BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tampilan pembelajaran bermutu di sekolah merupakan kewajiban bagi guru secara umum, namun demikian hal ini masih belum dilakukan dengan maksimal oleh guru, dan mereka belum banyak kreatif menggunakan model-model pembelajaran maupun teknik-teknik pendekatan yang baru. Seolah-olah guru hanya menyampaikan materi pelajaran saja, kurang kontrol terhadap kondisi siswa saat pembelajaran berlangsung.
Guru-guru di kelas rata-rata belum memberdayakan strategi gaya dan seni mengajar yang maju. Di Gugus Kartini Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen, berdasarkan hasil supervisi rutin peneliti sebagai Pengawas Sekolah ternyata sebagian besar guru masih melaksanakan pembelajaran yang tradisional, di mana guru dalam melaksanakan pembelajaran tanpa menggunakan RPP yang dibuat sendiri, mereka cenderung menggunakan RPP cetakan yang ada dan belum melaksanakan pembelajaran berpusat Kooperatif. Guru masih melaksanakan pembelajaran dengan metode ceramah murni belum rutin bervariasi, maupun belum menggunakan alat peraga, dan tampaknya guru masih sebagai penyampai materi bentuk klasikal, belum banyak melakukan pembelajaran yang kreatif model kooperatif, yang dapat melatih mandiri dan tanggungjawab para peserta didik.
Hal ini dapat dilihat dari hasil supervisi yang telah dilaksanakan oleh peneliti dari sejumlah guru kelas V yang ada di Gugus Kartini Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen sebanyak 11 orang yang tersebar dalam 7 Sekolah Dasar, ternyata rata-rata guru belum mampu melaksanakan pembelajaran berpusat kooperatif secara maksimal. Dari hasil supervisi rutin dapat dilihat secara nyata bahwa guru kelas V masih melaksanakan pembelajaran yang biasa-biasa saja. Pembelajaran yang dilakukan hanya menggunakan metode ceramah tanpa ada variasi dan kurang memanfaatkan peluang, membentuk kelompok-kelompok kecil di kelasnya.
Kegiatan pembelajaran di gugus Kartini Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen masih tergolong rendah dan kemampuan guru kelas V dalam mengajar belum berpusat pada model pembelajaran kooperatif secara optimal. Terdapat bukti prestasi para siswa kelas V masih rendah belum sesuai dengan harapan lembaga sekolah orang tua dan masyarakat.
Dalam melaksanakan supervisi, Pengawas Sekolah melihat juga aktifitas Kepala Sekolah ternyata, mereka juga belum berupaya mengubah strategi supervisinya terhadap guru-guru di kelas. Supervisi oleh Kepala Sekolah yang dilakukan masih terkesan rutinitas belaka belum melakukan pendekatan-pendekatan baru dan belum melaksanakan tindak lanjut secara serius terutama teknik-teknik model pembelajaran kooperatif.
Dilihat dari frekuensi pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah juga belum optimal. Dari data supervisi dapat dilihat dalam satu bulan supervisi yang dilakukan, tidak lebih dari 10 kali atau 38,4 % sedangkan sisa waktunya sebanyak 61,6 % lebih banyak digunakan untuk melaksanakan tugas di kantor Sekolah atau melaksanakan tugas – tugas lain terkait tugas kepala sekolah. Supervisi yang dilakukan masih terkesan melaksanakan pemantauan saja, seolah-olah hanya melihat dokumen dan hanya memotret keadaan saat terjadi di sekolah tanpa ada tindakan yang nyata menuju perbaikan pembelajaran selanjutnya. Oleh sebab itu di samping pemantauan harusnya juga melalui pengamatan yang cermat dalam proses pembelajaran, sehingga dapat ditemukan hal-hal yang perlu ditingkatkan dan dikembangkan oleh sekolah itu sendiri.
Kondisi ini peneliti sebagai Pengawas Sekolah berupaya agar semua guru dalam melaksanakan pembelajaran berpusat dengan model pembelajaran kooperatif, sesuai dengan ketentuan yang ada dalam Standar Proses dalam Permendiknas No 41 tahun 2007. Ketentuan itu merupakan pedoman yang harus diwujudkan dalam proses pembelajaran oleh guru yang merupakan pimpinan di kelas itu. Apabila semua guru dalam melaksanakan tugasnya setiap hari mengajar dengan berpusat kooperatif di kelasnya, maka dapat dikatakan, bahwa hasil dari proses pembelajaran itu akan tercapai memuaskan, yang pada gilirannya akan meningkatkan prestasi belajar para peserta didiknya.
Kemampuan guru dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif melalui supervisi klinis oleh pengawas sekolah, dengan bimbingan arahan kesadaran tinggi diharapkan para guru dapat melakukan pembelajaran bermutu, sehingga mempengaruhi positif terhadap perilaku peserta didik dan menambah kemajuan prestasi belajar mereka.
Kemampuan dan keterampilan para guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Kooperatif yang baik, yang selanjutnya proses pembelajaran akan dapat tepat sasaran, dan target materi dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat dicapai. Selain itu juga kreatif membentuk kelompok-kelompok kecil dalam pembelajaran yang dapat menumbuhkan motivasi dan semangat belajar anak. Untuk selanjutnya mampu menumbuhkan kreatifitas peserta didik serta berikutnya pembelajaran dapat bermakna. Hal ini akan mewarnai kegiatan belajar dalam meningkatkan prestasinya sehari-hari. Dengan demikian kemampuan dan keterampilan guru perlu dibimbing yaitu mewujudkan model pembelajaran kooperatif yang sesuai dengan visi, misi sekolah yang telah dirumuskan.
Pelaksanaan supervisi yang dilakukan peneliti berupaya mengubah kegiatan mengajar guru yang lebih baik dengan menggunakan instrumen khusus tentang pembelajaran di kelasnya. Maka sasaran supervisi mampu mengubah perilaku guru untuk lebih berkreatif dalam melaksanaan tugas mengajar yang menarik disukai peserta didik. Oleh karena itu proses pembelajaran diharapkan selalu terlaksana dengan menyenangkan, para peserta didik dapat memusatkan perhatiannya untuk belajar bersama teman-temannya.
Peneliti berupaya menambah frekuwensi supervisi klinis dan memaksimalkan pembinaan dan bimbingan serta tindak lanjut. Upaya ingin meningkatkan prestasi dan kemajuan belajar, agar terdapat peningkatan prestasi belajar siswa yang memuaskan. Selain itu peneliti bekerja sama dengan kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi klinis tersebut, dengan maksud agar terjalin kolaborasi positif antara guru dan kepala sekolah, yang pada gilirannya kondisi kelas masing-masing dalam sekolah itu dapat nyaman, melaksanakan Pembelajaran Berpusat Kooperatif dengan baik.
Keberhasilan proses pembelajaran dapat ditentukan oleh sering dan tidaknya supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah maupun pengawas sekolah, karena guru akan termotivasi kemampuannya dalam melaksanakan tugas manakala ada respon baik antara kepala sekolah, guru maupun pengawas sekolah. Antara guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah, merupakan komponen utama yang harus memberdayakan diri agar mampu memajukan prestasi belajar peserta didik, maka dalam hal ini peneliti sebagai pengawas sekolah berupaya melakukan supervisi klinis terutama di kelas V.
Dalam penelitian ini ada dua masalah pokok yang akan diteliti yaitu pertama masalah kegiatan guru mengajar berpusat Kooperatif dan yang kedua kemampuan guru dalam menyusun RPP yang sesuai dengan standar proses menurut Permendiknas No 41 tahun 2007. Diharapkan para guru mampu melaksanakan pembelajaran yang berpusat Kooperatif secara maksimal.
Pembelajaran yang berlangsung dengan persiapan yang matang dan pelaksanaan dengan pendekatan Pembelajaran Model Kooperatif, akan berdampak positif terhadap prestasi belajar yang dicapai siswa. Peserta didik akan terpacu dan termotivasi untuk selalu belajar dan memperhatikan gurunya secara kelompok, karena dalam Pembelajaran Kooperatif akan selalu terlihat pemberian dorongan dan penghargaan kepada peserta didik secara merata, dengan demikian mereka diberdayakan agar merasa butuh dan merasa senang dalam melakukan kegiatan belajarnya. Maka guru yang utama adalah perlu ditingkatkan kemampuannya dalam melakukan tugas di kalasnya.
Kegiatan supervisi klinis yang dilakukan Pengawas Sekolah sebagai peneliti akan berupaya mempengaruhi guru selalu termotivasi, dan mereka agar selalu merasa sebagai agen pembelajaran yang sesuai dengan ketentuan.
Maka pengawas sekolah sebagai peneliti melakukan supervisi klinis dengan terprogram dan selalu berupaya meningkatkan kemampuan guru untuk melaksanakan pembelajaran dengan tertib dan baik. Apabila supervisi sudah dilaksanakan secara rutin, terprogram dan berkelanjutan sesuai dengan prosedur ketentuan yang ada, maka dapat diharapkan guru lebih mampu untuk melaksanakan pembelajaran Model Kooperatif yang baik berkualitas serta mampu mengubah perilaku peserta didik untuk lebih aktif belajar, yang pada gilirannya mampu mencapai kemajuan prestasi belajar yang lebih baik.
Untuk memecahkan masalah yang ada di Gugus Kartini Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen, perlu adanya tindakan khusus yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah, yaitu ; Upaya peningkatan kemampuan guru kelas V Sekolah Dasar dalam pembelajaran berpusat kooperatif melalui supervisi klinis di Gugus Kartini Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014. Tindakan tersebut dilakukan melalui supervisi klinis secara maksimal dengan tahapan yang pertama yaitu melaksanakan supervisi klinis secara kelompok dan yang kedua melaksanakan supervisi klinis secara individu di dalam kelas masing – masing guru.
Dalam hal ini Pengawas Sekolah sebagai peneliti ingin meningkatkan keterampilan dan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran berpusat kooperatif. Termasuk kemampuan Guru dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang matang dengan sarana dan alat peraga yang bervariasi, maupun peralatan dalam proses pembelajaran yang menarik perhatian peserta didik. Pemilikan RPP yang baik bagi guru juga akan mempengaruhi lancarnya penyajian pembelajaran di kelasnya.
B. Identifikasi Masalah
Berpijak pada latar belakang di atas, identifikasi masalah yang dikemukakan adalah sebagai berikut :
1. Faktor apa saja yang menyebabkan rendahnya guru dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif ?
2. Bagaimana upaya agar para guru melaksanakan model pembelajaran kooperatif dengan baik ?
3. Apa yang harus dilakukan peneliti agar kemampuan guru dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif dapat meningkat ?
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini masalah yang diteliti adalah tentang kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran model kooperatif yang masih rendah.
Sedangkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran model kooperatif masih rendah, dimaksudkan adalah bahwa para guru kelas V Sekolah Dasar Gugus Katini Kecamatan Kedawung, belum mampu melaksanakan proses pembelajaran yang bermakna bagi siswa, guru melakukan pembelajaran masih cenderung rutinitas, tanpa model-model pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, belum memanfaatkan alat peraga secara maksimal dan mereka masih bersifat tradisional serta belum menggunakan metode yang bervariasi dan model-model inovatif.
Adapun yang dimaksud dengan supervisi klinis adalah pembinaan khusus kepada guru dalam mengelola proses pembelajaran di kelasnya, maupun kinerja yang diwujudkan setiap harinya, baik secara individu maupun secara kelompok guru dalam melaksanakan tugasnya.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
”Apakah melalui supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru kelas V SD dengan model pembelajaran kooperatif di Gugus Kartini Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen semester I tahun pelajaran 2013/2014 ?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan sekolah ini adalah ;
Untuk mengetahui besar kemampuan guru kelas V Sekolah Dasar dengan model pembelajaran kooperatif melalui supervisi klinis di Gugus Kartini Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi guru ;
Dapat meningkatkan kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada Model Pembelajarn Kooperatif.
2. Manfaat bagi Peneliti ;
Untuk mengetahui faktor penyebab yang mempengaruhi kemampuan guru dalam melakukan pembelajaran berpusat kooperatif, sehingga dapat meningkatkan kemampuan guru itu dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehari-hari.
Penelitian perlu dilakukan karena hasilnya memiliki manfaat yang baik terhadap kemajuan pendidikan saat ini maupun saat mendatang. Hal ini khususnya di SD Negeri dalam Gugus Kartini Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Gugus Kartini
Gugus Kartini adalah gugus sekolah yang merupakan Daerah Binaan peneliti saat ini terdiri dari 7 sekolah yaitu SDN Mojokerto 1, SDN Mojokerto 2, SDN Mojokerto 3, SDN Kedawung 4, SDN Kedawung 1, SDN Kedawung 2, SDN Kedawung 3. Jumlah guru Kelas V ada 11 orang yang terdiri dari 7 orang orang guru wanita dan 4 orang guru laki- laki. Dengan pertimbangan hasil supervisi klinis yang dilakukan peneliti sebagai pengawas sekolah Dabin, maka dalam penelitian ini akan dilakukan tindakan khusus untuk memperbaiki proses pembelajaran model kooperatif bagi guru kelas V SDN dalam wilayah Dabin Gugus Kartini Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen Semester I Tahun Pelajaran 2013 / 2014.
B. Kajian Teori
1. Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran Berpusat Kooperatif.
a. Hakikat Kemampuan
Seorang guru yang profesional diharapkan memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sebagai bukti yang harus dijalani dalam melaksanakan pembelajaran sehari-hari di kelasnya.
Proses pembelajaran akan berhasil dengan maksimal manakala diawali dari penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang tepat sesuai Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dalam jadwal yang telah ditentukan, dan RPP ini disusun oleh guru kelas itu sendiri, merupakan perangkat yang penting dalam sasaran mutu pembelajaran.
Dalam penelitian ini kemampuan yang dimaksud adalah kompetensi atau potensi yang dinyatakan dalam perilaku, yang dimiliki oleh seorang guru untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia WJS. Purwadarminto, bahwa kompetensi berarti kewenangan/ kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Istilah kompetensi memiliki banyak makna sebagai mana penjelasan berikut ini ;
Descriptive of qualitative natur or teacher behavior appears to be enti rely meaningful ( Broke and Stone, 1975) bahwa kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru yang tampak dan sangat berarti.
Adapun kompetensi guru ( teacher competensy) the ability of a teacher to responsibility perform has or her duties appropriately, merupakan kemampuan seseorang guru dalam melaksanakan kewajiban – kewajiban secara bertanggungjawab dan layak.
Dari gambaran pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan seorang guru dalam melaksanakan profesi keguruannya dan dinyatakan dalam kinerjanya.
b. Hakikat Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan proses inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan yang utama. Peristiwa pembelajaran banyak berakar pada berbagai pandangan dan konsep, oleh karena itu, perwujudan pembelajaran dapat terjadi dalam berbagai model. Menurut Moh. User Usman ( 1995 : 4) dalam bukunya Menjadi guru Profesional, Proses belajar – mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar dukungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Interaksi dalam peristiwa pembelajaran mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dan siswa, tetapi hubungan yang bersifat interaktif edukatif.
c. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif
Salah satu model pembelajaran yang dapat bermakna bagi siswa adalah model belajar kelompok kecil yang sering disebut Pembelajaran Kooperatif. Menurut Sugiyanto ( 2010, 37-41 ) dalam bukunya Model-Model Pembelajaran Inovatif bahwa Pembelajaran Kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dalam hal ini guru memberi umpan balik, mengajukan pertanyaan yang menantang dan mengembangkan kegiatan yang beragam, membuat alat bantu belajar sederhana, membuat anak merasa butuh dan memiliki ilmu pengetahuan yang diberikan. Sedangkan dilihat dari sisi siswa dalam pembelajaran, siswa mempunyai keinginan yang aktif bertanya, mengemukakan gagasan, mempertanyakan gagasan orang lain dan gagasan sendiri di kelompoknya. Peserta Didik mampu menguasai ketrampilan tepat waktu, berani mencoba, bertanya, mengemukakan isi hati, dan berani mempertanyakan gagasan, sehingga kondisi diri peserta didik selalu terasa nyaman bekerja sama dengan teman-temannya dengan penuh semangat belajar.
2. Supervisi Klinis
a. Hakikat Supervisi
Supervisi dalam pengertian tradisional ialah pekerjaan inspeksi melihat dari atas, mengawasi dalam arti mencari kesalahan dengan tujuan untuk diperbaiki. Perilaku supervisi tradisional ini disebut Snooper Vision, yaitu tugas memata- matai untuk menemukan kesalahan. Dari pengertian ini kemudian berkembang, tentang supervisi yang bersifat ilmiah yaitu : (1) sistematis, dilaksanakan secara teratur, berencana dan secara terus - menerus, (2) obyektif, dalam pengertian ini adalah data yang didapat berdasarkan observasi nyata, bukan berdasarkan tafsiran pribadi, (3) menggunakan instrumen yang dapat memberikan informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses pembelajaran.
Dalam pengertian lain dikatakan supervisi merupakan kegiatan pembinaan pada personil sekolah pada umumnya dan guru pada khususnya, agar kualitas pembelajaran dapat meningkat. Supervisi dalam hal ini dilakukan pada komponen siswa, guru, kurikulum, prasarana pendidikan, pengelolaan dan lingkungan sekolah. Sebagai dampak dari meningkatnya kualitas pembelajaran, maka diharapkan meningkat pula prestasi belajar siswa dan itu berarti meningkat pula kualitas lulusan sekolah itu. ( Arikunto, 2004 ).
Pada penelitian ini supervisi yang dimaksud adalah kegiatan pengawasan yang dilakukan peneliti dalam memberikan bimbingan teknis terhadap tugas pokok guru dalam melaksanaan Pembelajaran berpusat kooperatif oleh guru kelas V di kelas masing – masing.
b. Hakikat Supervisi Klinis
Supervisi Klinis diartikan sebagai bentuk pembinaan kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran. ( Sulivan & Glanz, 2005 )
Tujuan supervisi klinis adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan ketrampilan mengajar guru di kelas. Dalam hubungan ini supervisi klinis merupakan kunci untuk meningkatkan kemampuan profesional guru. Dalam supervisi klinis, akan langsung dirasakan guru dalam kinerjanya yang mana harus diperbaiki serta dikembangkan.
Prosedur supervisi klinis dalam penelitian tindakan sekolah ini berlangsung dalam suatu proses yang berbentuk siklus. Tindakan yang dilakukan ada tiga tahapan, yaitu tahap pertemuan pendahuluan, tahap pengamatan dan tahap pertemuan balikan. Tiga tahapan ini dilaksanakan dengan urut berkelanjutan.
C. Kerangka Berpikir
Dalam penelitin ini kerangka berfikir peneliti adalah guru sebagai penentu keberhasilan pembelajaraan perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang standar proses pembelajaran dan pedoman pembelajaran berpusat kooperatif yang telah ditentukan agar dalam melaksanakan pembelajaran lebih bermutu. Untuk itu perlu dilakukan pembimbingan yang lebih intensif oleh pengawas sekolah sekaligus sebagai peneliti.
Supervisi secara individu dari pengawas sekolah merupakan model pembimbingan yang langsung mengena pada sasaran yaitu mengetahui tingkatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Pada model ini pengawas sekolah menempatkan diri sebagai teman guru, yang langsung berinteraksi secara interpersonal dalam merencanakan langkah pembelajaran bersama guru. Guru tidak merasa takut kepada pengawas sekolah, sehingga ia dapat mengemukakan ide-idenya dengan senang hati dan terbuka. Pengawas sekolah aktif memberi contoh dan melakukan simulasi pembelajaran. Guru merasa diperhatikan dan dibantu, sehingga merasa nyaman tersentuh hatinya dalam melaksanakan tugasnya. Akhirnya dalam melaksanakan tugasnya lebih baik, sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan selanjutnya meningkatkan prestasi siswa.
Atas dasar itu diduga bahwa dengan supervisi klinis oleh peneliti yang dilakukan secara kelompok pada siklus I dan secara individu pada siklus II dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan model kooperatif, sehingga pada gilirannya meningkatkan prestasi belajar siswa.
Proses pembelajaran yang dilakukan guru membuat kondisi kelas yang menarik bagaikan kelas ini sebagai sumber ilmu pengetahuan bagi peserta didik. Harapan yang diinginkan di samping itu guru selalu berinisiatif serius kepada peserta didik dengan cara membentuk dan membagi kelompok-kelompok kecil, sehingga anak-anak akan lebih bersemangat menerima pelajaran yang disampaikan. Evaluasi hasil belajar dapat tercapai bukan saja tinggi nilai angkanya, tetapi lebih dari itu adalah terciptanya sikap perilaku yang menunjukkan prestasi yang benar-benar menjadi harapan masyarakat.