Minggu, 10 Mei 2015

Gaizka dan Kacamatanya: Sepenggal Kisah Inspirasi Guru di Australia

Apapun sistem pendidikannya, siapapun Menterinya, setebal apapun buku teksnya, keberhasilan sistem pendidikan kita ditentukan oleh mereka yang setiap hari berdiri di depan kelas.  Para guru/dosen pengajar. Di bahu mereka disandarkan harapan agar bangsa kita menjadi lebih baik lagi. Kisah kacamata Gaizka dan gurunya semakin menyadarkan saya bahwa para pengajar adalah sumber inspirasi dan tumpuan harapan kemajuan pendidikan.
Sudah sebulan terakhir Gaizka memakai kacamata. Lazimnya anak kelas satu SD yang baru mulai memakai kacamata, ia tidaklah terlalu pandai dalam merawat alat bantu melihatnya tersebut. Tak heran jika kondisi kacamatanya sering kotor sekali. Suatu pagi, ketika ia sedang bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah, saya meminta Gaizka untuk melepas kacamatanya untuk saya bersihkan. 
Dengan cepat ia menjawab. “No, you do not need to do it, Ayah”. “Why?” balas saya. Ia kemudian menjawab, “because Jenny has cleaned it for me yesterday”.  Spontan saya tertegun. Betapa besar dan dalamnya perhatian sang guru, sampai-sampai kacamata anak muridnya pun sempat ia bersihkan.
 Lebih lanjut Gaizka bercerita bagaimana Jenny menggunakan sapu tangan miliknya untuk membersihkan kacamata tersebut dan berpesan pada Gaizka agar berhati-hati dalam memakainya.
Apa yang dilakukan oleh Jenny sekilas sangat sederhana. Tapi bagi saya pribadi, ini memberikan pelajaran yang mendalam. Terlebih, profesi saya dan Jenny sejenis, sama-sama sebagai seorang pengajar. Jenny mengajarkan bagaimana seorang guru memberikan perhatian dan kasih sayangnya kepada anak didiknya dengan tulus.
Perhatian dan kasih sayang ini yang kerap hilang dari dunia pendidikan kita. Terkadang kita terlalu terbebani oleh  materi pengajaran yang segudang, pencapaian yang sudah dipatok targetnya sampai kendala jumlah anak didik yang terlalu banyak dalam satu kelas. Kita para pengajar kerap kehilangan sisi humanis kita. Kita kehabisan waktu untuk mendengarkan suara anak didik di kelas. Kita kerap lupa bahwa mereka adalah insan yang perlu “disentuh” sisi kemanusiaan dan perasaannya, bukan robot yang hanya dicekoki beragam materi pelajaran tanpa jeda.
Sebagai pendidik kita kerap pula kehilangan kegembiraan kita. Kegembiraan yang seharusnya bisa membangkitkan suasana kelas untuk lebih menunjang proses pembelajaran. Kegembiraan yang bisa mendorong kita lebih kreatif dan menikmati hari-hari di kelas. Sayangnya, terkadang energi kegembiraan kita sudah tersedot habis di jalanan yang macet, rutinitas administrasi yang membikin kita penat dan pertanyaan akan makan apa keluarga saya esok hari?
Inspirasi dari Jenny semakin menegaskan tentang pentingnya pendidikan yang lebih personal, yang lebih menyentuh dan membangkitkan semangat belajar yang terus menerus. (baca: Pendidikan harus lebih personal). Tak mengherankan jika Gaizka tidak pernah sulit untuk berangkat ke sekolah.  Ia selalu gembira dan bahagia jika berada di sekolah.
Banyak lagi cerita dan kisah perhatian Jenny kepada anak didiknya. Salah satunya adalah foto di bawah ini, di mana ia memberikan kenang-kenangan bagi anak muridnya saat kenaikan kelas. Kenang-kenangan yang dibungkus dalam kantong tersebut berisi makanan ringan dan kartu ucapan. Di kartu tersebut tertera tulisan berikut:
Congratulations on a great year AND thanks for the memories!
Dear Gaizka,
Thank you for being such a great  member of Grade 1/2M. I have really enjoyed watching you learn and mature over the year.
And thank you for all the things you have taught me*
Grade 1/2M wouldn’t have been the same without you.
I hope you have a fantastic time over the holidays and come back nice and refreshed to begin your new adventure in Grade 2/3.
Don’t forget to come and say ‘hi’ to me
Jenny 

*how amazing was that…a teacher recognized that she learnt from the students too!
IMG-20141209-WA0008
Kenangan-kenangan dari Jenny

sumber 
http://gsoepriyanto.com/

Tidak ada komentar: