“Formal education will make you a living, self-education will make you a fortune. – Pendidikan formal akan memberimu kehidupan, sedangkan ilmu pengetahuan dan pengalaman akan memberimu keberuntungan.”
Jim Rohn
Robert T. Kiyosaki saat ini semakin populer saja. Tulisannya berjudul Rich Dad Poor Dad, telah menjadi inspirasi banyak orang untuk mendapatkan kebebasan keuangan. Sementara dalam buku lainnya, Robert T. Kiyosaki mengungkapkan teori Cashflow Quadrant. Ia menyarankan dan mengungkapkan tips bagaimana berpindah kuadran, dari kuadran E (pegawai) dan kuadran S (pekerja lepas) ke kuadran B (pebisnis) dan kuadaran I (investor).
Dalam tulisannya Kiyosaki mengungkapkan bahwa setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan kebebasan waktu dan keuangan. Sementara pendidikan bukanlah syarat mutlak untuk mendapatkan kebebasan waktu maupun keuangan. Inti pesan dalam buku-buku tersebut telah mengilhami optimisme banyak orang yang tidak berpendidikan dalam meraih kesuksesan.
Tetapi bagi sebagian orang, tulisan Robert T. Kiyosaki itu telah memicu pertanyaan. Bila pendidikan bukan faktor penentu kesuksesan atau mendapatkan kekayaan, lalu apakah pendidikan tidak penting? Saya sering mendapatkan pertanyaan seperti itu, di radio maupun dalam seminar (public talk).
Saya berpendapat bahwa kekayaan yang diungkapkan oleh Robert T. Kiyosaki tidak dapat diartikan dari segi materi saja. Kekayaan meliputi ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki seseorang. Saya sendiri mengapresiasikan ‘Ayah miskin’ dalam buku Kiyosaki sebenarnya adalah orang kaya dan sukses.
Memang ‘Ayah miskin’ dalam tulisan Kiyosaki tidak sekaya ‘ayah kaya’ dari segi materi. Namun dari segi ilmu pengetahuan dan karir, ‘ayah miskin’ tergolong orang kaya dan sukses. Gelar Ph.D yang telah diraih ‘ayah miskin’ menunjukkan bahwa ia kaya ilmu pengetahuan, sehingga mampu meraih gelar yang cukup tinggi di dunia pendidikan. Dengan ‘kekayaannya’ yaitu ilmu pengetahuan dan pendidikan, ‘ayah miskin’ berhasil meraih posisi sebagai kepala Departemen Pendidikan di negara bagian Hawaii. Prestasi ‘ayah miskin’ itu menunjukkan bahwa selain kaya ia juga sukses dalam karir.
Berdasarkan uraian diatas, saya bermaksud menegaskan bahwa pendidikan di sekolah sangat penting. Pendidikan sekolah memang tidak menjamin seseorang pasti berhasil meraih kesuksesan atau kekayaan. Tetapi sistem, kedisiplinan dan ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah melatih para pembelajar bertindak disiplin dan bijaksana, bersikap positif, serta memiliki cara berpikir logis. Ketiga faktor itu sangat berpengaruh terhadap prospek kesuksesan seseorang dalam karir maupun keuangan.
Salah satu contoh pendidikan yang hanya ada di sekolah adalah strategi belajar. Strategi yang diajarkan kepada siswa-siswi di sekolah tersebut sangat membantu mereka memperbaiki kualitas pemikiran dan sikap. Semakin baik kualitas pemikiran dan sikap seseorang mengindikasikan kualitas kehidupan yang baik juga. Tidak sedikit orang-orang yang telah membuktikan bahwa ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan selama belajar di sekolah sangat bermanfaat untuk mengimplementasikan impian mereka kedalam kenyataan dan mendapatkan kualitas kehidupan yang lebih baik.
Tetapi bukan berarti pendidikan dari sekolah itu sudah mencukupi kebutuhan kita akan ilmu pengetahuan dan pengalaman. Untuk seterusnya, kita harus aktif mencapai kemajuan dengan terus belajar. Belajar adalah cara yang paling produktif menggunakan waktu dengan cara yang bijaksana dan mendidik, serta mendukung upaya kita mengembangkan diri dan mendapatkan kualitas kehidupan yang lebih baik.
Belajar dapat dilakukan dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja. Bisa jadi kita akan mendapatkan ilmu pengetahuan yang luar biasa selama bergaul dengan orang-orang yang antusias dan penuh semangat, atau orang-orang yang mau berbagi nilai-nilai positif dengan kita. Kita dapat juga belajar dan memperbarui kehidupan lewat buku-buku, kaset, dan seminar. Dengan kata lain, kita harus senantiasa belajar dari universitas kehidupan ini atau sering disebut pula dengan School of HardKnocks.
Alfin Toffler menegaskan tentang pentingnya melakukan pencarian ilmu pengetahuan, informasi dan pengalaman secara terus menerus. Ia mengatakan, “The illiterate of the year 2000 will not be the individual who cannot read and write, but the one who cannot learn, unlearn, relearn. – Orang buta huruf pada tahun 2000-an bukanlah orang yang tidak dapat membaca ataupun menulis, melainkan orang yang tidak mau belajar, tidak belajar, dan tidak belajar kembali. ”
Di sekolah mungkin kita dapat belajar mengenai strategi berbisnis berdasarkan wilayah atau jenis bisnis secara umum. Tetapi untuk mengembangkan bisnis berdasarkan tempat dan jenisnya secara spesifik, kita harus belajar dari buku, pengalaman, orang lain dan lain sebagainya. Di sekolah mungkin kita belajar mengenai manajemen, ilmu keuangan, dan bisnis. Sedangkan dari universitas kehidupan ini kita dapat belajar dan menguasai ilmu pengetahuan bagaimana menciptakan kekayaan, salah satunya belajar dari buku tulisan Kiyosaki itu.
Mungkin tidak pernah ada sekolah formal yang khusus memberi pelajaran supaya kita menjadi orang tua yang baik. Tetapi di sekolah kita pasti diajar bersikap disiplin dan bersopan santun. Bukan ide yang buruk seandainya kita juga punya kemauan untuk menggunakan apa yang sudah kita peroleh di sekolah sambil belajar dari kehidupan ini untuk menjadi orang tua yang lebih bijaksana.
Menjadi bagian dari masyarakat L3 – life-long learning, atau belajar untuk seterusnya merupakan langkah efektif untuk memperkaya diri kita dengan ilmu pengetahuan dan pengalaman. Pendidikan dari kehidupan dan sekolah merupakan paduan pendidikan yang paling ideal. Pendidikan dari keduanya menjadikan kita kaya ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dapat kita manfaatkan untuk mengekspansi kualitas kehidupan, menjadi lebih bahagia dan kaya dari segi materi maupun ilmu pengetahuan, atau menjadi segala yang terindah.
Lalu saya berkesimpulan bahwa ide-ide maupun personifikasi ‘ayah kaya’ dan ‘ayah miskin’ yang disampaikan oleh Kiyosaki bukan berarti kita dapat mengabaikan pendidikan formal ataupun pelajaran yang bisa kita dapatkan dari kehidupan ini. ‘Ayah miskin’ dalam Rich Dad, Poor Dad sangatlah kaya ilmu pengetahuan dan pengalaman dari pendidikan maupun kehidupannya. Menurut saya, ‘ayah miskin’ itu sesungguhnya tidak miskin.
* Andrew Ho adalah motivator Asia, pengusaha, dan penulis buku best seller Highway to Success.
Jim Rohn
Robert T. Kiyosaki saat ini semakin populer saja. Tulisannya berjudul Rich Dad Poor Dad, telah menjadi inspirasi banyak orang untuk mendapatkan kebebasan keuangan. Sementara dalam buku lainnya, Robert T. Kiyosaki mengungkapkan teori Cashflow Quadrant. Ia menyarankan dan mengungkapkan tips bagaimana berpindah kuadran, dari kuadran E (pegawai) dan kuadran S (pekerja lepas) ke kuadran B (pebisnis) dan kuadaran I (investor).
Dalam tulisannya Kiyosaki mengungkapkan bahwa setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan kebebasan waktu dan keuangan. Sementara pendidikan bukanlah syarat mutlak untuk mendapatkan kebebasan waktu maupun keuangan. Inti pesan dalam buku-buku tersebut telah mengilhami optimisme banyak orang yang tidak berpendidikan dalam meraih kesuksesan.
Tetapi bagi sebagian orang, tulisan Robert T. Kiyosaki itu telah memicu pertanyaan. Bila pendidikan bukan faktor penentu kesuksesan atau mendapatkan kekayaan, lalu apakah pendidikan tidak penting? Saya sering mendapatkan pertanyaan seperti itu, di radio maupun dalam seminar (public talk).
Saya berpendapat bahwa kekayaan yang diungkapkan oleh Robert T. Kiyosaki tidak dapat diartikan dari segi materi saja. Kekayaan meliputi ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki seseorang. Saya sendiri mengapresiasikan ‘Ayah miskin’ dalam buku Kiyosaki sebenarnya adalah orang kaya dan sukses.
Memang ‘Ayah miskin’ dalam tulisan Kiyosaki tidak sekaya ‘ayah kaya’ dari segi materi. Namun dari segi ilmu pengetahuan dan karir, ‘ayah miskin’ tergolong orang kaya dan sukses. Gelar Ph.D yang telah diraih ‘ayah miskin’ menunjukkan bahwa ia kaya ilmu pengetahuan, sehingga mampu meraih gelar yang cukup tinggi di dunia pendidikan. Dengan ‘kekayaannya’ yaitu ilmu pengetahuan dan pendidikan, ‘ayah miskin’ berhasil meraih posisi sebagai kepala Departemen Pendidikan di negara bagian Hawaii. Prestasi ‘ayah miskin’ itu menunjukkan bahwa selain kaya ia juga sukses dalam karir.
Berdasarkan uraian diatas, saya bermaksud menegaskan bahwa pendidikan di sekolah sangat penting. Pendidikan sekolah memang tidak menjamin seseorang pasti berhasil meraih kesuksesan atau kekayaan. Tetapi sistem, kedisiplinan dan ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah melatih para pembelajar bertindak disiplin dan bijaksana, bersikap positif, serta memiliki cara berpikir logis. Ketiga faktor itu sangat berpengaruh terhadap prospek kesuksesan seseorang dalam karir maupun keuangan.
Salah satu contoh pendidikan yang hanya ada di sekolah adalah strategi belajar. Strategi yang diajarkan kepada siswa-siswi di sekolah tersebut sangat membantu mereka memperbaiki kualitas pemikiran dan sikap. Semakin baik kualitas pemikiran dan sikap seseorang mengindikasikan kualitas kehidupan yang baik juga. Tidak sedikit orang-orang yang telah membuktikan bahwa ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan selama belajar di sekolah sangat bermanfaat untuk mengimplementasikan impian mereka kedalam kenyataan dan mendapatkan kualitas kehidupan yang lebih baik.
Tetapi bukan berarti pendidikan dari sekolah itu sudah mencukupi kebutuhan kita akan ilmu pengetahuan dan pengalaman. Untuk seterusnya, kita harus aktif mencapai kemajuan dengan terus belajar. Belajar adalah cara yang paling produktif menggunakan waktu dengan cara yang bijaksana dan mendidik, serta mendukung upaya kita mengembangkan diri dan mendapatkan kualitas kehidupan yang lebih baik.
Belajar dapat dilakukan dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja. Bisa jadi kita akan mendapatkan ilmu pengetahuan yang luar biasa selama bergaul dengan orang-orang yang antusias dan penuh semangat, atau orang-orang yang mau berbagi nilai-nilai positif dengan kita. Kita dapat juga belajar dan memperbarui kehidupan lewat buku-buku, kaset, dan seminar. Dengan kata lain, kita harus senantiasa belajar dari universitas kehidupan ini atau sering disebut pula dengan School of HardKnocks.
Alfin Toffler menegaskan tentang pentingnya melakukan pencarian ilmu pengetahuan, informasi dan pengalaman secara terus menerus. Ia mengatakan, “The illiterate of the year 2000 will not be the individual who cannot read and write, but the one who cannot learn, unlearn, relearn. – Orang buta huruf pada tahun 2000-an bukanlah orang yang tidak dapat membaca ataupun menulis, melainkan orang yang tidak mau belajar, tidak belajar, dan tidak belajar kembali. ”
Di sekolah mungkin kita dapat belajar mengenai strategi berbisnis berdasarkan wilayah atau jenis bisnis secara umum. Tetapi untuk mengembangkan bisnis berdasarkan tempat dan jenisnya secara spesifik, kita harus belajar dari buku, pengalaman, orang lain dan lain sebagainya. Di sekolah mungkin kita belajar mengenai manajemen, ilmu keuangan, dan bisnis. Sedangkan dari universitas kehidupan ini kita dapat belajar dan menguasai ilmu pengetahuan bagaimana menciptakan kekayaan, salah satunya belajar dari buku tulisan Kiyosaki itu.
Mungkin tidak pernah ada sekolah formal yang khusus memberi pelajaran supaya kita menjadi orang tua yang baik. Tetapi di sekolah kita pasti diajar bersikap disiplin dan bersopan santun. Bukan ide yang buruk seandainya kita juga punya kemauan untuk menggunakan apa yang sudah kita peroleh di sekolah sambil belajar dari kehidupan ini untuk menjadi orang tua yang lebih bijaksana.
Menjadi bagian dari masyarakat L3 – life-long learning, atau belajar untuk seterusnya merupakan langkah efektif untuk memperkaya diri kita dengan ilmu pengetahuan dan pengalaman. Pendidikan dari kehidupan dan sekolah merupakan paduan pendidikan yang paling ideal. Pendidikan dari keduanya menjadikan kita kaya ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dapat kita manfaatkan untuk mengekspansi kualitas kehidupan, menjadi lebih bahagia dan kaya dari segi materi maupun ilmu pengetahuan, atau menjadi segala yang terindah.
Lalu saya berkesimpulan bahwa ide-ide maupun personifikasi ‘ayah kaya’ dan ‘ayah miskin’ yang disampaikan oleh Kiyosaki bukan berarti kita dapat mengabaikan pendidikan formal ataupun pelajaran yang bisa kita dapatkan dari kehidupan ini. ‘Ayah miskin’ dalam Rich Dad, Poor Dad sangatlah kaya ilmu pengetahuan dan pengalaman dari pendidikan maupun kehidupannya. Menurut saya, ‘ayah miskin’ itu sesungguhnya tidak miskin.
* Andrew Ho adalah motivator Asia, pengusaha, dan penulis buku best seller Highway to Success.