Selasa, 30 Desember 2014

PEMBINAAN PROFESI DAN KARIR GURU DINILAI MINIM

Profesi guru harus dibina dan dikembangkan.



Manado, KOMENTAR - Anggota Komite III, Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Perwakilan Sulut, Drs Alvius Lomban MSi mengungkapkan bahwa pengembangan profesi dan karir guru, yang seharusnya dilakukan secara berkelanjutan, sejauh ini, belum secara maksimal direalisasikan. Akibatnya, banyak guru yang tidak mendapatkan pelatihan yang memadai.
“Untuk tingkat daerah, pengembangan profesi dan karir guru harus dilaksanakan oleh Diknas secara berkelanjutan. Namun, hal tersebut tak dapat direalisasikan karena keterbatasan anggaran,” ungkap Lomban kepada koran ini.
Lanjut kata Lomban, saat ini, untuk mencapai kenaikan pangkat dari golongan IVa ke IVb, para guru banyak mengalami kesulitan. Bahkan sejak hal tersebut diundangkan dalam Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan) nomor 16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, yaitu guru dengan golongan IIIa wajib mempublikasikan karya inovatif untuk kenaikan pangkat menjadi golongan IIIb. Padahal karya inovatif tersebut tidak berpengaruh pada peningkatan keprofesionalan seorang guru. “Walhasil, untuk menyiasati hal tersebut guru harus menggunakan cara-cara tidak etis demi mencapai angka kredit tertentu untuk naik pangkat,” tuturnya.
Profesi guru, menurut Lomban, harus dihargai dan dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat. Mengingat hal tersebut didasarkan pada profil kinerja guru sebagai perwujudan hasil penilaian kinerja guru yang didukung hasil evaluasi diri. “Bagi guru yang kinerjanya di bawah standar diwajibkan mengikuti program pengembangan profesi,” tandasnya
sumber : 

Minggu, 21 Desember 2014

Berikut ini adalah 7 universitas terbaik di dunia versi World University Rankings 2014-2015.



1. California Institute of Technology (Caltech) 

 
California Institute of Technology (Caltech) via wikipedia.org

California Institute of Technology (Caltech) terletak di Pasadena, California, Amerika Serikat. California Institute of Technology (Caltech) didirikan pada tahun 1891.

California Institute of Technology (Caltech) saat ini berada pada ranking 1 dalam World University Rankings 2014-2015 dengan nilai rata-rata 94.3.

Moto California Institute of Technology (Caltech) adalah The truth shall make you free.

2. Harvard University

Lambang Universitas Harvard 
Harvard University via wikipedia.org

Harvard University terletak di Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat. Harvard University didirikan pada 8 September 1636.

Harvard University pada awalnya bernama New College kemudian diubah nama menjadi Harvard College pada 13 Maret 1639 untuk menghormati penyumbang terbesarnya, John Harvard. Rujukan terawal memanggil Harvard sebagai "universitas" dan bukan "college" pada tahun 1780.

Lulusan Harvard University dari Indonesia, diantaranya adalah Gita Wirjawan, Agus Yudhoyono, Endang Rahayu Sedyaningsih.

Harvard University saat ini berada pada ranking 2 dalam World University Rankings 2014-2015 dengan nilai rata-rata 93.9. 

Moto Harvard University adalah Veritas (Kebenaran).

3. University of Oxford

 
University of Oxford via wikipedia.org

University of Oxford terletak di Oxford, Inggris. University of Oxford tidak jelas kapan didirikannya, tapi perkuliahan dimulai pada tahun 1096. University of Oxford adalah universitas tertua di Inggris.

University of Oxford saat ini berada pada ranking 3 dalam World University Rankings 2014-2015 dengan nilai rata-rata 93.2.

Moto University of Oxford adalah Dominus Illuminatio Mea.

4. Stanford University

Lambang resmi Universitas Stanford 
Stanford University via wikipedia.org

Stanford University terletak dekat kota Palo Alto, California, Amerika Serikat. Stanford University didirikan pada tahun 1891.

Stanford University saat ini berada pada ranking 4 dalam World University Rankings 2014-2015 dengan nilai rata-rata 92.9.

Moto Stanford University adalah Die Luft der Freiheit weht.

5. University of Cambridge

Lambang Universitas Cambridge
University of Cambridge via wikipedia.org

University of Cambridge adalah universitas tertua kedua di Inggris, setelah University of Oxford. University of Cambridge terletak di Cambridge, Cambridgeshire, Inggris.

University of Cambridge saat ini berada pada ranking 5 dalam World University Rankings 2014-2015 dengan nilai rata-rata 92.0.

Moto University of Cambridge adalah Hinc lucem et pocula sacra.

6. Massachusetts Institute of Technology (MIT)

MIT Seal.svg 
Massachusetts Institute of Technology (MIT) via wikipedia.org

Massachusetts Institute of Technology (MIT) adalah universitas yang terletak di kota Cambridge, Massachusets, Amerika Serikat. Massachusetts Institute of Technology (MIT) didirikan pada tahun 1861 dan dibuka pada tahun 1916. Massachusetts Institute of Technology (MIT) berdiri di atas tanah seluas 168 are.

Massachusetts Institute of Technology (MIT) saat ini berada pada ranking 6 dalam World University Rankings 2014-2015 dengan nilai rata-rata 91.9.

Moto Massachusetts Institute of Technology (MIT) adalah Mens et Manus.

7. Princeton University

Princeton University Coat of Arms
Princeton University via wikipedia.org

Princeton University terletak di Princeton, New Jersey, Amerika Serikat. Princeton University didirikan pada tahun 1746.

Princeton University saat ini berada pada ranking 7 dalam World University Rankings 2014-2015 dengan nilai rata-rata 90.9.

Moto Princeton University adalah Dei sub numine viget.

Selasa, 16 Desember 2014

Ingin Jadi Miliarder Lewat Internet? Guru Ini Bisa Jadi Inspirasi


TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Belajar Matematika sambil diajari oleh guru yang tampan, kocak, dan menyenangkan tentu menjadi hal yang diinginkan setiap siswa.
Inilah yang terjadi di Korea, seorang guru namanya melejit dan sekarang menjadi miliarder dengan profesi sebagai guru matematika.
Di negara yang menjunjung tinggi pendidikan ini, Cha Kil-young merupakan guru matematika paling top. Namun, ia tidak mengajar di sekolah melainkan di sekolah online bernama SevenEdu yang focus pada persiapan penerimaan mahasiswa baru di bidang matematika.
Ia berhasil mengumpulkan uang sebanyak 8 juta dolar tahun lalu. Ia pun mengajar dengan cara yang unik. Ia selalu mengenakan topi-topi yang lucu di video ajarannya.
"Aku sangat suka matematika," kata Cha yang selalu berpakaian trendi seperti dilaporkan Washington Post.
Pendidikan di Korea Selatan memang sangat ketat. Di sini anak-anak harus benar-benar bersekolah di sekolah PAUD yang benar sehingga nantinya ia bisa melanjutkan ke sekolah dasar yang benar pula sampai ia SMA bahkan kuliah.
Hampir 300.000 siswa mengikuti kelas online Cha itu dengan biaya $39 setiap 20 jam belajar. Ia mengajari para murid trik mengerjakan soal tepat waktu termasuk cara-cara cepat mengerjakan soal sehingga mereka bisa menyelesaikan ujian dengan cepat pula.

"Ini seperti kau membuat satu makanan dengan 100 chef yang berbeda. Mereka mungkin menggunakan alat yang berbeda meski nanti hasilnya sama. Hal ini juga terjadi pada matematika, ada banyak cara untuk menyelesaikan soal," ujar Cha ketika ditanya mengapa ia sangat sungguh-sungguh menjalani sekolah online ini.
Studionya dirancang dengan sebuah papan tulis hijau dan meja, sementara di belakang kamera terdapat berbagai properti seperti topi kuda nil, batman, dan jaket emas.
"Kau tidak hanya mengajarkan pelajaran di sini tapi juga harus bisa jadi entertainer," kata Cha yang sudah menjalani pengajaran ini selama 20 tahun.
Ia sudah sangat terkenal di Korea dan pernah berduet dengan aktris ternama Korea, Clara dalam sebuah proyek lagu berjudul "SAT Jackpot!" (tribun jogja)

Minggu, 14 Desember 2014

Kondisi Guru di Indonesia Tidak Baik

Pemerhati Pendidikan, Abduh Zen mengatakan, guru-guru di Indonesia sedang menghadapi permasalahan. Hal itu terkait dengan penghentian sementara Kurikulum 2013.
“Guru kita dalam masalah, dan sekarang kondisi guru di Indonesia tidak baik,” ujar Zen dalam diskusi di Warung Daun, Cikini, Menteng, Jakarta, Sabtu (13/12/2014).
Menurut Zen, di hasil Uji Kompetensi Awal (UKA) dan Uji Kompetensi Guru (UKG) para guru di bawah rata-rata. Karena itu dia menyebut, kondisi ini memprihatinkan. “Coba Anda bayangkan akan sukar jika guru kita dalam kondisi seperti ini,” lanjut Zen.
Guna mengubah kondisi ini, Zen mengimbau agar pemerintah melakukan pembaruan. Antara lain dengan memberikan pelatihan kepada para guru yakni pelatihan yang benar-benar efektif untuk menghadapi situasi-situasi tak terduga, seperti penghentian sementara Kurikulum 2013.

Zen mengungkapkan, masalah lain yang dihadapi para guru Indonesia yakni soal motivasi yang tidak benar-benar menyentuh ke dalam diri mereka.
“Motivasi tidak menyentuh aspek batin guru. Ini mesti disuntikan virus motivasi ke dalam guru-guru kita, sehingga mereka menyempurnakan profesinya,” ujar Zen. (adib)
sumber: http://news.liputan6.com/read/2146932/pemerhati-pendidikan-kondisi-guru-di-indonesia-tidak-baik

Jumat, 05 Desember 2014

Sekelumit Kisah Dari Nggongi

Ketika musim hujan, sungai harus diseberangi untuk sampai di sekolah
Program Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM-3T) telah menginjak angkatan III pada 2013. SM-3T merupakan program yang diadakan oleh Dikti dengan teknis menyebarkan sarjana-sarjana ke daerah 3T selama satu tahun pengabdian guna mengembangkan pendidikan di sana. SM-3T angkatan III dimulai pada September 2013 dan berakhir pada Agustus 2014. Peserta SM-3T yang berangkat melaksanakan program SM-3T berjumlah 287 sarjana dari 300 peserta yang lolos seleksi di UM. Setiap peserta SM-3T tentu memiliki alasan mengikuti program tersebut. Program SM-3T bukanlah program yang mudah untuk dilaksanakan. “SM-3T memberi pengalaman hidup yang sesungguhnya,” ungkap Aang Saptadri Yahya, salah satu peserta SM-3T angkatan III yang ditempatkan di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Penempatan SM-3T Kabupaten Sumba Timur terdapat 16 orang almamater UM dan 63 orang lain yang berasal dari gabungan almamater UNESA, IKIP Madiun, Universitas Negeri Jember, dan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya. Mahasiswa Pendidikan Kimia tersebut menjelaskan bahwa sebagai calon guru profesional harus berlatih mandiri dan peduli terhadap sesama, menjunjung toleransi antar umat beragama serta menjadi agen perubahan di masyarakat.
Aang, begitu kerap disapa, mengaku sempat takut tidak lolos seleksi SM-3T. “Mengingat program mendidik di daerah waktu itu sedang tren seperti Indonesia Mengajar dan Jatim Mengajar. Selain itu, peminatnya juga banyak dan tidak semua yang mendaftar bisa diterima,” ungkapnya. Namun, dirinya tetap optimis dalam mengikuti tahapan seleksi, mulai dari tahap administrasi, tes akademik via online, wawancara, tes kepribadian, dan terakhir prakondisi.
Di dalam masa pengabdiannya bergabung dalam program SM-3T, Aang dan seorang sarjana lain ditugaskan di Desa Nggongi, Kecamatan Karera, berjarak ± 130 km dari pusat Kota Waingapu. Menurutnya, untuk mencapai Nggongi diperlukan waktu sekitar 7-12 jam bergantung dari banyaknya penumpang di oto. Oto adalah kendaraan roda empat seperti truk yang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga bisa digunakan untuk diduduki oleh penumpang. Tidak hanya manusia yang dimuat tetapi juga hewan, minyak tanah, dan material bangunan. Menurut pemuda kelahiran Mojokerto tersebut, jalan yang dilalui juga tak semulus jalan di Jawa. Bahkan rusaknya jalan pantura di Pulau Jawa tidak sengeri jalan di Sumba Timur. Dalam pandangan Aang, untuk ukuran daerah 3T, Nggongi sudah cukup lengkap.
Aang ditempatkan di SMKN 6 Karera. Sekolah tersebut merupakan sekolah yang baru berdiri pada 2013. Jumlah guru di sana tidak dapat dijawab pasti karena ada beberapa guru yang selama satu tahun sama sekali belum datang ke sekolah dengan berberapa alasan. Menurut Aang, guru yang aktif, yaitu kepala sekolah (PNS), seorang wakil kepala sekolan (PNS), delapan orang guru honorer dan ditambah dua orang peserta SM-3T. SMKN 6 Karera membuka dua jurusan, yaitu pertanian dan peternakan. SMKN 6 mempunyai 89 siswa kelas XI dan 80 siswa kelas X.
SMKN 6 Karera berlokasi di tengah-tengah padang sabana. Tidak ada tetangga, mes guru belum dibangun, belum ada sumur, dan listrik juga belum menjangkau sekolah. “Sehingga selama bertugas menjadi guru SM-3T, kami  menumpang tinggal di mes guru SMPN 1 Ngadu Ngala yang lebih dekat dengan pusat kecamatan. Setiap harinya kami harus berjalan kaki 7 km pulang – pergi dari sekolah. Untuk sampai di sekolah, jalan yang ditempuh tidak semuanya mulus. “Ya, butuh waktu setidaknya 50 menit setiap harinya. Bila musim hujan tiba, waktu bertambah, rata-rata satu jam lebih,” terang pemuda yang hobi fotografi tersebut. Perjalanan yang mereka tempuh tidak seberapa jika dibandingkan para siswa. Siswa di sana rata-rata rumahnya belasan km dari sekolah. Kadang mereka sering terlambat karena rute yang mereka tempuh sangat jauh.
“Nggongi adalah sebuah harapan. Tempat dimana anak-anak kecamatan Karera menjadi penerus untuk memajukan daerahnya,” kata Aang. Menurutnya, mendidik mereka bukanlah urusan mudah. Guru-guru disana cenderung menempa mereka dengan cara keras. “Pukul kepala, lapis wajah, dan tendang kaki adalah makanan sehari-hari bagi siswa yang bermasalah di sekolah,” tambahnya. Namun apa mau dikata, semua itu sudah seperti “budaya” dalam mendidik yang sulit diputus mata rantainya.
Aang mengaku bahwa sebagai guru SM-3T, terkadang dirinya ikut terbawa dengan cara mendidik guru setempat. Namun pada akhirnya, menyerah bukanlah solusi. Ia terus berusaha dan mencoba melakukan berbagai pendekatan agar anak-anak menjadi disiplin. “Dan hasilnya memang ada, anak-anak cenderung menyukai guru yang mudah bergaul dengan mereka,” tuturnya. Cara yang ia lakukan adalah menyempatkan waktu untuk ngobrol dan jalan bersama di luar jam sekolah. Dari sinilah guru SM-3T bisa mengambil langkah yang baik untuk mendidik mereka dengan cara yang baik pula.
“Lewat SM-3T saya belajar banyak hal dari siswa saya. Hidup dalam kesederhaan namun asa harus tetap menyala. Tidak mudah untuk menjalaninya. Namun, saya yakin, saya tidak sendiri. Saya melaluinya dengan masyarakat yang penuh kehangatan,” ujar Aang. Baginya, ikut SM-3T tidak hanya mengabdi di sekolah. Lebih dari itu ia harus mampu memberi perubahan untuk masyarakat sekitar ke arah yang lebih baik.
Ketika ditanya mengenai hal paling berat dan sulit untuk dijalani ketika mengikuti program SM-3T, Aang mengaku bahwa menjadi minoritas dalam kehidupan beragama adalah tantangan terberat. “Ya, di Desa Nggongi mungkin kami berdua saja yang muslim dari sekitar seratus sembilan  penduduk desa yang memeluk Kristen Protestan dan Katholik,” tuturnya. Keimanan sering kali diuji di tempat tugas. Kehadiran babi dan anjing yang berkeliaran di sekitar tempat tinggal, menjadi hambatan tersendiri. Belum lagi jika datang ke acara adat kemudian terhidang daging babi dan peci (baca: minuman beralkohol) yang diharamkan. Semua itu harus dikomunikasikan dengan baik supaya toleransi antarumat beragama tetap utuh.
“Untungnya, masyarakat Desa Nggongi sangat toleran terhadap muslim. Mereka sangat menghormati keyakinan dan agama kami. Bahkan, ketika kami diundang untuk datang makan di acara pesta atau adat, mereka mempersilahkan kami untuk memotong sendiri ayam atau kambing yang akan kami santap bersama,” jelas pemuda yang lahir pada 18 Pebruari 1990 itu. Aang menuturkan bahwa 12 ekor ayam dan seekor kambing jantan telah ia sembelih selama SM-3T.
Aang mengatakan bahwa hikmah yang bisa ia petik setelah kembali ke Jawa, tentunya harus bisa lebih menghormati perasaan orang lain yang menjadi minoritas dalam kehidupan beragama. “Hanya toleransi antar umat beragamalah yang menjadi satu-satunya jembatan penghubung di tengah kebhinekaan kita,” kata pemuda yang pernah menjuarai LKTI Masyarakat Ilmiah Pemuda Indonesia (MIPI) 2010 itu.
Bagi Aang, SM-3T adalah sebuah pilihan untuk mengabdi di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal. Tidak semua orang berkesempatan untuk mengikutinya.Setiap orang punya pilihan. Baginya, ikut SM-3T adalah sebuah tantangan untuk membuktikan, benarkah dirinya dulu masuk jurusan keguruan hanya karena ikut-ikutan atau dari hati terdalam ingin benar-benar menjadi guru? “Tidak ada alasan untuk enggan mendidik di luar Pulau Jawa. Selama masih ada panggilan nurani, apa salahnya kita mencoba datang untuk mengabdi mencerdaskan anak-anak sampai ke pelosok negeri,” tuturnya.
Hal tersebut sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Prof. Dr. Supriyono, M. Pd., salah satu peninjau SM-3T di Manggarai. Dekan FIP tersebut menegaskan bahwa ada tiga hal yang perlu diperhatikan. Pertama, keberadaan peserta SM-3T harus diketahui motivasinya, apakah benar-benar ingin mengabdi atau hanya mencari peluang untuk Pendidikan Profesi Guru (PPG). Menurut Prof. Dr. Supriyono, M. Pd., passion sebagai pendidik harus digali dan diuji guna meningkatkan kompetensi profesional guru. “Kedua, sebagai sebuah program, SM-3T perlu dilanjutkan dan diteruskan,” tuturnya. “Ketiga, peserta SM-3T harus dibekali cukup tentang pendidikan dan kemasyarakatan,” ungkap Prof. Dr. Supriyono, M. Pd. Para peserta SM-3T diangap lebih tahu, serba tahu, dan dijadikan tokoh dalam masyarakat.  “Pengajaran harus berbasis contoh konkret. Dengan adanya program ini, guru-guru di sana bisa memperoleh pencerahan karena para peserta SM-3T lebih inovatif,” terangnya.
Perjalanan panjang telah dilalui Aang selama masa pengabdian satu tahun dalam program SM-3T. Aang mengungkapkan bahwa mengabdi setahun di daerah 3T adalah sebuah motivasi. “Tidak ada kesuksesan yang didapat secara instan. Begitulah petuah orang tua. Semua itu butuh proses yang tidak sebentar. Kadang harus terseok-seok dahulu bahkan sampai terjatuh. Namun, tidak sedikit kebahagiaan yang dirasa saat menempuhnya,” tutur pemuda 24 tahun tersebut. Baginya, keberadaan anak-anak SMKN 6 Karera dalam menuntut ilmu menjadi semangat tersendiri untuk menjadi calon guru profesional. “Mereka memberi warna. Hitam dan putih kadang tercipta selaras dengan berjalannya waktu. Untuk itulah mendidik dengan setulus hati akan melahirkan generasi-generasi hebat untuk Indonesia,” pungkasnya.

Selasa, 02 Desember 2014

Berita Buruk Pendidikan Indonesia

1835483guru-71780x390Indonesia sejak zaman kemerdekaan berusaha memberikan layanan pendidikan yang baik untuk masyarakat. Semua itu terbukti dari prestasi yang sudah diraih hingga saat ini. Namun, di balik itu banyak masalah belum terselesaikan.
“Selain berita baik mengenai prestasi Indonesia sejak dulu, ada pula berita buruknya,” ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan pada acara silaturahim dengan kepala Dinas Pendidikan, Senin (1/12/2014) di kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Mendikbud menjelaskan, 75 persen sekolah di Indonesia tidak memenuhi standar layanan minimal pendidikan. Berdasarkan pemetaan Kemendikbud terhadap 40.000 sekolah pada 2012, diketahui bahwa isi, proses, fasilitas, dan pengelolaan sebagian besar sekolah saat ini masih belum sesuai standar pendidikan yang baik seperti diamanatkan undang-undang.
Tak hanya itu. Nilai rata-rata uji kompetensi guru yang diharapkan standarnya mencapai 70 belum terpenuhi.
“Nilai rata-rata guru kita, yang kita harapkan 70, namun yang sekarang baru 44,5,” ujar Mendikbud.
Untuk itu, lanjut Mendikbud, pengembangan dan pembinaan guru menjadi fokus utama pemerintah ke depan. Mendikbud menambahkan, bila kompetensi guru memenuhi standar yang ada, maka layanan pendidikan yang baik bisa terwujud.

Posisi Indonesia di beberapa hasil analisis mengenai pendidikan juga menunjukkan bahwa masih banyak yang perlu dievaluasi dan diperbaiki.
“Kita posisinya nomor 40 dari 40 negara, apa pun cara yang kita siapkan, apa pun kesiapannya, apa pun alasannya, fakta ini terjadi,” kata Mendikbud.
Ini semua karena kurangnya keseriusan dalam mempersiapkan layanan pendidikan yang baik, serta masih kurangnya motivasi dari para siswa dalam mendapatkan pendidikan.
“Selama satu dekade ini kita stagnan, sementara yang lain sedang mempersiapkan pertarungan dunia,” ujar Mendikbud.
Untuk itu, perlu ada keseriusan dalam memperbaiki kondisi tersebut serta dukungan dari berbagai pihak. by: adib
sumber:  http://edukasi.kompas.com/read/2014/12/02/18365971/Berita.Buruk.Pendidikan.Indonesia