Senin, 07 Januari 2013

Selamat Datang Kurikulum 2013



Pagi itu empat tahun yang lalu anak saya pertama protes tidak mau berangkat ke sekolah dengan alasan sekolahnya tidak asyik. Saya kaget atas jawaban yang dia lontarkan. Saat itu anak saya baru satu minggu masuk sekolah sebagai siswa baru kelas 1 SD. Pertanyaan susulan saya lemparkan untuk lebih mengetahui akar permasalahan. Dia enteng anak saya menjawab, “mana asyik sekolah harus duduk di kursi dari pagi sampai siang, lebih asyik sekolah di TK”. Jawaban lanjutan dia lontarkan akan keinginan kembali ke TK lagi. Saya penasaran dan mengajukan pertanyaan lagi, kenapa di TK enak? Anak saya menjawab, “ya enak dong, banyak bermain dan boleh lari-lari dalam kelas”.
Ilustrasi di atas saya coba untuk berdiskusi tentang kurikulum baru atau dikenal dengan kurikulum 2013. Pro dan kontra bermunculan disana-sini. Perubahan kurikulum adalah pekerjaan besar. Berubahnya kurikulum akan merubah empat aspek yang terkait di dalamnya, yaitu standar isi, standar proses, standar kelulusan, dan standar penilaian. Setelah berubah pun, kurikulum bukanlah hanya sebagai pajangan, tap harus diterjemahkan lagi dalam buku pengantar pelajaran yang akan disampaikan ke siswa. Tentang standar lulusan, perubahan akan tergambar dari soft skill dan hard skill yang diterjemahkan sebagai kompetensi para lulusan. Kedua kompetensi tersebut harus dinaikkan dan diseimbangkan dengan melibatkan tiga domain, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Dari sisi isi, ada kedudukan mata pelajaran dan pendekatannya. Kalau sekarang kompetensi itu diturunkan dari mata pelajaran, ke depan akan berubah menjadi mata pelajaran yang dikembangkan dari kompetensi. “Jadi mata pelajaran itu kendaraan saja. Kalau mau nyebrang lautan ya pakai kapal. Naik gunung pakai sepeda gunung,” kata Mendikbud M. Nuh.
Untuk standar proses, semula proses terpaku pada eksplorasi, terfokus. Sedang di kurikulum yang baru siswa menjadi lebih aktif dalam observasi. Dan untuk standar penilaian, akan dilakukan dengan berbasis kompetensi. Salah satu pendukung kompetensi itu adalah ekstrakulikuler Pramuka yang wajib diikuti semua siswa. Karena dalam pramuka terdapat leadership, kerja sama, keberanian, dan solidaritas.
Pendekatan kurikulum yang paling kritikal dan krusial berada pada pendidikan dasar SD dan SMP. Karena jika pendidikan di SD bagus, ke belakangnya juga akan bagus. Dan untuk SD-SMP digunakan pendekatan tematik integratif dalam semua mata pelajaran. Konsep ini merupakan metode pembelajaran yang didasarkan atas tema-tema. Dalam satu tema yang diangkat akan merambah ke mata pelajaran lain. “Misalkan pelajaran Bahasa Indonesia, guru mengambil tema sungai. Ada pendekatan observasi seperti apa sungai, apa isinya, kenapa bisa mengalir, dan sebagainya. Semua pendekatan tersebut akan mengarah kepada semua mata pelajaran. Baik bahasa indonesia, sains, agama, dan matematika,” jelas Menteri Nuh.
Pengalaman saya mengajar selama ini sangat jarang menemui anak yang kritis dan selalu mengajukan pertanyaan. Kegiatan belajar mengajar berlangsung monoton satu arah dengan sang guru yang aktif mendorong siswanya untuk belajar. Proses KBM seperti ini menurut Rhenald Kasali berpotensi menghasilkan ”penumpang” ketimbang ”pengemudi”. Karena itu, banyak orang yang lebih senang duduk menunggu, hidup ”menumpang”, ”dituntun”, atau diarahkan ketimbang menjadi pengemudi yang aktif dan dinamis.
Seperti tampak di angkutan umum, penumpang boleh mengantuk, tertidur, terdiam, sibuk sendiri, tak perlu tahu arah jalan, dan praktis kurang berani mengambil risiko. Sementara pengemudi adalah sosok yang sebaliknya. Karena orangtua juga dibesarkan dalam tradisi belajar yang sama, tradisi serupa ada di rumah. Dengan jumlah mata ajaran yang semakin hari semakin banyak, jumlah yang dihafal siswa di sini juga semakin memberatkan.
Datangnya kurikulum 2013 dengan Tematik Integratif patut kita apresiasi. Kurikulum berpikir siswa mendorong ke arah mutu pendidikan yang lebih baik. Selamat datang kurikulum baru menuju pendidikan yang lebih baik. Semoga.

Tidak ada komentar: