“Apa cita-citamu?”
Masih ingatkah Anda kapan mendapatkan pertanyaan tersebut terakhir kali? Masih ingatkah jawaban Anda saat itu? Sudah terwujudkah cita-cita tersebut? Saya yakin tak banyak diantara kita yang masih ingat dengan jelas kapan ditanyai tentang cita-cita. Yang jelas ketika masih kecil. Jawaban apa cita-citanya pasti bervariasi. Tapi Saya jamin tak jauh-jauh dari jawaban klasik seperti dokter, insinyur, polisi, tentara atau menteri. Dan sekali lagi Saya yakin hanya secuil diantara kita yang mampu mewujudkan cita-cita klasik tersebut sekarang.
Pertanyaan lagi. Siapakah dan dalam momen apa pertanyaan tersebut dilontarkan? Kalau ini Saya masih ingat. Oleh guru dalam kelas. Sekarang, bayangkan apa yang terjadi jika kita menjadi si bapak atau ibu guru tadi. Itulah yang Saya alami bersama beberapa rekan relawan pengajar Kelas Inspirasi Depok beberapa waktu yang lalu. Dalam program Kelas Inspirasi yang diadakan oleh Gerakan Indonesia Mengajar, kami sebagai relawan (dengan ikhlas) ditugaskan mengajar, atau lebih tepatnya menceritakan kepada adik-adik siswa SD tentang profesi yang kami lakukan sehari-hari. Tujuannya memberikan sekilas gambaran kepada wajah-wajah polos itu bahwa profesi bukan hanya seperti jawaban klasik tadi, sehingga mereka bisa lebih terinspirasi dan bervariasi dalam menanamkan ke otak mereka tentang ingin seperti apa ketika dewasa nanti. Itu kenapa program ini diberi nama Kelas Inspirasi.
Bersama Evie, seorang pegawai bank, Novan, sales engineer, Monde, pemain teater, Rahmi, analis bisnis, Iqbal, akuntan, Femmy, pekerja tambang, Endang, pegawai bea cukai, Yanti, geologis, Luvie, penulis, dan Dian, pembuat dan penjual kue online, merasakan sendiri energi luar biasa dari sekumpulan anak-anak lugu yang penuh semangat ini. Beralih profesi menjadi guru sehari menjadi pengalaman tersendiri yang melelahkan, menyenangkan sekaligus membuat ketagihan. Saya sendiri bersama satu rekan lagi, Leni, sebenarnya relawan yang khusus ditugaskan untuk mengabadikan momen-momen Kelas Inspirasi ini. Meskipun tidak mengajar, tapi Saya bisa ikut merasakan aura menakjubkan yang belum pernah Saya rasakan sebelumnya. Niat awalnya memberikan adik-adik ini inspirasi. Tapi yang terjadi kamilah yang terinspirasi dengan keceriaan, semangat, antusiasme, kepolosan dan energi mereka. Satu hari itu juga layaknya sebuah proses mengenang lagi masa kecil. Oh, seperti itu tho ternyata Saya ketika kecil. Nakal, susah diatur, dan sering membuat jengkel. Oh seperti ini rasanya para guru SD Saya dulu menghadapi kelakuan Saya. Satu hari yang lebih dari cukup bagi kami para relawan untuk sangat menghargai profesi guru, terutama guru SD.
Anak-anak ibarat kertas putih polos yang bisa dilukis dengan warna apa saja. Adalah tanggung jawab besar bagi si pelukis untuk menyapukan kuasnya dengan warna-warna cerah. Karena cerah atau tidaknya masa depan bangsa ini sudah dimulai dari sekarang, dari bibit-bibit polos ini. Dan mereka para orang dewasa yang paling bertanggung jawab dalam hal ini siapa lagi kalau bukan orang tua dan guru. Saya jadi berkesimpulan, jika ada satu profesi yang pantas dinomorsatukan untuk dimajukan hak-hak dan kewajibannya, maka jawabannya hanya satu, guru.
Dan ketika Kelas Inspirasi berakhir, tiba-tiba Saya didaulat untuk menjadi guru dadakan oleh sekumpulan anak yang terinspirasi menjadi fotografer. Dan di tengah kelas (yang terjadi di luar kelas) ini terjadilah sebuah percakapan dengan salah satu fotografer wannabe cilik :
-“Om, Laras pengen jadi fotografer kayak om. Caranya gimana, Om?”
-“Oh, Laras sudah punya kamera belum?”
-“Ga punya, Om. Tapi Laras suka pinjam hape kamera ayah buat motret, Om”
-“Oh, itu juga bisa kok. Nah sekarang Laras sering-sering motret ya. Tiap hari walaupun hanya sekali, Laras usahakan selalu motret. Gunanya untuk melatih keahlian memotret Laras. Dan seringlah memotret apa yang Laras suka, yang Laras anggap indah, bagus atau cantik. Laras suka apa?”
-“Wah pas itu Om. Laras tiap hari motret kok. Lebih dari sekali malah. Laras suka motret diri sendiri, Om”
-“………………………………” Hening
sumber : aansmile.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar