“Seandainya kau hanya bisa memberikan satu hal kepada siswamu, berikanlah antusiasme”. (Bruce Barton)
Ranum. Ceria. Segar. Polos. Energik. Ah, entah apalagi kata yang pantas untuk menggambarkanmu. Berjuta warna yang menggores kehidupanmu. Mengingatkan Bapak betapa indahnya masa-masa sepertimu dulu. Betapa indahnya saat Bapak seperti engkau dahulu. Banyak teman. Banyak guru-guru. Banyak cerita yang tak lekang meski kini telah terlampaui masa. Menjalani sebuah episode terindah dalam hidup. Bapak sebut terindah, karena ternyata tiada Bapak temui sebelum dan sesudahnya, masa-masa seperti dulu itu. Masa duduk di bangku sekolah. Masa remaja. Ya, masa itulah yang kini telah mengajari Bapak banyak hal, termasuk mengenal cinta dan masa depan.
Engkau, siswa-siswi yang Bapak cintai
Perlu kau ketahui, betapa Bapak bangga menjadi guru sekolah kita. Tahu kenapa? Jujur saja, mungkin saat Bapak dulu masih di sana seperti kalian sekarang, perasaannya biasa-biasa aja. Semua hal dilewati wajar-wajar saja. Bahkan Bapak sendiri kadang merasa jenuh atau sebel kepada salah satu guru atau kepala sekolah yang kata kalian angker itu. Segudang tugas-tugas yang rasanya nyebelin banget, atau tiba-tiba ada ulangan harian sedang kita tidak siap; terus terang semua itu bikin kita jengkel dan ‘gak pede; Yang paling bikin protes, manakala terlambat masuk kelas, harus bayar infaq atau terpaksa harus nyuci WC yang bau banget! Atau pak “Anu” yang ngambek gara-gara telat membaca Al-Qur’an dan terjemahannya. Yaah…pokoknya semua hal yang berbentuk aturan, kebijakan sekolah inginnya dilabrak begitu saja. Jujur Bapak pun pernah merasakan semua itu. Apalagi waktu itu Bapak aktif di OSIS, tiba-tiba mesti ninggalin ulangan atau pelajaran gara-gara ada rapat mendadak atau ada yang sakit dan meninggal, Biasa ‘kan di sekolah, kita harus peduli dan keliling-keliling ke semua kelas mengedarkan kotak sumbangan.
Tapi percayalah!
Semua itu kini Bapak rasa adalah masa-masa yang paling indah. Harus kalian ketahui bahwa kelak jika kalian lulus sekolah, kalian tidak akan menemukan lagi suasana seperti itu lagi. Dunia kampus sungguh jauh berbeda, Anak-anakku. Kita tidak bisa lagi akrab bercengkrama dengan guru-guru, bahkan teman-teman sekelas sekali pun.
Siswa Bapak, kini Bapak merasa menjadi orang paling beruntung menjadi guru kalian…
Karena dari sanalah Bapak mengenal lebih dalam sifat dan karakter kalian. Belajar memahami. Belajar berdedikasi. Dan yang tak kalah penting adalah belajar kesabaran dan keuletan.
Anakku, Bapak bersyukur bisa mengajar di sekolah kita. Karena dari sanalah Bapak belajar mencintai. Belajar mengabdi kepada Allah dan Rasul-Nya.
Oya, Bapak punya pesan buat kalian,
Kalian sekarang kelas XII dan pasti akan menghadapi Ujian Nasional (UN). Persiapkanlah dengan baik. Jangan anggap enteng apalagi ‘kan sekarang standar kelulusannya semakin tinggi, dan bidang yang diujikannya semakin banyak. Kurangi waktu bermain dan belajarlah. Belajarlah! Kemarin angkatan 2007 ada yang tidak lulus. Dan tahun sekarang pun jangan pernah ada yang tidak lulus! Semua harus lulus. Harus!
Ingat Baik-baik!
Tentunya kalian tidak mau menanggung malu karena tidak lulus ‘kan? Makanya belajar!
Lakukan sekarang juga. Jangan tunda hari esok. Belajar yang banyak dan terus belajar. Duiele kesannya “sadis” banget neh. Tapi nggak apa-apa, ini bukan doktrin, tapi anggap saja sebagai penyemangat kita-kita untuk tetap terus belajar. Sampai kapan pun. Pokoknya, tiada hari tanpa belajar. Kamu bisa belajar di sekolah, di majelis taklim, di rumah, di masyarakat sekitar, dari koran, majalah, tabloid, televisi, radio, internet, termasuk di warung, angkutan umum, dan seabrek fasilitas lainnya. Kamu bisa belajar apa pun dari tempat-tempat tersebut. Nggak perlu males. Dan memang nggak boleh males. Oke? Semangat terus!
Siswa-siswi yang Bapak banggakan,
Belajar memang bikin kita jadi cerdas. Jangan khawatirkan kemampuan otak kita untuk menerima masukan informasi. Nggak bakalan luber. Kalo tong sampah sih iya, makin banyak diisi, bisa luber juga meski ukurannya udah segede apa tahu. Tapi otak kita, meski kecil namun memiliki ruang penyimpanan memori yang cukup luas. Ukuran mini kualitas maxi , begitu kata-kata yang bisa kita contek dari sebuah iklan untuk menggambarkan potensi otak kita.
Sekadar tahu aja, “Setiap manusia normal mampu mengingat 1.000.000.000.000(10 11) bit informasi”. Sementara John von Neumann, ahli teori informasi, menghitungnya sampai 280.000.000.000.000.000.000 (280 diikuti delapan belas angka nol di belakangnya) atawa 280 kuintiliun bit.
Nah, jadi sebenarnya tidak ada alasan untuk males belajar. Kalo masih ada yang bilang bahwa dengan banyak belajar ubun-ubun kita bisa ngebul, itu cuma karena kita tidak bisa mengelola waktu dan cara belajarnya aja. Kalo baik mengelolanya, insya Allah bisa deh kita belajar dengan efektif tanpa perlu ubun-ubun sampaibekukus. Menurut Bapak sih itu cuma faktor kelelahan baik fisik maupun psikis. Itu saja.
Kita mampu mengingat informasi sebanyak itu? Bisa kok. Cobalah tengok teman-teman yang kebetulan hapal al-Quran yang jumlah juz-nya 30 itu (dan ingat, tentunya ia juga hapal tajwid-nya). Hebat banget tuh. Padahal buat kita yang tidak biasa belajar dan menhafal seluruh isi al-Quran bakalan tekor tuh. Jangankan tiga puluh juz, juz 30 (Juz ‘Amma) aja kayaknya kita banyak yang tidak hapal.
Nah, itu baru hapal Quran, bagaimana dengan mereka yang hapal Quran sekaligus hadis? Imam Bukhari contohnya, beliau sanggup menghapal ratusan ribu hadis lengkap dengan sanad dan rawinya. Imam Syafi’i, Imam Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad bin Hambal pun, empat mujtahid yang hasil ijtihadnya banyak dijadikan rujukan kaum muslimin di seluruh dunia ini merupakan ulama sekaligus pelajar andal yang sanggup menguasai seluk-beluk ilmu fiqih. Subhanallah. Dan itu, tidak ujug-ujug bisa, tapi melalui proses belajar yang cukup lama, panjang, dan bahkan melelahkan.
Siswa-siswi Bapak yang tercinta,
Kita insya Allah bisa. Bisa pintar, bisa punya wawasan banyak. Semuanya karena dimulai dengan belajar. Ya, belajar. Terus dan terus. Bahkan Imam Syafi’i dalam mencari ilmu memiliki semboyan yang bagus banget. Kata beliau, “Carilah ilmu seperti halnya seorang ibu yang kehilangan anak perawannya.” Artinya, dicari terus sampai dapet. Nggak pernah bosen, nggak pernah malas, nggak pernah putus asa. Belajar terus sampai dapat ilmu banyak. Jangan heran kalo Imam Syafi’i begitu dihargai dan dihormati kaum muslimin karena tingkat keilmuannya yang fantastis. Sekali lagi, itu cuma bisa diraih dari belajar. Tidak belajar, ya tidak dapat apa-apa. Tul tidak?
Belajar dari mereka yang berhasil
Nah, sebagai remaja, kita harus memiliki ilmu dan ketakwaan. Bisa berilmu dan bertakwa pastinya kalo udah belajar dong. Jadi intinya, jangan malas belajar. Kita kepengen banget menjadi kebanggaan umat dan agama Allah ini. Kayaknya, kita mesti mencontoh Usamah bin Zaid yang masih muda belia, usianya 18 tahun saat diangkat menjadi Panglima Perang oleh Rasulullah saw. untuk memimpin pasukan kaum muslimin dalam penyerbuan ke wilayah Syam yang berada di bawah kekuasaan Romawi pada waktu itu. Menakjubkan, bukan?
Usamah bin Zaid memang jago bin ahli perang. Keahliannya itu diperoleh karena terus mengasah diri untuk belajar. Karena, memang tidak ada orang yang langsung bisa pinter dan lihai keterampilannya tanpa melalui proses belajar. Ali bin Abu Thalib satu dari sekian ribu sahabat Rasulullah saw. yang diberikan pujian oleh Rasulullah sebagai sahabat yang berilmu tinggi.
Eh, kamu tahu Linkin Park ? Grup band asal California yang memang fenomenal. Salah satu lagunya yang asyik punya adalah “Breaking the Habit” . Mike Shinoda, pentolan grup band yang mengusung irama musik “gado-gado” ini, ternyata mencipta lagu asyik tersebut selama hampir enam tahun. Jelas, selama hampir enam tahun itu tidak mungkin tidak belajar. Pasti dia belajar dan terus mengembangkan lirik tersebut lengkap dengan iramanya yang nyetel abis. Hasilnya, lumayan menggebrak, sampai-sampai kamu yang ngefans nggak sadar sudah melantunkan potongan syair: “…I don’t why I got this way/ I know it’s not alright/ So I’m/ Breaking the habit tonight…” yang suka dibawain oleh suara serak dan sedikit berteriak milik Chester Bennington.
Siswa-siswi tercinta,
David Beckham, meski udah jago ngegocek bola, tapi dia merasa harus terus belajar untuk meningkatkan kualitas sepakannya, terutama kalo kebetulan jadi eksekutor tendangan bebas langsung ke gawang. Setiap malam sehabis latihan rutin, suaminya Victoria Adams ini selalu belajar dan berlatih untuk menendang bola agar masuk ke lubang ban mobil yang digantung di tiang dari jarak tertentu. Hasilnya? Kapten timnas Inggris ini masuk jajaran eksekutor tendangan bebas yang berbahaya bagi kiper lawan.
Sekadar tips
Anak-anak didik Bapak, Bapak yakin kalo kamu pun udah pada punya tips sendiri untuk selalu belajar dalam hidup ini. Itu akan menjadi patokan buat kita dalam melangkah. Intinya sih, jangan malu dan malas untuk belajar. Oke deh, nih sekedar tips buat kamu:
Jangan cepat puas. Perasaan cepat puas dalam diri kita harus segera dikubur dalam-dalam. Tidak baik cepat puas ketika belajar. Jangan sampai baru bisa belajar di level 2 (dalam skala 10) kita udah merasa cukup puas. Lalu malas belajar. Dalam urusan yang lain, cepat puas boleh-boleh saja kok. Misalnya, sudah puas bisa meraih kekayaan materi. Tapi dalam mencari ilmu, jangan cepat puas dengan hasil yang udah kita dapet. Cari terus sebanyak-banyaknya. Yup, belajar tak pernah henti. Terus belajar sampai mati.
Meluangkan waktu untuk belajar lebih banyak. Ini perlu banget. Untuk kesuksesan kita juga kok. Konon kabarnya Bill Gates saja, untuk bisa membangun kerajaan bisnis Microsoft, pergi jam 6 pagi dan pulang jam 2 dinihari. Ia melakukan riset dan belajar serta mengembangkan program-program andalan yang kelak bisa dinikmati masyarakat dunia. Sekarang, selain pinter, jumlah kekayaan doi setara dengan jumlah total kekayaan dari seperempat jumlah total penduduk Amrik (jumlah penduduk Amrik pada tahun 2004 aja, adalah sekitar 280 juta jiwa. Wow!). Jadi, luangkan waktu lebih banyak untuk belajar. Jujur saja, waktu 24 jam dalam sehari tiap orang sama. Allah memberikan sama kepada setiap orang. Mereka yang berhasil dan sukses biasanya yang pandai memanfaatkan waktunya. Ada yang memanfaatkan waktu luang dengan santai, ada yang malah belajar. Jadi, yang membedakan mereka yang sukses dengan yang gagal salah satunya adalah dalam memanfaatkan waktunya. Betul tidak?
Jangan porsir otak kita. Meski memiliki kapasitas penyimpanan memori yang besar, tapi perlakukan otak kita dengan baik. Jangan porsir dengan terus-menerus. Biarkan beberapa waktu otak kita melakukan relaksasi dan pelemasan. Hibur dengan berbagai aktivitas yang menyegarkan dan menyenangkan. Misalnya dalam liburan, kita ajak otak untuk jalan-jalan menikmati keindahan alam atau berpikir untuk yang ringan dulu. Tapi jangan kebanyakan waktu nyantai dan ringannya ya, khawatir nanti otak kita merasa terbiasa nyantai dan malah susah lagi untuk diajak belajar. Kan berabe tuh. Jadi, sewajarnya saja.
Manfaatkan kesempatan sebaik mungkin. Kata pepatah, kesempatan cuma datang sekali. Jadi, bersiaplah untuk menyambutnya. Lakukan sekarang juga, jangan tunggu esok. Saat ini, ketika masih muda, kesempatan itu segera manfaatkan untuk belajar. Jangan tunggu hari esok, apalagi kalo sudah tua, selain susah mengingat, juga cepat lelah tenaga. Nggak mau dong kamu kayak gitu? Belajar tuh kapan saja, di mana saja, dan kepada siapa aja. Kalo ada kesempatan, langsung deh manfaatkan. Oke?
Pelajari, pahami, dan amalkan. Nah, ini penting juga. Karena kita orang muslim, maka tidak cuma belajar doang, tapi setelah dipahami mesti diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Buat kita, dan juga buat orang lain. Jadi memang harus didakwahkan. Soalnya memang sayang banget, kita udah banyak tahu selama belajar, kita juga sudah paham luar-dalam, tapi tidak disampaikan lagi ke orang lain. Jangan sampe begitu deh.
Siswa-siswi tersayang, itu sekadar tips kecil saja kok. Moga bisa memberikan nilai yang berarti buat hidup kita. Kita juga tidak bisa cukup puas diri dengan hasil yang udah kita peroleh selama ini. Sebaliknya, karena tantangan zaman kian besar, semangat kita untuk memiliki ilmu yang banyak tentunya harus terus dikobarkan. Tidak boleh padam. Jangan sampai kalah semangat oleh mereka yang memiliki tujuan hidup lebih rendah dari kita. Sebagai pengemban masa depan, kita belajar untuk bisa mengasah kemampuan kita dalam memberikan pencerahan kepada orang lain.
Siswa-siswi tercinta, Bapak tuliskan nasihat dan pesan ini dengan rasa kasih dan sayang. Kecintaan dari seorang guru yang tulus yang menginginkan siswa-siswinya mendapatkan kesuksesan, baik selama hidup di dunia maupun kelak di akhirat.
Siswa-siswi Bapak,
Orang yang sukses itu bukan orang yang dipuji oleh manusia karena harta kekayaan, gelar, pangkat atau jabatannya. Itu hal kecil, itu hanyalah topeng dan eksesoris duniawi belaka. Aksesoris duniawi apapun yang kita miliki, itu hanyalah sekedar tempelan sederhana. Aset termahal kita, sesungguhnya, adalah kematangan pribadi kita.
Kemuliaan hakiki bagi kita adalah sejauh mana hidup kita mempunyai makna dan nilai yang dahsyat bagi peradaban dan kesejahteraan umat manusia. Andai hidup kita yang sekali-kalinya di dunia ini bagai cahaya metahari yang memancar, menerangi orang-orang yang berada dalam kegelapan, menumbuhkan bibit-bibit kemuliaan, dan menyegarkan yang layu oleh terjangan kehidupan, maka kita akan menjadi orang yang terus hidp kebaikannya. Inilah kesuksesan yang hakiki.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa mengaruniakan kepada kita kearifan demi kearifan agar kekayaan termahal dalam hidup kita, yakni revolusi diri kita, menjadi semakin matang, dewasa, penuh manfaat, cemerlang dalam prestasi, meninggi dengan kerendahan hati dan semakin mempesona dengan kemuliaan budi.
Berjuanglah dengan penuh kehati-hatian. Yakinlah bahwa apa yang kamu perjuangkan itu sangat berharga.
Selamat berjuang anak-anak didikku.
Sampaikan salam Bapak untuk teman-teman di sekolah. Salam sukses!
Penulis: “Guru Yang Mencintai Kalian”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar