Selasa, 15 September 2015

sekolah dan kualitas bangsa di masa depan


Penerapan suatu kurikulum oleh setiap sekolah sebagai sebuah satuan pendidikan adalah bagian dari persiapan menghadapi tantangan zaman di masa mendatang, minimal untuk masa dua puluh tahun lagi. Pada zaman dua puluh tahun nanti, dunia pekerjaan sedang diisi oleh anak-anak yang sedang bersekolah di masa sekarang. Maka sesungguhnya kurikulum hari ini adalah cerminan masa depan bangsa. Oleh sebab itu pendidikan harus dikembangkan dalam rancangan struktur kurikulum yang bisa menerawang jiwa zaman untuk setidaknya dua dekade yang akan datang.
Namun menakar dan mengukur efektivitas kurikulum tidak bisa menggunakan sistem evaluasi yang konvensional seperti ujian atau tes. Keberhasilan kurikulum secara langsung sangat ditentukan oleh sejauh mana kesiapan peserta didik menghadapi problem-problem masa depan. Adalah kesalahan fatal bila pengajaran terkesan diarahkan untuk sekedar mengantar siswa agar lulus ujian nasional.
Jauh sebelum bangsa ini merdeka, di fase awal abad ke-20, model sekolah semisal Taman Siswa di Yogyakarta dan INS Kayutanam di Sumatera Barat telah menisbahkan diri sebagai institusi pendidikan bumiputera yang bercita-cita membentuk generasi intelek, berbudi pekerti luhur, dan berjiwa merdeka. Semangat kolektif sebagai sebuah bangsa telah ditanam jauh ketika impian Indonesia sebagai sebuah negara itu belum terwujud. Jati diri dan watak bangsa dibentuk sebelum entitas tentang kesamaan nasib akan diubah menjadi republik.  Pendidikan dengan kurikulumnya disusun sebagai sebuah mimpi dan cita-cita bersama,yakni kemerdekaan yang hakiki. Sehingga hakekat sekolah bukanlah sebagai lokasi belajar semata, melainkan wahana diskusi dan gagasan tentang konsep kebangsaan.
Bangsa yang unggul adalah bangsa yang terdidik. Semakin baik pendidikan pada suatu bangsa, maka tentu semakin unggul pula kualitas hidup segenap warga negaranya. Sehingga salah satu fungsi negara yang telah dikonsep oleh para sesepuh Indonesia ini adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Keunggulan pendidikan itu sendiri bukan dari jenis isi atau muatan kurikulum itu sendiri, melainkan dari ruh atau wawasan kurikulum yang berorientasi pada kebutuhan dan tantangan di masa mendatang.
Masa depan bukan untuk ditunggu, tapi harus direncanakan. Pendidikan adalah pembentuk jiwa zaman untuk sekurang-kurangnya dua dasawarsa mendatang. Di masa depan, bangsa pemenang adalah bangsa yang menciptakan masa depan itu sendiri.
oleh: Agung Pardini
(Surya Hanafi, dkk. Menyulut Jiwa di Kampung Hatta. Bogor: Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa, 2012)

Tidak ada komentar: