempat pengisian bahan bakar khusus untuk perahu-perahu yang lewat situ.

Hampir seharian penuh Syaiful berada di atas long boat yang ia tumpangi. Jam 6 sore, saat langit sudah mulai gelap, motoris long boat (*orang yang mengendalikan long boat) memutuskan untuk menghentikan perjalanan mereka hari itu dan melanjutkanya keesokan harinya. Mereka pun menginap di sebuah pondok yang ada di pinggiran sungai. Pondok seperti ini biasanya sangat jauh dari pemukiman manapun dan bisa ditemui di pinggiran sungai Kalimantan. Pondok-pondok ini memang dibuat untuk bermalam orang yang berada di tengah perjalanan seperti Syaiful.

Orang Kalimantan biasanya mengandalkan makanan yang disediakan oleh alam saat mereka berada di tengah perjalanan panjang di tengah hutan. Begitu juga dengan Saiful saat itu. Untung saja, malam itu ia bersama dengan orang yang tepat, orang asli Kalimantan yang sudah terbiasa dalam hal berburu makanan di hutan. Di sini, Syaiful banyak belajar tentang bagaimana cara bertahan hidup dengan mengandalkan alam sekitar. Sebuah pelajaran berharga yang akan sulit ia temui di tempat asalnya.

Malam sudah berlalu dan berganti pagi. Syaiful sudah bersiap untuk melanjutkan kembali perjalanannya setelah beristirahat mengembalikan tenaga dan mental yang terkuras hari sebelumnya. Kali ini, sungai yang dilalui semakin kecil. Bahkan beberapa kali penumpang harus turun saat long boat melewati aliran sungai yang dangkal dan berbatu. Hal ini untuk mengurangi resiko long boat karam atau pecah. Menurut cerita warga setempat, tidak jarang ada kejadian perahu karam dan memakan korban jiwa.

Karena kondisi sungai yang semakin menyempit dan berbatu, motoris tidak berani ambil resiko. Dia pun memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan. Saat itu, Syaiful tidak tahu dia ada di mana dan harus berbuat apa. Ia hanya berharap ada perahu yang lewat dan mau memberinya tumpangan. Pemilik long boat pun hanya menyarankan untuk menunggu siapa tau ada ketinting yang lewat dan sedang menuju ke Long Alango. Berjam-jam Syaiful menunggu seorang diri, ketinting yang ia harapkan tak kunjung datang.

Akhirnya, Tuhan mendengar doa Syaiful. Sebuah ketinting yang dibawa oleh seseorang yang bernama Pak Apui lewat dan bersedia memberikan tumpangan. Saat itu, Pak Apui bak seorang pahlawan bagi Syaiful. Kebetulan sekali dia juga hendak menuju ke Desa Long Ampung. Petualangan Syaiful yang panjang itu pun berlanjut, dengan perahu dan motoris yang berbeda. Saat itu hari sudah sore dimana rintik-rintik hujan mulai turun. Sungai yang dilalui semakin kecil dengan bebatuan semakin banyak dan jeram-jeram berbahaya semakin banyak terlihat.

Saat hujan gerimis berubah menjadi hujan lebat, saat dimana langit juga semakin gelap, mesin ketinting yang Syaiful tumpangi tiba-tiba mati seketika. Pak Apui berteriak meminta Syaiful untuk membantunya mendayung agar ketinting bisa segera dipinggirkan. Dibawah guyuran hujan yang sangat deras dan arus sungai yang semakin besar, Syaiful sekuat tenaga membantu Pak Apui mendayung ketinting. Jika saja dalam keadaan mesin mati tidak segera menepi, ketinting bisa melintang dan terbalik. Jika ini terjadi, Syaiful tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi. Ia sangat bersyukur bisa melewati momen berbahaya itu.

Dengan mesin ketinting yang tersendat-sendat, mereka melanjutkan perjalanan walaupun hujan deras masih turun. Sampailah akhirnya mereka di sebuah pemukiman kecil di mana warganya mengenal Pak Apui. Nama pemukiman ini adalah Desa Long Tebulo. Hanya ada beberapa rumah saja di dalamnya. Karena hari sudah mulai gelap dan mesin ketinting juga mengalami kerusakan, akhirnya Syaiful dan Pak Apui memutuskan untuk singgah di desa itu dan melanjutkan perjalanan keesokan harinya setelah mesin diperbaiki. Kali ini lebih baik dari malam sebelumnya, Syaiful bisa bermalam di sebuah rumah milik warga Desa Long Tebulo.

Setelah melewati dua hari dua malam yang melelahkan, perjalanan Syaiful tak kunjung berakhir. Ia belum tau kapan ia akan sampai di Desa Long Alango. Pagi keesokan harinya, Pak Apui memperbaiki mesin ketintingnya dan siap untuk melanjutkan perjalanan. Rupanya jarak antara Desa Long Tebulo dan Desa Long Ampung tidak begitu jauh. Saat itu hanyak ditempuh sekitar 40 menit perjalanan menggunakan ketinting. Kedua desa itu masih berada dalam satu kecamatan yaitu Kecamatan Bahau Hulu.

Syaiful sangat bersyukur karena dia berhasil melewati sebuah perjalanan panjang nan melelahkan dengan selamat. Ia tidak pernah menyangka sebelumnya bahwa ia akan mengalami sebuah petualangan sehebat itu di pedalaman Kalimantan. Sebuah pengalaman yang sangat berharga karena tak semua orang memilikinya. Sesampainya di Desa Long Alango, Saiful memulai petualangan barunya sebagai seorang Guru SM3T yang mengajar anak-anak di Desa Long Alango, sebuah desa di pelosok negeri yang jauh dari hingar bingar dunia perkotaan. (fila174)

SM3T Malinau
Syaiful Bersama Warga SMA N 10 Malinau Desa Long Alango

CARA VERVAL NOMOR REGISTER GURU ( NRG )


Bagi guru yang sudah memiliki sertifikat guru Profesional atau Guru Tersertifikasi akan diberikan nomor Register Guru (NRG), dan NRG inilah yang harus VERIVIKASI ULANG agar nomor NRG kita tidak terhapus oleh sistem yang berakibat pada terhapusnya tunjangan sertifikasi. Bagi guru yang masih kesulitan dalam melalkukan verval NGR berikut penulis uraikan langkah-langkahnya.
  1. Melakukan Register Ulang NRG (Nomor Registrasi Guru) bagi  PTK yang telah menerima sertifikasi, dan jika tidak dilakukan proses registrasi ulang maka NRG yang telah diterbitkan akan dianggap tidak valid oleh sistem.
  2. Memastikan NUPTK/Peg ID Periode semester 2 TA  2014/2015 telah aktif, jika dalam 2 semester berturut-turut NUPTK/Peg Id tidak diaktifkan secara mandiri oleh PTK maka beresiko ada kemungkinan akan dinonaktifkan permanen oleh sistem pusat.
  3. Melakukan/ mengisi PKG (Penilaian Kinerja Guru) Pada Semester 2 tahun pelajaran 2014/2015, untuk hal ini berlaku wajib untuk semua pendidik dan kepsek baik sekolah negeri maupun sekolah swasta dilingkungan Kemdikbud  dan Kemenag.
  4. Mengisi Evaluasi Diri Sekolah/EDS ditujukan bagi yang belum melengkapi data pada semester 1 tahun pelajaran 2014/2015 dan EDS hanya berlaku pada naungan Kemdikbud.
Cara Registrasi Ulang NRG (Nomor Registrasi Guru)
 
Perlu diperhatikan, bahwa hasil Padamu Negeri akan menjadi data acuan bagi BPSDMPK-PMP
Kemdikbud dalam mendukung melaksanakan berbagai program unggulan yang diprogramkan pemerintah pada tahun 2015 ini diantaranya :
  1. Seleksi Peserta Program pendidikan Guru(PPG)
  2. UKG (Uji Kompetensi Guru)
  3. PKB (Pengembangan Ke Profesian Berkelanjutan)
  4. PPPG dan PPKSProgram Penilaian Prestasi kerja Guru dan Kepala Sekolah
  5. Program ProDEP kerjasama dengan  Australia.

Inilah Alur Proses Verval NRG 2015

Berdasarkan surat edaran BPSDMPK-PMP, No 644/JLL/2015 tertanggal 14 Januari 2014, maka ada serangakian kegiatan yang berhubungan dengan verval NRG 2015 yang akan berlangsung antara 1 Pebruari-30 Juni 2015. Dan beberapa agenda tersebut perlu kita ketahui, diantaranya:
  1. Verval  NRG (Nomor Registrasi Guru) untuk para Pendidik yang sudah  bersertifikasi guru.
  2. Cetak Kartu NUPTK, sebagai buukti Keaktifan NUPTK/PegID pada semester 2 Tahun Ajaran  2014/2015.
  3. PKG semester 2 Tahun2014/2015. 
  4. Melengkap EDS (Evaluasi Diri Sekolah) untuk  yang belum lengkap EDSnya di periode semester 1 Tahun Pelajaran 2014/201
Kemudian mengenai tahap atau alur VERVAL NRG 2015, bisa kita lihat melalui alur dibawah ini.
Ada 3 alur dalam melakukan Verval NRG, yang terbagi dalam 3 bagian atahu tahap.
  1. Proses keaktifan individu oleh  masing-masing PTK
  2. Proses ajuan Verval NRG oleh setiap PTK yang telah bersertifikasi
  3. Proses persetujuan Verval NRG di Admin Dinas
alur VERVAL NRG 2015
alur VERVAL NRG 2015
Untuk langkah-langkah detailnya bisa dilihat dibawah ini:

Proses keaktifan individu oleh  masing-masing PTK
  1. Dimulai dengan   login PTK, silahkan klik http://padamu.siap.web.id/
  2. Kemudian silahkan melengkapi EDS dan Kuesioner
  3. Selanjutnya bisa melanjutkan dengan langkah update biodata Riwayat (S12-S 13)
  4. Setelah langkah diatas selesai maka PTK bisa mengajukan Ajuan Status Aktif PTK ke Kepala Sekolah masing-masing. Jika PTK sudah bersertifikat guru maka bisa melakukan langkah verval NRG ( tahap 2) dibawah ini.
Proses ajuan Verval NRG oleh setiap PTK yang telah bersertifikasi
  1. Langkah pertama, lakuka updating kelengkapan data sertifikasi.
  2. Upload haisl scan piagam dan sertifikat. Berkekstensi jpg atau png
  3. Selanjutnya PTbisa melakukan cetak ajuan Verval NRG.
  4. Surat ajuan verval  bisa ditandatangani kepala sekolah dan kemudian diserahkan ke admin dinas. 
  5. Sampai disini, PTK tinggal menunggu admin dinas  melakukan persetujuan verval NRG.
  6. Berikutnya PTK bisa menerima bukti verval NRG dari admin dinas.    
Berdasarkan anjuran dari BPSDMPK-PMP, masing-masing PTK diharapkan melakukan verval; NRG dan keaktifan NUPTK sendiri, dengan cara login tpk dengan menggunakan username dan pasword PTK yangb bersangkutan.
Beberapa akibat jika tidak melakukan veval diantaranya:
  1. Jika PTK tidak melakukan registrasi ulang NRG maka NRG yang sebelumnya telah  diterbitkan dianggap tidak valid. 
  2. Jika PTK  dalam 2 semester berturut-turut NUPTK/PegID tidak diaktikan mandiri oleh setiap PTK maka dinonaktifkan secara permanen oleh sistem.
Itulah informasi mengenai proses VERVAL NRG dan pengaktifan NUPTK. Semoga bermanfaat.