Kamis, 28 Mei 2015

Memperbaiki Masa Depan Guru Indonesia



Sahabat guru Indonesia, sebelumnya saya ingin bertanya kepada anda semua, pernahkan anda bertanya kapada murud-murid anda mengenai cita-cita yang ingin diraih murid-murid anda? saya anggap saja teman-teman semua pernah melakukan itu. 

Profesi apa yang paling banyak diidolakan oleh mereka? Saya yakin tentunya bukan guru, kalaupun ada yang memilih guru, itupun jumlahnya sedikit. Satu lagi pernah gak teman-teman melihat dari status sosial ekonomi, anak yang memilih cita-cita menjadi guru? Apakah siswa yang memilih jadi guru sebagian besar adalah dalam kategori ekonomi keluarga menengah ke bawah. Terus bagaimana dengan murid-murid dengan ekonomi tingkat menengah ke atas?

Inilah sebenarnya polemik yang harus kita selesaikan bersama. Apakah ini PR buat guru saja? Tentunya tidak, semua pihak punya andil dalam memajukan perguruan Indonesia. Tapi yang paling punya peran adah guru dan calon guru tentunya, yaitu mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.  Dengan kata lain guru dan mahasiswa dituntut untuk senantiasa mengembangkan diri secara maksimal. Untuk Para guru sendiri mulai sekarang mulailah menyadari bahwa profesi yang kita jalani ini adalah profesi mulia. 

Meskipun guru ini adalah profesi, tapi perlu diingat juga bahwa guru adalah agen perubahan. Kewajiban kita bukan hanya pada lembaga, tapi juga kepada Tuhan, kepada murid, kepada orang tua, serta kepada seluruh lapisan masyarakat yang ada di seluruh Nusantara.

Sedangkan untuk mahasiswa FKIP, mulai sekarang tanamkanlah semangat belajar yang tinggi. Luruskan Mindset anda dalam menjalani pendidikan. Saya teringat dalam suatu kuliah, saya menanyakan kepada teman-teman mahasiwa tentang alasan mareka memilih jurusan FKIP. Mereka semua terdiam, bukan karena mereka tidak mau bicara, tapi ada alasan lain yang mereka sembunyikan. 

Pelan tapi pasti saya mencoba menggiring mereka untuk memberikan jawaban secara apa adanya. Yap..sebuah kenyataan bahwa ternyata tidak semua mahasiswa dikelas saya suka dengan jurusan yang mereka ambil. Ini sungguh ironi padahal mereka bukanlah mahasiwa baru.

Paradigma yang semacam ini harus segera kita rubah. Karena kalau tidak masa depan guru tidak akan membaik. Jika kita para guru dan para mahasiswa pendidikan hanya jalan ditempat, maka sebenarnya mereka telah mempertaruhkan masa depan bangsa tercinta. 

Bagaimana tidak, jika para guru atau calon guru, kualitasnya rendah, apakah mungkin bisa membimbing dan mengajarkan murid-murid menjadi pribadi yang hebat. Sehingga yang ada, ketika ada siswa yang bandel, tidak berperstasi, suka membolos guru langsung seketika mengatakan bahwa itu salah murid sendiri.  Sekarang kita renungkan sejenak pernahkah kita berpikir, bahwa apa yang dilakukan anak itu mungkin salah kita?

Saya punya sedikit cerita menarik  untuk anda, pernah suatu ketika saya berada di suatu sekolah. Saat itu saya sedang jalan menuju musola sekolah. Saat itu musala masih sepi, karena memang masih jam pelajaran. 

Tanpa sengaja saya bertemu dengan dua siswa, di musola. Saya pun bertanya kepada mereka “Dik kok di sini, memangnya gak ada kelas? Mereka pun mengatakan “Jam kosong Pak”. Kemudian saya bertanya kembali “Memangnya tidak ada guru penganti  yang memberikan tugas?” 

Mereka menjawab “Ada pak tapi males, aja mengerjakan”.  Mereka berani menjawab begitu, karena mereka tahu bahwa saya bukan guru di sekolah tersebut. Sambil tersenyum saya bertanya kembali “Kok males, bukannya sekolah di sini enak? 

Siswa tersebut pun sontak menjawab “Halah pak,,,sekolah di sini tu, nyebelke,,terutama guru-gurunya, sama sekali gak ada yang asyik. Mereka tidak pernah mau mengerti dengan kita-kita, ada masalah sedikit kita di hukum, makannya itu pak saya gak tahan sekolah di sini”. Saya pun tidak lantas memberikan respon, saya hanya terdiam sambil berpikir, karena bukan hanya siswa tersebut yang bicara demikian. 

Saya pernah juga mendapat pengakuan dari puluhan siswa bahwa di situ ada guru yang kalau ngajar gak enak, hanya di suruh mencatat, bahkan hampir siswa satu kelas tidak bisa mamahami materi yang disampaikan guru tersebut saat mengejar.

Cerita tersebut harusnya menjadi pelajaran buat kita bahwa sudah saatnya kita Ngilo (ngaca). Tidak semuanya salah siswa, jika ada siswa yang bandel, suka membolos dan lain-lain, maka guru juga perlu introspeksi diri, jangan-jangan dirinya ada yang salah dalam sikap, perkataan, perilaku, cara mengajar dan lain-lain. 

Jadi apapun tujuan awal kita kuliah atau pun jadi guru, yang penting mulai sekarang susun kembali tujuan kita, kita ubah mindset kita dan kita kembangkan terus kemampuan kita demi generasi penerus bangsa. Dengan begitu kita akan menjadi guru dan calon guru hebat. 

So Jangan takut bercita-cita jadi guru, jadi guru itu menyenangkan.

BY: Rona Binham. Founder: cafemotivasi.com

Tidak ada komentar: