Selasa, 30 Desember 2014

PEMBINAAN PROFESI DAN KARIR GURU DINILAI MINIM

Profesi guru harus dibina dan dikembangkan.



Manado, KOMENTAR - Anggota Komite III, Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Perwakilan Sulut, Drs Alvius Lomban MSi mengungkapkan bahwa pengembangan profesi dan karir guru, yang seharusnya dilakukan secara berkelanjutan, sejauh ini, belum secara maksimal direalisasikan. Akibatnya, banyak guru yang tidak mendapatkan pelatihan yang memadai.
“Untuk tingkat daerah, pengembangan profesi dan karir guru harus dilaksanakan oleh Diknas secara berkelanjutan. Namun, hal tersebut tak dapat direalisasikan karena keterbatasan anggaran,” ungkap Lomban kepada koran ini.
Lanjut kata Lomban, saat ini, untuk mencapai kenaikan pangkat dari golongan IVa ke IVb, para guru banyak mengalami kesulitan. Bahkan sejak hal tersebut diundangkan dalam Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan) nomor 16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, yaitu guru dengan golongan IIIa wajib mempublikasikan karya inovatif untuk kenaikan pangkat menjadi golongan IIIb. Padahal karya inovatif tersebut tidak berpengaruh pada peningkatan keprofesionalan seorang guru. “Walhasil, untuk menyiasati hal tersebut guru harus menggunakan cara-cara tidak etis demi mencapai angka kredit tertentu untuk naik pangkat,” tuturnya.
Profesi guru, menurut Lomban, harus dihargai dan dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat. Mengingat hal tersebut didasarkan pada profil kinerja guru sebagai perwujudan hasil penilaian kinerja guru yang didukung hasil evaluasi diri. “Bagi guru yang kinerjanya di bawah standar diwajibkan mengikuti program pengembangan profesi,” tandasnya
sumber : 

Minggu, 21 Desember 2014

Berikut ini adalah 7 universitas terbaik di dunia versi World University Rankings 2014-2015.



1. California Institute of Technology (Caltech) 

 
California Institute of Technology (Caltech) via wikipedia.org

California Institute of Technology (Caltech) terletak di Pasadena, California, Amerika Serikat. California Institute of Technology (Caltech) didirikan pada tahun 1891.

California Institute of Technology (Caltech) saat ini berada pada ranking 1 dalam World University Rankings 2014-2015 dengan nilai rata-rata 94.3.

Moto California Institute of Technology (Caltech) adalah The truth shall make you free.

2. Harvard University

Lambang Universitas Harvard 
Harvard University via wikipedia.org

Harvard University terletak di Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat. Harvard University didirikan pada 8 September 1636.

Harvard University pada awalnya bernama New College kemudian diubah nama menjadi Harvard College pada 13 Maret 1639 untuk menghormati penyumbang terbesarnya, John Harvard. Rujukan terawal memanggil Harvard sebagai "universitas" dan bukan "college" pada tahun 1780.

Lulusan Harvard University dari Indonesia, diantaranya adalah Gita Wirjawan, Agus Yudhoyono, Endang Rahayu Sedyaningsih.

Harvard University saat ini berada pada ranking 2 dalam World University Rankings 2014-2015 dengan nilai rata-rata 93.9. 

Moto Harvard University adalah Veritas (Kebenaran).

3. University of Oxford

 
University of Oxford via wikipedia.org

University of Oxford terletak di Oxford, Inggris. University of Oxford tidak jelas kapan didirikannya, tapi perkuliahan dimulai pada tahun 1096. University of Oxford adalah universitas tertua di Inggris.

University of Oxford saat ini berada pada ranking 3 dalam World University Rankings 2014-2015 dengan nilai rata-rata 93.2.

Moto University of Oxford adalah Dominus Illuminatio Mea.

4. Stanford University

Lambang resmi Universitas Stanford 
Stanford University via wikipedia.org

Stanford University terletak dekat kota Palo Alto, California, Amerika Serikat. Stanford University didirikan pada tahun 1891.

Stanford University saat ini berada pada ranking 4 dalam World University Rankings 2014-2015 dengan nilai rata-rata 92.9.

Moto Stanford University adalah Die Luft der Freiheit weht.

5. University of Cambridge

Lambang Universitas Cambridge
University of Cambridge via wikipedia.org

University of Cambridge adalah universitas tertua kedua di Inggris, setelah University of Oxford. University of Cambridge terletak di Cambridge, Cambridgeshire, Inggris.

University of Cambridge saat ini berada pada ranking 5 dalam World University Rankings 2014-2015 dengan nilai rata-rata 92.0.

Moto University of Cambridge adalah Hinc lucem et pocula sacra.

6. Massachusetts Institute of Technology (MIT)

MIT Seal.svg 
Massachusetts Institute of Technology (MIT) via wikipedia.org

Massachusetts Institute of Technology (MIT) adalah universitas yang terletak di kota Cambridge, Massachusets, Amerika Serikat. Massachusetts Institute of Technology (MIT) didirikan pada tahun 1861 dan dibuka pada tahun 1916. Massachusetts Institute of Technology (MIT) berdiri di atas tanah seluas 168 are.

Massachusetts Institute of Technology (MIT) saat ini berada pada ranking 6 dalam World University Rankings 2014-2015 dengan nilai rata-rata 91.9.

Moto Massachusetts Institute of Technology (MIT) adalah Mens et Manus.

7. Princeton University

Princeton University Coat of Arms
Princeton University via wikipedia.org

Princeton University terletak di Princeton, New Jersey, Amerika Serikat. Princeton University didirikan pada tahun 1746.

Princeton University saat ini berada pada ranking 7 dalam World University Rankings 2014-2015 dengan nilai rata-rata 90.9.

Moto Princeton University adalah Dei sub numine viget.

Selasa, 16 Desember 2014

Ingin Jadi Miliarder Lewat Internet? Guru Ini Bisa Jadi Inspirasi


TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Belajar Matematika sambil diajari oleh guru yang tampan, kocak, dan menyenangkan tentu menjadi hal yang diinginkan setiap siswa.
Inilah yang terjadi di Korea, seorang guru namanya melejit dan sekarang menjadi miliarder dengan profesi sebagai guru matematika.
Di negara yang menjunjung tinggi pendidikan ini, Cha Kil-young merupakan guru matematika paling top. Namun, ia tidak mengajar di sekolah melainkan di sekolah online bernama SevenEdu yang focus pada persiapan penerimaan mahasiswa baru di bidang matematika.
Ia berhasil mengumpulkan uang sebanyak 8 juta dolar tahun lalu. Ia pun mengajar dengan cara yang unik. Ia selalu mengenakan topi-topi yang lucu di video ajarannya.
"Aku sangat suka matematika," kata Cha yang selalu berpakaian trendi seperti dilaporkan Washington Post.
Pendidikan di Korea Selatan memang sangat ketat. Di sini anak-anak harus benar-benar bersekolah di sekolah PAUD yang benar sehingga nantinya ia bisa melanjutkan ke sekolah dasar yang benar pula sampai ia SMA bahkan kuliah.
Hampir 300.000 siswa mengikuti kelas online Cha itu dengan biaya $39 setiap 20 jam belajar. Ia mengajari para murid trik mengerjakan soal tepat waktu termasuk cara-cara cepat mengerjakan soal sehingga mereka bisa menyelesaikan ujian dengan cepat pula.

"Ini seperti kau membuat satu makanan dengan 100 chef yang berbeda. Mereka mungkin menggunakan alat yang berbeda meski nanti hasilnya sama. Hal ini juga terjadi pada matematika, ada banyak cara untuk menyelesaikan soal," ujar Cha ketika ditanya mengapa ia sangat sungguh-sungguh menjalani sekolah online ini.
Studionya dirancang dengan sebuah papan tulis hijau dan meja, sementara di belakang kamera terdapat berbagai properti seperti topi kuda nil, batman, dan jaket emas.
"Kau tidak hanya mengajarkan pelajaran di sini tapi juga harus bisa jadi entertainer," kata Cha yang sudah menjalani pengajaran ini selama 20 tahun.
Ia sudah sangat terkenal di Korea dan pernah berduet dengan aktris ternama Korea, Clara dalam sebuah proyek lagu berjudul "SAT Jackpot!" (tribun jogja)

Minggu, 14 Desember 2014

Kondisi Guru di Indonesia Tidak Baik

Pemerhati Pendidikan, Abduh Zen mengatakan, guru-guru di Indonesia sedang menghadapi permasalahan. Hal itu terkait dengan penghentian sementara Kurikulum 2013.
“Guru kita dalam masalah, dan sekarang kondisi guru di Indonesia tidak baik,” ujar Zen dalam diskusi di Warung Daun, Cikini, Menteng, Jakarta, Sabtu (13/12/2014).
Menurut Zen, di hasil Uji Kompetensi Awal (UKA) dan Uji Kompetensi Guru (UKG) para guru di bawah rata-rata. Karena itu dia menyebut, kondisi ini memprihatinkan. “Coba Anda bayangkan akan sukar jika guru kita dalam kondisi seperti ini,” lanjut Zen.
Guna mengubah kondisi ini, Zen mengimbau agar pemerintah melakukan pembaruan. Antara lain dengan memberikan pelatihan kepada para guru yakni pelatihan yang benar-benar efektif untuk menghadapi situasi-situasi tak terduga, seperti penghentian sementara Kurikulum 2013.

Zen mengungkapkan, masalah lain yang dihadapi para guru Indonesia yakni soal motivasi yang tidak benar-benar menyentuh ke dalam diri mereka.
“Motivasi tidak menyentuh aspek batin guru. Ini mesti disuntikan virus motivasi ke dalam guru-guru kita, sehingga mereka menyempurnakan profesinya,” ujar Zen. (adib)
sumber: http://news.liputan6.com/read/2146932/pemerhati-pendidikan-kondisi-guru-di-indonesia-tidak-baik

Jumat, 05 Desember 2014

Sekelumit Kisah Dari Nggongi

Ketika musim hujan, sungai harus diseberangi untuk sampai di sekolah
Program Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM-3T) telah menginjak angkatan III pada 2013. SM-3T merupakan program yang diadakan oleh Dikti dengan teknis menyebarkan sarjana-sarjana ke daerah 3T selama satu tahun pengabdian guna mengembangkan pendidikan di sana. SM-3T angkatan III dimulai pada September 2013 dan berakhir pada Agustus 2014. Peserta SM-3T yang berangkat melaksanakan program SM-3T berjumlah 287 sarjana dari 300 peserta yang lolos seleksi di UM. Setiap peserta SM-3T tentu memiliki alasan mengikuti program tersebut. Program SM-3T bukanlah program yang mudah untuk dilaksanakan. “SM-3T memberi pengalaman hidup yang sesungguhnya,” ungkap Aang Saptadri Yahya, salah satu peserta SM-3T angkatan III yang ditempatkan di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Penempatan SM-3T Kabupaten Sumba Timur terdapat 16 orang almamater UM dan 63 orang lain yang berasal dari gabungan almamater UNESA, IKIP Madiun, Universitas Negeri Jember, dan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya. Mahasiswa Pendidikan Kimia tersebut menjelaskan bahwa sebagai calon guru profesional harus berlatih mandiri dan peduli terhadap sesama, menjunjung toleransi antar umat beragama serta menjadi agen perubahan di masyarakat.
Aang, begitu kerap disapa, mengaku sempat takut tidak lolos seleksi SM-3T. “Mengingat program mendidik di daerah waktu itu sedang tren seperti Indonesia Mengajar dan Jatim Mengajar. Selain itu, peminatnya juga banyak dan tidak semua yang mendaftar bisa diterima,” ungkapnya. Namun, dirinya tetap optimis dalam mengikuti tahapan seleksi, mulai dari tahap administrasi, tes akademik via online, wawancara, tes kepribadian, dan terakhir prakondisi.
Di dalam masa pengabdiannya bergabung dalam program SM-3T, Aang dan seorang sarjana lain ditugaskan di Desa Nggongi, Kecamatan Karera, berjarak ± 130 km dari pusat Kota Waingapu. Menurutnya, untuk mencapai Nggongi diperlukan waktu sekitar 7-12 jam bergantung dari banyaknya penumpang di oto. Oto adalah kendaraan roda empat seperti truk yang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga bisa digunakan untuk diduduki oleh penumpang. Tidak hanya manusia yang dimuat tetapi juga hewan, minyak tanah, dan material bangunan. Menurut pemuda kelahiran Mojokerto tersebut, jalan yang dilalui juga tak semulus jalan di Jawa. Bahkan rusaknya jalan pantura di Pulau Jawa tidak sengeri jalan di Sumba Timur. Dalam pandangan Aang, untuk ukuran daerah 3T, Nggongi sudah cukup lengkap.
Aang ditempatkan di SMKN 6 Karera. Sekolah tersebut merupakan sekolah yang baru berdiri pada 2013. Jumlah guru di sana tidak dapat dijawab pasti karena ada beberapa guru yang selama satu tahun sama sekali belum datang ke sekolah dengan berberapa alasan. Menurut Aang, guru yang aktif, yaitu kepala sekolah (PNS), seorang wakil kepala sekolan (PNS), delapan orang guru honorer dan ditambah dua orang peserta SM-3T. SMKN 6 Karera membuka dua jurusan, yaitu pertanian dan peternakan. SMKN 6 mempunyai 89 siswa kelas XI dan 80 siswa kelas X.
SMKN 6 Karera berlokasi di tengah-tengah padang sabana. Tidak ada tetangga, mes guru belum dibangun, belum ada sumur, dan listrik juga belum menjangkau sekolah. “Sehingga selama bertugas menjadi guru SM-3T, kami  menumpang tinggal di mes guru SMPN 1 Ngadu Ngala yang lebih dekat dengan pusat kecamatan. Setiap harinya kami harus berjalan kaki 7 km pulang – pergi dari sekolah. Untuk sampai di sekolah, jalan yang ditempuh tidak semuanya mulus. “Ya, butuh waktu setidaknya 50 menit setiap harinya. Bila musim hujan tiba, waktu bertambah, rata-rata satu jam lebih,” terang pemuda yang hobi fotografi tersebut. Perjalanan yang mereka tempuh tidak seberapa jika dibandingkan para siswa. Siswa di sana rata-rata rumahnya belasan km dari sekolah. Kadang mereka sering terlambat karena rute yang mereka tempuh sangat jauh.
“Nggongi adalah sebuah harapan. Tempat dimana anak-anak kecamatan Karera menjadi penerus untuk memajukan daerahnya,” kata Aang. Menurutnya, mendidik mereka bukanlah urusan mudah. Guru-guru disana cenderung menempa mereka dengan cara keras. “Pukul kepala, lapis wajah, dan tendang kaki adalah makanan sehari-hari bagi siswa yang bermasalah di sekolah,” tambahnya. Namun apa mau dikata, semua itu sudah seperti “budaya” dalam mendidik yang sulit diputus mata rantainya.
Aang mengaku bahwa sebagai guru SM-3T, terkadang dirinya ikut terbawa dengan cara mendidik guru setempat. Namun pada akhirnya, menyerah bukanlah solusi. Ia terus berusaha dan mencoba melakukan berbagai pendekatan agar anak-anak menjadi disiplin. “Dan hasilnya memang ada, anak-anak cenderung menyukai guru yang mudah bergaul dengan mereka,” tuturnya. Cara yang ia lakukan adalah menyempatkan waktu untuk ngobrol dan jalan bersama di luar jam sekolah. Dari sinilah guru SM-3T bisa mengambil langkah yang baik untuk mendidik mereka dengan cara yang baik pula.
“Lewat SM-3T saya belajar banyak hal dari siswa saya. Hidup dalam kesederhaan namun asa harus tetap menyala. Tidak mudah untuk menjalaninya. Namun, saya yakin, saya tidak sendiri. Saya melaluinya dengan masyarakat yang penuh kehangatan,” ujar Aang. Baginya, ikut SM-3T tidak hanya mengabdi di sekolah. Lebih dari itu ia harus mampu memberi perubahan untuk masyarakat sekitar ke arah yang lebih baik.
Ketika ditanya mengenai hal paling berat dan sulit untuk dijalani ketika mengikuti program SM-3T, Aang mengaku bahwa menjadi minoritas dalam kehidupan beragama adalah tantangan terberat. “Ya, di Desa Nggongi mungkin kami berdua saja yang muslim dari sekitar seratus sembilan  penduduk desa yang memeluk Kristen Protestan dan Katholik,” tuturnya. Keimanan sering kali diuji di tempat tugas. Kehadiran babi dan anjing yang berkeliaran di sekitar tempat tinggal, menjadi hambatan tersendiri. Belum lagi jika datang ke acara adat kemudian terhidang daging babi dan peci (baca: minuman beralkohol) yang diharamkan. Semua itu harus dikomunikasikan dengan baik supaya toleransi antarumat beragama tetap utuh.
“Untungnya, masyarakat Desa Nggongi sangat toleran terhadap muslim. Mereka sangat menghormati keyakinan dan agama kami. Bahkan, ketika kami diundang untuk datang makan di acara pesta atau adat, mereka mempersilahkan kami untuk memotong sendiri ayam atau kambing yang akan kami santap bersama,” jelas pemuda yang lahir pada 18 Pebruari 1990 itu. Aang menuturkan bahwa 12 ekor ayam dan seekor kambing jantan telah ia sembelih selama SM-3T.
Aang mengatakan bahwa hikmah yang bisa ia petik setelah kembali ke Jawa, tentunya harus bisa lebih menghormati perasaan orang lain yang menjadi minoritas dalam kehidupan beragama. “Hanya toleransi antar umat beragamalah yang menjadi satu-satunya jembatan penghubung di tengah kebhinekaan kita,” kata pemuda yang pernah menjuarai LKTI Masyarakat Ilmiah Pemuda Indonesia (MIPI) 2010 itu.
Bagi Aang, SM-3T adalah sebuah pilihan untuk mengabdi di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal. Tidak semua orang berkesempatan untuk mengikutinya.Setiap orang punya pilihan. Baginya, ikut SM-3T adalah sebuah tantangan untuk membuktikan, benarkah dirinya dulu masuk jurusan keguruan hanya karena ikut-ikutan atau dari hati terdalam ingin benar-benar menjadi guru? “Tidak ada alasan untuk enggan mendidik di luar Pulau Jawa. Selama masih ada panggilan nurani, apa salahnya kita mencoba datang untuk mengabdi mencerdaskan anak-anak sampai ke pelosok negeri,” tuturnya.
Hal tersebut sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Prof. Dr. Supriyono, M. Pd., salah satu peninjau SM-3T di Manggarai. Dekan FIP tersebut menegaskan bahwa ada tiga hal yang perlu diperhatikan. Pertama, keberadaan peserta SM-3T harus diketahui motivasinya, apakah benar-benar ingin mengabdi atau hanya mencari peluang untuk Pendidikan Profesi Guru (PPG). Menurut Prof. Dr. Supriyono, M. Pd., passion sebagai pendidik harus digali dan diuji guna meningkatkan kompetensi profesional guru. “Kedua, sebagai sebuah program, SM-3T perlu dilanjutkan dan diteruskan,” tuturnya. “Ketiga, peserta SM-3T harus dibekali cukup tentang pendidikan dan kemasyarakatan,” ungkap Prof. Dr. Supriyono, M. Pd. Para peserta SM-3T diangap lebih tahu, serba tahu, dan dijadikan tokoh dalam masyarakat.  “Pengajaran harus berbasis contoh konkret. Dengan adanya program ini, guru-guru di sana bisa memperoleh pencerahan karena para peserta SM-3T lebih inovatif,” terangnya.
Perjalanan panjang telah dilalui Aang selama masa pengabdian satu tahun dalam program SM-3T. Aang mengungkapkan bahwa mengabdi setahun di daerah 3T adalah sebuah motivasi. “Tidak ada kesuksesan yang didapat secara instan. Begitulah petuah orang tua. Semua itu butuh proses yang tidak sebentar. Kadang harus terseok-seok dahulu bahkan sampai terjatuh. Namun, tidak sedikit kebahagiaan yang dirasa saat menempuhnya,” tutur pemuda 24 tahun tersebut. Baginya, keberadaan anak-anak SMKN 6 Karera dalam menuntut ilmu menjadi semangat tersendiri untuk menjadi calon guru profesional. “Mereka memberi warna. Hitam dan putih kadang tercipta selaras dengan berjalannya waktu. Untuk itulah mendidik dengan setulus hati akan melahirkan generasi-generasi hebat untuk Indonesia,” pungkasnya.

Selasa, 02 Desember 2014

Berita Buruk Pendidikan Indonesia

1835483guru-71780x390Indonesia sejak zaman kemerdekaan berusaha memberikan layanan pendidikan yang baik untuk masyarakat. Semua itu terbukti dari prestasi yang sudah diraih hingga saat ini. Namun, di balik itu banyak masalah belum terselesaikan.
“Selain berita baik mengenai prestasi Indonesia sejak dulu, ada pula berita buruknya,” ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan pada acara silaturahim dengan kepala Dinas Pendidikan, Senin (1/12/2014) di kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Mendikbud menjelaskan, 75 persen sekolah di Indonesia tidak memenuhi standar layanan minimal pendidikan. Berdasarkan pemetaan Kemendikbud terhadap 40.000 sekolah pada 2012, diketahui bahwa isi, proses, fasilitas, dan pengelolaan sebagian besar sekolah saat ini masih belum sesuai standar pendidikan yang baik seperti diamanatkan undang-undang.
Tak hanya itu. Nilai rata-rata uji kompetensi guru yang diharapkan standarnya mencapai 70 belum terpenuhi.
“Nilai rata-rata guru kita, yang kita harapkan 70, namun yang sekarang baru 44,5,” ujar Mendikbud.
Untuk itu, lanjut Mendikbud, pengembangan dan pembinaan guru menjadi fokus utama pemerintah ke depan. Mendikbud menambahkan, bila kompetensi guru memenuhi standar yang ada, maka layanan pendidikan yang baik bisa terwujud.

Posisi Indonesia di beberapa hasil analisis mengenai pendidikan juga menunjukkan bahwa masih banyak yang perlu dievaluasi dan diperbaiki.
“Kita posisinya nomor 40 dari 40 negara, apa pun cara yang kita siapkan, apa pun kesiapannya, apa pun alasannya, fakta ini terjadi,” kata Mendikbud.
Ini semua karena kurangnya keseriusan dalam mempersiapkan layanan pendidikan yang baik, serta masih kurangnya motivasi dari para siswa dalam mendapatkan pendidikan.
“Selama satu dekade ini kita stagnan, sementara yang lain sedang mempersiapkan pertarungan dunia,” ujar Mendikbud.
Untuk itu, perlu ada keseriusan dalam memperbaiki kondisi tersebut serta dukungan dari berbagai pihak. by: adib
sumber:  http://edukasi.kompas.com/read/2014/12/02/18365971/Berita.Buruk.Pendidikan.Indonesia

Kamis, 27 November 2014

Guru Sumber Inspirasi

Hari Guru
Jakarta, Kemendikbud --- Guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Pepatah tersebut layak untuk menggambarkan bahwa seorang guru sebenarnya adalah panutan bagi anak didiknya. Guru yang terampil, menyenangkan, kreatif, akan membentuk generasi yang berkualitas. Sebaliknya, guru yang pasif dan tidak inovatif akan membentuk generasi yang kurang lebih sama seperti gurunya.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mengatakan, tugas membentuk generasi yang berkualitas adalah tanggung jawab seluruh komponen masyarakat. Meskipun dalam konstitusi disebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab terhadap kemajuan pendidikan, tapi peran guru dan masyarakat tidak boleh dilupakan.
“Tugas kita bukan hanya menjalankan konstitusi dan peraturan. Tugas kita sama-sama membuat anak-anak kita menjadi pembelajar yang Insya Allah akan memajukan Indonesia di masa datang,” kata Mendikbud di hadapan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan delapan ribu guru pada puncak peringatan Hari Guru Nasional (HGN) tahun 2014, Kamis (27/11), di Istora Senayan, Jakarta.
Menyadari peran guru yang strategis tersebut, peningkatan mutu guru mutlak dilakukan. Dan guru juga memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan kompetensi dirinya. Seiring dengan peningkatan kualitas guru, Menteri Anies juga menyerukan peningkatan kesejahteraan guru.
Contoh konkret yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan guru adalah dengan membantu mengurangi pengeluaran guru. Pengeluaran guru dapat dikurangi dengan menggandeng masyarakat dan dunia usaha untuk memberi keringanan kepada guru. “Kalau ada usaha beri keringanan pada guru,” katanya.
Di tangan para guru, masa depan Indonesia dititipkan. Dari para guru, akan hadir anak-anak Indonesia yang kelak akan mendorong kemajuan dan membuat bangga. Mendikbud mengatakan, dalam menjalani tugas ini generasi sekarang mungkin tidak menyaksikan secara langsung hasilnya. “Tapi dengan inspirasi bapak ibu guru anak-anak kita nanti akan berkata indoneaia berubah karena bapak ibu guru saya di sekolah,” katanya. (Aline Rogeleonick)

Rabu, 26 November 2014

Anis: Guru Harus Di VIP kan


Upaya meningkatkan kesejahteraan guru adalah tanggung jawab kita bersama bukan sekedar tanggung jawab pemerintah. Pasalnya, guru adalah profesi yang mulia dan terhormat dan mesti dihormati seluruh komponen bangsa.
Dalam rangka menyambut hari guru, Menteri Pendidikan RI, Anis Baswedan mengajak seluruh masyarakat untuk mem VIP kan guru. "Guru adalah guru dari perubahan bangsa,  Saya mengajak seluruh komponen bangsa untuk muliakan guru, kurangi beban guru, karena setinggi- tingginya peningkatan kesejahteraan yg diberikan pemerintah, kalau pengeluarannya juga besar itu tidak akan berarti," kata Anis, saat konfrensi pers, digedung Kemnbuddikdasmen, Senayan Jakarta, Senin (24/11).
Menurut Anis, Seluruh masyarakat harus memuliakan guru, dengan cara apapun itu. "Ajak seluruh rakyat menurunkan beban guru. Misalnya, jika, anda punya unit usaha berikan dia diskon, karena dia guru. Kalau ada guru yang berlangganan koran, berikan dia harga khusus yang lebih murah, jika, anda punya toko sembako, berikan dia diskon, karena dia seorang guru, jika, anda tukang ojek berikan dia potongan ongkos, karena dia seorang guru," seru Anis.
Anis mengatakan, mengapa kita harus memuliakan guru ? Karena mereka kita bisa maju, dari meraka kita mendapatkan sesuatu yang menjadikan kita seperti saat ini. "apakah mereka sempurna, tidak. mereka Seperti orang tua kita dirumah,  mereka pasti ingin anaknya pintar dan sukses. Itu sifat alaminya," ujar Anis.
Untuk mensejahterakan guru, lanjutnya, masyarakat tidak perlu mengeluarkan uang tapi cukup dengan memberikan dia penghormatan berupa diskon.
Saat ini, menurut Anis, kesejahteraan guru sungguh memprihatinkan, apalagi, guru yang berstatus honor. "Bagaimana mungkin seorang guru yang mendidik anak kita, anaknya sendiri tidak bisa sekolah. ini sudah harus diakhiri, cukup sudah. Ini bukan persoalan statistik, saya paling terenyuh kalau mendengar pertanyaan seperti ini. Ini soal tanggung jawab bangsa indonesia," tegas Anis, seakan -akan geram dengan kondisi guru saat ini.
Anis mencontohkan dengan kondisi yang terjadi kepada orang dekatnya. " tidak usah jauh-jauh, Contohnya staff saya  ibunya guru TK, bapak guru SMA, namun, ketika lulus SMA sebagai salah satu yang terbaik  tidak bisa lanjut kuliah karena kurang biaya," ucapnya, mengisahkan.
Ini persoalan yang harus segera diselesaikan, kata dia, secara kepegawaian harus berurusan dengan Menpan, "ini diluar yuridistik dikbud, tapi secara moral kita tidak bisa tinggal diam dengan nasib guru honorer ini," ucapnya.
Untuk menyelesaikan persoalan ini, Anis menuturkan akan segera berkoordinasi dengan seluruh instansi dan lembaga terkait. "Masa, guru dibawah UMR, senin besok saya akan ketemu seluruh sudin pendidikan se-Indonesia ini adalah salah satu PR yang harus diselesaikan secepatnya."
Sebelumnya, kata Anis, sudah ada beberapa perusahaan pemerintah dan swasta yang bekerja sama dengan kemenbuddikdasmen, guna meningkatkan kesejahteraan guru. Diantaranya, Maskapai Garuda, Merpati, dan Transjakarta. "Cukup menunjukan kartu identitas guru, maka, mereka akan mendapatkan potongan harga," ungkapnya.
Kedepan, Dia berharap seluruh komponen bangsa dapat melakukan hal yang serupa,  dengan memberikan diskon kepada setiap guru.
Sementara itu,  Ketua umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Sulistyo, mengungkapkan akan mendukung setiap langkah program Menbuddikdasmen, untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas guru.
Menurutnya, Ada beberapa persoalan guru yang sebenarnya sudah lama menjadi perhatian PGRI. Pertama, masalah kekurangan Guru. Sulistyo menuturkan, Saat ini banyak sekolah nasional yang kekurangan guru. "SD kita kekurangan sekira 300 ribu guru, memang terasa tidak kurang, karena sebagaian besar diisi oleh tenaga honorer, di SMK kita kekurangan guru untuk jurusan produktif, dan SMA kekurangan guru bimbingan konseling," ungkapnya.
Yang kedua, lanjutnya, persoalan mutu.Dia menerangkan, saat ini, guru perlu perjuangan keras untuk meningkatkan mutu individu. Menurutnya ini ada kaitannya dengan proses rekrutment, pembinaan, karir dan profesi. "Ada sekira 800 ribu guru golongan IV A yang kesulitan naik pangkat, lantaran menunggu masa pensiun, sehingga pengembangan diri pun sudah tidak semangat, ada lagi, persoalan guru yang dituntut untuk bisa menulis karya ilmiah, sehingga guru tertekan," katanya.
Yang ketiga, persoalan kesejahteraan dan perlindungan. Menurutnya, ini adalah persoalan yang sudah mengakar dan sampai saat ini belum terpecahkan, "masa ada guru yang mengajar 24 jam, tapi gajinya tidak sesuai dengan UMR, buruh saja diatur gajinya, guru malah tidak diatur gajinya."
Terkait perlindungan terhadap guru, dia mengungkapkan, didaerah masih banyak guru yang tertekan secara politik dan hukum, lantaran tidak memilih kandidat kepala daerah, dan Dia mencatat hampir disetiap provinsi, ini terjadi. "Di Boyolali, ada sekira 2000 guru yang dimutasi, bukan karena kinerjanya yang jelek, tapi karena menolak memilih pasangan pilkada, yang saat ini memimpin," ungkapnya.
Dan yang terakhir, yang menjadi persoalan adalah pelaksanaan kode etik guru. Untuk dapat melaksanakan kode etik guru, kata Sulistyo, guru harus merubah mindsetnya. Guru harus lebih semangat dalam menempa diri, agar dapat memberikan pemahaman materi kepada anak didik. "Guru harus banyak baca, guru harus pintar dalam mengembangkan metode belajar, kalau guru sudah malas, bagaimana anak didiknya, ini yang perlu menjadi bahan evaluasi," tuntasnya.
Terakhir Menbuddikdasmen, Anis Baswedan,  menyerukan kepada masyarakat, dalam rangka peringatan Hari Guru, 25 November 2014, Kunjungi guru kita yang pernah mengajari kita, salami dia, tanya kabarnya. "Bila ada alumni yang ingin mencari akses dimana gurunya sekarang, Kemenbuddikdasmen akan berikan aksesnya," pungkas Anis

sumber :http://www.indopos.co.id/

Ironi Guru, Sebuah refleksi



Hari Guru telah berlalu kemarin. "Milad"nya guru diperingati setiap 
tanggal 25 November. Sebuah tanggal bersejarah yang melandasi 
perjuangan guru, selain mengokohkan jati dirinya, juga perjuangan 
mengharkat derajatkan para peserta didiknya ke tahap yang ideal, atau 
bahasa hiperbolanya, memanusiakan manusia. 

Tahun demi tahun berlalu, guru tetap eksis dengan segala kemajuan dan 
atau kemundurannya. Kalau dulu guru berjuang meningkatkan imbalan 
keprofesionalannya, alhamdulillah guru sekarang (PNS) lebih sejahtera 
dengan tunjangan profesinya. Bila kesejahteraan sudah dicapai, apalagi 
yang mesti diperjuangkan guru? 

Perjuangan berikutnya adalah belajar berubah dan mengikuti perubahan. 
Guru diharapkan terus meng"update" dirinya agar ia profesional di 
ranah paedagogiknya, ranah sosialnya, juga ranah personalnya. Dengan 
berubahnya jaman, cara mengajar dan cara bekerja guru tentunya harus 
sesuai dengan kondisi kekinian. Inilah PR besar yang harus 
diselesaikan guru, agar tujuan ia mengajar dapat terlaksana dengan 
oftimal. 

Ironi Guru, Sebuah refleksi 

Dengan tak bermaksud menggeneralisir semua personal guru, namun di 
satu pihak ketika pemerintah meluncurkan tunjangan profesi, harapannya 
agar guru dapat fokus mendidik peserta didiknya, tak dipusingkan 
dengan cara mendapat tambahan penghasilan. Namun sepertinya ini belum 
berjalan maksimal. Kesejahteraan meningkat, cara kerja " masih itu-itu 
aja, seperti dulu". 

Ketika pemerintah mendengung-dengungkan "SEKOLAH BEBAS ASAP ROKOK", 
artinya ya jangan merokok di sekolah. Namun di beberapa sekolah, saya 
melihat dengan nyamannya guru menghisap rokok kesukaannya, bahkan di 
kelas atau di depan peserta didik. 

Ketika muatan kurikulum menekankan penguatan karakter atau 
akhlak/perilaku, tak sedikit guru mempertontonkan karakter yang tidak 
semestinya dimiliki guru, yang notabene "digugu dan ditiru". 

Ya, inilah potret kecil dari dunia pendidikan, di mana guru adalah 
aktor utama pengembannya. Bila guru tak berkarakter baik, maka 
dikhawatirkan akan menular kepada peserta didiknya. 

Ini juga refleksi, khusus bagi saya, bahwa jargon "guru adalah 
pahlawan tanpa tanda jasa" harus kembali disuarakan dan diupayakan. 
Jargon ini menjadi etos kerja guru, agar ia ikhlas dalam bekerja, 
mempersembahkan yang terbaik bagi anak negeri. 

Ya, mudah-mudahan apa yang saya tulis ini berlawanan dengan kondisi 
sebenarnya..... 

SELAMAT HARI GURU..

sumber  dari : http://www.diaf.web.id/

Selasa, 25 November 2014

SELAMAT HARI GURU....!!!

25 November hari ini merupakan hari guru, dimana pahlawan tanda jasa inilah yang memberikan waktunya ribuan jam untuk mendidik kita tanpa kenal lelah. Walaupun kita sering membuat mereka kesal atau marah disela-sela kegiatan belajar-mengajar, namun Bapak dan Ibu guru tetap menyikapi kita dengan bijak dan penuh kasih sayang, bahkan peran guru bisa dibilang menggantikan peran orang tua kita karena hampir separuh waktu kita dihabiskan disekolah.
Bayangkan tanpa jasa guru mungkin kita tidak bisa membaca, menulis, bahkan kita tidak bisa bekerja dan berpikir kreatif seperti sekarang. Berikut beberapa gambar dan foto yang ramai terunggah di media sosial bertepatan dengan hari guru.

1. Guru Honorer


Permasalah kesejahteraan guru dahulu dengan guru sekarang boleh dibilang hampir sama, meskipun beberapa guru negeri yang menjadi PNS sudah mendapatkan kesejahteraan yang lebih baik. Namun bagaimanakah nasib guru-guru honorer yang di gaji perbulannya berbeda jauh dari guru PNS atau guru di sekolah swasta yang bonafid.

2. Gaji Guru VS Anggota DPR


Bayangkan betapa mirisnya gaji guru yang mendidik generasi penerus bangsa, menghabiskan 7 jam kerja dan telah mengabdi selama 10 tahun. Sedangkan anggota DPR digaji berkali-kali lipat tetapi tidak bekerja sebagai mana mestinya.

3. Tayangan TV


Sekarang banyak tayangan TV yang memiliki gaya candaan yang kurang mendidik, bahkan mereka dibayar mahal untuk memberikan contoh yang bisa merusak moral anak-anak dan remaja.
via 1cak.com

4. Selamat Hari Guru


via pic.twitter.com/wGCP8U8Nk7

5. Memuliakan guru


Nah, kalau yang ini kata-kata dari Pak Anies Baswedan selaku Mendikbud yang cukup aktif di media sosial. Ia memiliki cara sendiri untuk memuliakan sang pahlawan tanpa tanda jasa tersebut.
via pic.twitter.com/ytSbgRXfB9

6. Guru Pedalaman


7. Hymne Guru


Masih ingatkah kalian dengan lagu Hymne Guru yang sering dinyanyikan saat kita sekolah ? Pencipta lagu hymne guru adalah seorang pria bernama Sartono, yang saat ini sudah berumur 78 tahun. Dan dilansir dari Tempo.com bertepatan pada hari guru 25 November 2014, saat ini keadaannya sudah mulai pikun.

8. Hak Guru Lebih Agung