pagi merekah
sebingkai jendela melukiskan pemandangan alam
sebaris embun sekilau warna secercah mentari
semua tersimpul dalam senyummu
menandai dimulainya kehidupan indah hari ini.
Kamu adalah lembaran hidupku
dengan tetes-tetes rindu yang menghapus setiap sunyi setiap saat
kata-kata ini bicara apa adanya mengenai sebuah isyarat yang dirahasiakan bunga-bunga ketika pagi melepaskan diri dari malam yang pekat.
Dan kita,
adalah sebuah belahan hati yang tak bisa kutulisi sendiri
tanpa kamu maknai tak bisa kugambar sendiri
tanpa kamu warnai seperti hurup-hurup cinta
yang berkilauan di setiap bunga
di setiap embun yang meresap ke dalam kalbu.
.
Tetes embun
Jernih berkilau
Hangat mentari menyapa
Pantulkan cahaya gemerlapan
Anak kecil berjalan Lintasi pematang menuju sekolah
Ditendangnya ilalang ...
Percikan air berhamburan
Udara sejuk menyertai Langkahnya
bertelanjang kaki Merasakan sisa hujan semalam
Lumpur kecoklatan penuhi mata kakinya
Sepatunya diatas pundak
Jalanan terlalu kotor Untuk sepatu barunya
Tahun lalu Dua buah uang logam Tak pernah terpakai
Minggu lalu diterimanya Masih utuh dalam kantong celananya
Anak petani desa terpencil itu
Bertekad menjadi pintar
Agar tidak seperti orang tuanya
Karena mereka memintanya
Pesan itu selalu terngiang dari Orang tuanya di ujung telinga
Nak, jangan kau menjadi bodoh dan miskin!
cukup kami saja yg merasakannya...
Karena kami sudah kenyang dgn kemiskinan ini........
wahai anak2ku...
jangan terpengaruh keterbatasan
jangan karena kita dipedalaman
jangan karena kita ngga punya apa2...
Ayo tetap semangat belajar.....anak2ku.......
diseluruh pelosok negeri Indonesia tercinta ini...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar