Kamis, 03 Desember 2015

Contoh Penelitian Tindakan Sekolah

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
                        Tampilan pembelajaran bermutu di sekolah merupakan kewajiban bagi guru secara umum, namun demikian hal ini masih belum dilakukan dengan maksimal oleh guru, dan mereka belum banyak kreatif menggunakan model-model pembelajaran maupun teknik-teknik pendekatan yang baru. Seolah-olah guru hanya menyampaikan materi pelajaran saja, kurang kontrol terhadap kondisi siswa saat pembelajaran berlangsung.
                         Guru-guru di kelas rata-rata belum memberdayakan strategi gaya dan seni mengajar yang maju. Di Gugus Kartini Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen, berdasarkan hasil supervisi rutin peneliti sebagai Pengawas Sekolah ternyata sebagian besar guru masih melaksanakan pembelajaran yang tradisional, di mana guru dalam melaksanakan pembelajaran tanpa menggunakan RPP yang dibuat sendiri, mereka cenderung menggunakan RPP cetakan yang ada dan belum melaksanakan pembelajaran berpusat Kooperatif. Guru masih melaksanakan pembelajaran dengan metode ceramah murni belum rutin bervariasi, maupun belum menggunakan alat peraga, dan tampaknya guru masih sebagai penyampai materi bentuk klasikal, belum banyak melakukan pembelajaran yang kreatif model kooperatif, yang dapat melatih mandiri dan tanggungjawab para peserta didik.
                       Hal ini dapat dilihat dari hasil supervisi yang telah dilaksanakan oleh peneliti dari sejumlah guru kelas V yang ada di Gugus Kartini Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen sebanyak 11 orang yang tersebar dalam 7 Sekolah Dasar, ternyata rata-rata guru belum mampu melaksanakan pembelajaran berpusat kooperatif secara maksimal. Dari hasil supervisi rutin dapat dilihat secara nyata bahwa guru kelas V masih melaksanakan pembelajaran yang biasa-biasa saja. Pembelajaran yang dilakukan hanya menggunakan metode ceramah tanpa ada variasi dan kurang memanfaatkan peluang, membentuk kelompok-kelompok kecil di kelasnya.
Kegiatan pembelajaran di gugus Kartini Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen masih tergolong rendah dan kemampuan guru kelas V dalam mengajar belum berpusat pada model pembelajaran kooperatif secara optimal. Terdapat bukti prestasi para siswa kelas V masih rendah belum sesuai dengan harapan lembaga sekolah orang tua dan masyarakat.
Dalam melaksanakan supervisi, Pengawas Sekolah melihat juga aktifitas Kepala Sekolah ternyata, mereka juga belum berupaya mengubah strategi supervisinya terhadap guru-guru di kelas. Supervisi oleh Kepala Sekolah yang dilakukan masih terkesan rutinitas belaka belum melakukan pendekatan-pendekatan baru dan belum melaksanakan tindak lanjut secara serius terutama teknik-teknik model pembelajaran kooperatif.
Dilihat dari frekuensi pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah juga belum optimal. Dari data supervisi dapat dilihat dalam satu bulan supervisi yang dilakukan, tidak lebih dari 10 kali atau 38,4 % sedangkan sisa waktunya sebanyak 61,6 % lebih banyak digunakan untuk melaksanakan tugas di kantor Sekolah atau melaksanakan tugas – tugas lain terkait tugas kepala sekolah. Supervisi yang dilakukan masih terkesan melaksanakan pemantauan saja, seolah-olah hanya melihat dokumen dan hanya memotret keadaan saat terjadi di sekolah tanpa ada tindakan yang nyata menuju perbaikan pembelajaran selanjutnya. Oleh sebab itu di samping pemantauan harusnya juga melalui pengamatan yang cermat dalam proses pembelajaran, sehingga dapat ditemukan hal-hal yang perlu ditingkatkan dan dikembangkan oleh sekolah itu sendiri.
Kondisi ini peneliti sebagai Pengawas Sekolah berupaya agar semua guru dalam melaksanakan pembelajaran berpusat dengan model pembelajaran kooperatif, sesuai dengan ketentuan yang ada dalam Standar Proses dalam Permendiknas No 41 tahun 2007. Ketentuan itu merupakan pedoman yang harus diwujudkan dalam proses pembelajaran oleh guru yang merupakan pimpinan di kelas itu. Apabila semua guru dalam melaksanakan tugasnya setiap hari mengajar dengan berpusat kooperatif di kelasnya, maka dapat dikatakan, bahwa hasil dari proses pembelajaran itu akan tercapai memuaskan, yang pada gilirannya akan meningkatkan prestasi belajar para peserta didiknya.
Kemampuan guru dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif melalui supervisi klinis oleh pengawas sekolah, dengan bimbingan arahan kesadaran tinggi diharapkan para guru dapat melakukan pembelajaran bermutu, sehingga mempengaruhi positif terhadap perilaku peserta didik dan menambah kemajuan prestasi belajar mereka.
Kemampuan dan keterampilan para guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Kooperatif yang baik, yang selanjutnya proses pembelajaran akan dapat tepat sasaran, dan target materi dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat dicapai. Selain itu juga kreatif membentuk kelompok-kelompok kecil dalam pembelajaran yang dapat menumbuhkan motivasi dan semangat belajar anak. Untuk selanjutnya mampu menumbuhkan kreatifitas peserta didik serta berikutnya pembelajaran dapat bermakna. Hal ini akan mewarnai kegiatan belajar dalam meningkatkan prestasinya sehari-hari. Dengan demikian kemampuan dan keterampilan guru perlu dibimbing yaitu mewujudkan model pembelajaran kooperatif yang sesuai dengan visi, misi sekolah yang telah dirumuskan.
Pelaksanaan supervisi yang dilakukan peneliti berupaya mengubah kegiatan mengajar guru yang lebih baik dengan menggunakan instrumen khusus tentang pembelajaran di kelasnya. Maka sasaran supervisi mampu mengubah perilaku guru untuk lebih berkreatif dalam melaksanaan tugas mengajar yang menarik disukai peserta didik. Oleh karena itu proses pembelajaran diharapkan selalu terlaksana dengan menyenangkan, para peserta didik dapat memusatkan perhatiannya untuk belajar bersama teman-temannya.
Peneliti berupaya menambah frekuwensi supervisi klinis dan memaksimalkan pembinaan dan bimbingan serta tindak lanjut. Upaya ingin meningkatkan prestasi dan kemajuan belajar, agar terdapat peningkatan prestasi belajar siswa yang memuaskan. Selain itu peneliti bekerja sama dengan kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi klinis tersebut, dengan maksud agar terjalin kolaborasi positif antara guru dan kepala sekolah, yang pada gilirannya kondisi kelas masing-masing dalam sekolah itu dapat nyaman, melaksanakan Pembelajaran Berpusat Kooperatif dengan baik.
Keberhasilan proses pembelajaran dapat ditentukan oleh sering dan tidaknya supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah maupun pengawas sekolah, karena guru akan termotivasi kemampuannya dalam melaksanakan tugas manakala ada respon baik antara kepala sekolah, guru maupun pengawas sekolah. Antara guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah, merupakan komponen utama yang harus memberdayakan diri agar mampu memajukan prestasi belajar peserta didik, maka dalam hal ini peneliti sebagai pengawas sekolah berupaya melakukan supervisi klinis terutama di kelas V.
Dalam penelitian ini ada dua masalah pokok yang akan diteliti yaitu pertama masalah kegiatan guru mengajar berpusat Kooperatif dan yang kedua kemampuan guru dalam menyusun RPP yang sesuai dengan standar proses menurut Permendiknas No 41 tahun 2007. Diharapkan para guru mampu melaksanakan pembelajaran yang berpusat Kooperatif secara maksimal.
Pembelajaran yang berlangsung dengan persiapan yang matang dan pelaksanaan dengan pendekatan Pembelajaran Model Kooperatif, akan berdampak positif terhadap prestasi belajar yang dicapai siswa. Peserta didik akan terpacu dan termotivasi untuk selalu belajar dan memperhatikan gurunya secara kelompok, karena dalam Pembelajaran Kooperatif akan selalu terlihat pemberian dorongan dan penghargaan kepada peserta didik secara merata, dengan demikian mereka diberdayakan agar merasa butuh dan merasa senang dalam melakukan kegiatan belajarnya. Maka guru yang utama adalah perlu ditingkatkan kemampuannya dalam melakukan tugas di kalasnya.
Kegiatan supervisi klinis yang dilakukan Pengawas Sekolah sebagai peneliti akan berupaya mempengaruhi guru selalu termotivasi, dan mereka agar selalu merasa sebagai agen pembelajaran yang sesuai dengan ketentuan.
Maka pengawas sekolah sebagai peneliti melakukan supervisi klinis dengan terprogram dan selalu berupaya meningkatkan kemampuan guru untuk melaksanakan pembelajaran dengan tertib dan baik. Apabila supervisi sudah dilaksanakan secara rutin, terprogram dan berkelanjutan sesuai dengan prosedur ketentuan yang ada, maka dapat diharapkan guru lebih mampu untuk melaksanakan pembelajaran Model Kooperatif yang baik berkualitas serta mampu mengubah perilaku peserta didik untuk lebih aktif belajar, yang pada gilirannya mampu mencapai kemajuan prestasi belajar yang lebih baik.
Untuk memecahkan masalah yang ada di Gugus Kartini Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen, perlu adanya tindakan khusus yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah, yaitu ; Upaya peningkatan kemampuan guru kelas V Sekolah Dasar dalam pembelajaran berpusat kooperatif melalui supervisi klinis di Gugus Kartini Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014. Tindakan tersebut dilakukan melalui supervisi klinis secara maksimal dengan tahapan yang pertama yaitu melaksanakan supervisi klinis secara kelompok dan yang kedua melaksanakan supervisi klinis secara individu di dalam kelas masing – masing guru.
Dalam hal ini Pengawas Sekolah sebagai peneliti ingin meningkatkan keterampilan dan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran berpusat kooperatif. Termasuk kemampuan Guru dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang matang dengan sarana dan alat peraga yang bervariasi, maupun peralatan dalam proses pembelajaran yang menarik perhatian peserta didik. Pemilikan RPP yang baik bagi guru juga akan mempengaruhi lancarnya penyajian pembelajaran di kelasnya.

B. Identifikasi Masalah
Berpijak pada latar belakang di atas, identifikasi masalah yang dikemukakan adalah sebagai berikut :
1. Faktor apa saja yang menyebabkan rendahnya guru dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif ?
2. Bagaimana upaya agar para guru melaksanakan model pembelajaran kooperatif dengan baik ?
3. Apa yang harus dilakukan peneliti agar kemampuan guru dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif dapat meningkat ?

C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini masalah yang diteliti adalah tentang kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran model kooperatif yang masih rendah.
Sedangkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran model kooperatif masih rendah, dimaksudkan adalah bahwa para guru kelas V Sekolah Dasar Gugus Katini Kecamatan Kedawung, belum mampu melaksanakan proses pembelajaran yang bermakna bagi siswa, guru melakukan pembelajaran masih cenderung rutinitas, tanpa model-model pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, belum memanfaatkan alat peraga secara maksimal dan mereka masih bersifat tradisional serta belum menggunakan metode yang bervariasi dan model-model inovatif.
Adapun yang dimaksud dengan supervisi klinis adalah pembinaan khusus kepada guru dalam mengelola proses pembelajaran di kelasnya, maupun kinerja yang diwujudkan setiap harinya, baik secara individu maupun secara kelompok guru dalam melaksanakan tugasnya.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
”Apakah melalui supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru kelas V SD dengan model pembelajaran kooperatif di Gugus Kartini Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen semester I tahun pelajaran 2013/2014 ?”

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan sekolah ini adalah ;
Untuk mengetahui besar kemampuan guru kelas V Sekolah Dasar dengan model pembelajaran kooperatif melalui supervisi klinis di Gugus Kartini Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi guru ;
Dapat meningkatkan kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada Model Pembelajarn Kooperatif.
2. Manfaat bagi Peneliti ;
Untuk mengetahui faktor penyebab yang mempengaruhi kemampuan guru dalam melakukan pembelajaran berpusat kooperatif, sehingga dapat meningkatkan kemampuan guru itu dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehari-hari.
Penelitian perlu dilakukan karena hasilnya memiliki manfaat yang baik terhadap kemajuan pendidikan saat ini maupun saat mendatang. Hal ini khususnya di SD Negeri dalam Gugus Kartini Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen.



BAB II
LANDASAN TEORI


A. Deskripsi Gugus Kartini
Gugus Kartini adalah gugus sekolah yang merupakan Daerah Binaan peneliti saat ini terdiri dari 7 sekolah yaitu SDN Mojokerto 1, SDN Mojokerto 2, SDN Mojokerto 3, SDN Kedawung 4, SDN Kedawung 1, SDN Kedawung 2, SDN Kedawung 3. Jumlah guru Kelas V ada 11 orang yang terdiri dari 7 orang orang guru wanita dan 4 orang guru laki- laki. Dengan pertimbangan hasil supervisi klinis yang dilakukan peneliti sebagai pengawas sekolah Dabin, maka dalam penelitian ini akan dilakukan tindakan khusus untuk memperbaiki proses pembelajaran model kooperatif bagi guru kelas V SDN dalam wilayah Dabin Gugus Kartini Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen Semester I Tahun Pelajaran 2013 / 2014.

B. Kajian Teori
1. Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran Berpusat Kooperatif.
a. Hakikat Kemampuan
Seorang guru yang profesional diharapkan memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sebagai bukti yang harus dijalani dalam melaksanakan pembelajaran sehari-hari di kelasnya.
Proses pembelajaran akan berhasil dengan maksimal manakala diawali dari penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang tepat sesuai Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dalam jadwal yang telah ditentukan, dan RPP ini disusun oleh guru kelas itu sendiri, merupakan perangkat yang penting dalam sasaran mutu pembelajaran.
Dalam penelitian ini kemampuan yang dimaksud adalah kompetensi atau potensi yang dinyatakan dalam perilaku, yang dimiliki oleh seorang guru untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia WJS. Purwadarminto, bahwa kompetensi berarti kewenangan/ kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Istilah kompetensi memiliki banyak makna sebagai mana penjelasan berikut ini ;
Descriptive of qualitative natur or teacher behavior appears to be enti rely meaningful ( Broke and Stone, 1975) bahwa kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru yang tampak dan sangat berarti.
Adapun kompetensi guru ( teacher competensy) the ability of a teacher to responsibility perform has or her duties appropriately, merupakan kemampuan seseorang guru dalam melaksanakan kewajiban – kewajiban secara bertanggungjawab dan layak.
Dari gambaran pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan seorang guru dalam melaksanakan profesi keguruannya dan dinyatakan dalam kinerjanya.
b. Hakikat Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan proses inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan yang utama. Peristiwa pembelajaran banyak berakar pada berbagai pandangan dan konsep, oleh karena itu, perwujudan pembelajaran dapat terjadi dalam berbagai model. Menurut Moh. User Usman ( 1995 : 4) dalam bukunya Menjadi guru Profesional, Proses belajar – mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar dukungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Interaksi dalam peristiwa pembelajaran mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dan siswa, tetapi hubungan yang bersifat interaktif edukatif.
c. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif
Salah satu model pembelajaran yang dapat bermakna bagi siswa adalah model belajar kelompok kecil yang sering disebut Pembelajaran Kooperatif. Menurut Sugiyanto ( 2010, 37-41 ) dalam bukunya Model-Model Pembelajaran Inovatif bahwa Pembelajaran Kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dalam hal ini guru memberi umpan balik, mengajukan pertanyaan yang menantang dan mengembangkan kegiatan yang beragam, membuat alat bantu belajar sederhana, membuat anak merasa butuh dan memiliki ilmu pengetahuan yang diberikan. Sedangkan dilihat dari sisi siswa dalam pembelajaran, siswa mempunyai keinginan yang aktif bertanya, mengemukakan gagasan, mempertanyakan gagasan orang lain dan gagasan sendiri di kelompoknya. Peserta Didik mampu menguasai ketrampilan tepat waktu, berani mencoba, bertanya, mengemukakan isi hati, dan berani mempertanyakan gagasan, sehingga kondisi diri peserta didik selalu terasa nyaman bekerja sama dengan teman-temannya dengan penuh semangat belajar.
2. Supervisi Klinis
a. Hakikat Supervisi
Supervisi dalam pengertian tradisional ialah pekerjaan inspeksi melihat dari atas, mengawasi dalam arti mencari kesalahan dengan tujuan untuk diperbaiki. Perilaku supervisi tradisional ini disebut Snooper Vision, yaitu tugas memata- matai untuk menemukan kesalahan. Dari pengertian ini kemudian berkembang, tentang supervisi yang bersifat ilmiah yaitu : (1) sistematis, dilaksanakan secara teratur, berencana dan secara terus - menerus, (2) obyektif, dalam pengertian ini adalah data yang didapat berdasarkan observasi nyata, bukan berdasarkan tafsiran pribadi, (3) menggunakan instrumen yang dapat memberikan informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses pembelajaran.
Dalam pengertian lain dikatakan supervisi merupakan kegiatan pembinaan pada personil sekolah pada umumnya dan guru pada khususnya, agar kualitas pembelajaran dapat meningkat. Supervisi dalam hal ini dilakukan pada komponen siswa, guru, kurikulum, prasarana pendidikan, pengelolaan dan lingkungan sekolah. Sebagai dampak dari meningkatnya kualitas pembelajaran, maka diharapkan meningkat pula prestasi belajar siswa dan itu berarti meningkat pula kualitas lulusan sekolah itu. ( Arikunto, 2004 ).
Pada penelitian ini supervisi yang dimaksud adalah kegiatan pengawasan yang dilakukan peneliti dalam memberikan bimbingan teknis terhadap tugas pokok guru dalam melaksanaan Pembelajaran berpusat kooperatif oleh guru kelas V di kelas masing – masing.
b. Hakikat Supervisi Klinis
Supervisi Klinis diartikan sebagai bentuk pembinaan kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran. ( Sulivan & Glanz, 2005 )
Tujuan supervisi klinis adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan ketrampilan mengajar guru di kelas. Dalam hubungan ini supervisi klinis merupakan kunci untuk meningkatkan kemampuan profesional guru. Dalam supervisi klinis, akan langsung dirasakan guru dalam kinerjanya yang mana harus diperbaiki serta dikembangkan.
Prosedur supervisi klinis dalam penelitian tindakan sekolah ini berlangsung dalam suatu proses yang berbentuk siklus. Tindakan yang dilakukan ada tiga tahapan, yaitu tahap pertemuan pendahuluan, tahap pengamatan dan tahap pertemuan balikan. Tiga tahapan ini dilaksanakan dengan urut berkelanjutan.

C. Kerangka Berpikir
Dalam penelitin ini kerangka berfikir peneliti adalah guru sebagai penentu keberhasilan pembelajaraan perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang standar proses pembelajaran dan pedoman pembelajaran berpusat kooperatif yang telah ditentukan agar dalam melaksanakan pembelajaran lebih bermutu. Untuk itu perlu dilakukan pembimbingan yang lebih intensif oleh pengawas sekolah sekaligus sebagai peneliti.
Supervisi secara individu dari pengawas sekolah merupakan model pembimbingan yang langsung mengena pada sasaran yaitu mengetahui tingkatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Pada model ini pengawas sekolah menempatkan diri sebagai teman guru, yang langsung berinteraksi secara interpersonal dalam merencanakan langkah pembelajaran bersama guru. Guru tidak merasa takut kepada pengawas sekolah, sehingga ia dapat mengemukakan ide-idenya dengan senang hati dan terbuka. Pengawas sekolah aktif memberi contoh dan melakukan simulasi pembelajaran. Guru merasa diperhatikan dan dibantu, sehingga merasa nyaman tersentuh hatinya dalam melaksanakan tugasnya. Akhirnya dalam melaksanakan tugasnya lebih baik, sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan selanjutnya meningkatkan prestasi siswa.
Atas dasar itu diduga bahwa dengan supervisi klinis oleh peneliti yang dilakukan secara kelompok pada siklus I dan secara individu pada siklus II dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan model kooperatif, sehingga pada gilirannya meningkatkan prestasi belajar siswa.
Proses pembelajaran yang dilakukan guru membuat kondisi kelas yang menarik bagaikan kelas ini sebagai sumber ilmu pengetahuan bagi peserta didik. Harapan yang diinginkan di samping itu guru selalu berinisiatif serius kepada peserta didik dengan cara membentuk dan membagi kelompok-kelompok kecil, sehingga anak-anak akan lebih bersemangat menerima pelajaran yang disampaikan. Evaluasi hasil belajar dapat tercapai bukan saja tinggi nilai angkanya, tetapi lebih dari itu adalah terciptanya sikap perilaku yang menunjukkan prestasi yang benar-benar menjadi harapan masyarakat.

Read more:http://qizz234.blogspot.com/2014/03/contoh-penelitian-tindakan-sekolah-pts.html#ixzz3tCgJhL4y

Contoh Laporan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS): UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN GURU DALAM PENERAPAN PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN (PAKEM) MELALUI KEGIATAN PELATIHAN DAN BIMBINGAN (LATBIM) DI SMPN 2 CIKEUSIK KABUPATEN PANDEGLANG

BAB I PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Adanya kebijakan peningkatan jaminan kualitas lulusan pendidikan dasar membawa konsekuensi di bidang pendidikan, antara lain perubahan dari model pembelajaran yang tradisional (model atau metode pembelajaran yang lebih berpusat guru) ke pengembangan  model atau metode yang lebih berpusat pada siswa. Hal demikian  menuntut kemampuan guru dalam merancang model pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa, sesuai dengan karakteristik bidang kajian dan karakteristik siswa agar mencapai hasil yang maksimal. Oleh kerana itu peran guru dalam konteks pembelajaran menuntut perubahan, antara lain: (a) peranan guru sebagai penyebar informasi semakin kecil, tetapi lebih banyak berfungsi sebagai pembimbing, penasehat, dan pendorong, (b) peserta didik adalah individu-individu yang kompleks, yang berarti bahwa mereka mempunyai perbedaan cara belajar sesuatu yang berbeda pula, (c) proses belajar mengajar lebih ditekankan pada belajar daripada mengajar.
            Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam mengimplementasikan pergeseran peran guru dalam pembelajaran, yaitu :
  1. Cara pandang guru terhadap siswa perlu diubah. Siswa bukan lagi sebagai obyek pengajaran, tetapi siswa sebagai pelaku aktif dalam proses pembelajaran. Dalam diri siswa terdapai berbagai potensi yang siap dikembangkan. Oleh katena itu dalam konteks pembelajaran guru diharapkan mampu memberikan dorongan kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
  2. Guru diharapkan mampu mengajarkan bagaimana siswa bisa berhubungan dengan masalah yang dihadapi dan mengatasi persoalan yang muncul di masyarakat. Antara lain dengan cara  memberikan tantangan yang berupa kasus-kasus yang sering terjadi di masyarakat yang terkait bidang studi. Melalui kegiatan tersebut diharapkan siswa dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya, yang pada akhirnya dapat digunakan sebagai bekal kemandirian dalam menghadapi berbagai tantangan di masyarakat. Bahkan lebih jauh lagi diharapkan bisa ikut ambil bagian dalam mengembangkan potensi masyarakatnya.
Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan, hanya sebagian kecil guru SMPN 2 Cikeusik yang telah menerapkan pendekatan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (yang selanjutnya disebut PAKEM) dalam pelaksanaan KBM. Mereka yang telah menerapkan PAKEM adalah guru-guru yang di bawah binaan UNICEF, yakni guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, IPA, Matematika, B.Inggris, dan IPS. Guru-guru lain belum menerapkan pendekatan PAKEM dengan alasan mereka belum mendapatkan pelatihan penerapan PAKEM. Bahkan, sebagian guru yang masuk dalam kelompok binaan UNICEF pun belum sepenuhnya menggunakan PAKEM.
Melihat kondisi tersebut nampaknya perlu usaha untuk memberikan pemahaman dan keterampilan kepada guru SMPN 2 Cikeusik tentang penerapan PAKEM. Untuk mewujudkan kompetensi dan peran guru dalam penerapan PAKEM perlu adanya upaya yang dilakukan baik oleh dinas pendidikan, pengawas sekolah, maupun kepala sekolah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam rangka peningkatan keterampilan guru dalam penerapan PAKEM adalah melalui  Pelatihan dan Bimbingan (yang selanjutnya disebut LATBIM).
Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba mengadakan penelitian tindakan sekolah untuk mengetahui efektivitas kegiatan LATBIM  yang dilakukan kepala sekolah terhadap peningkatan keterampilan guru dalam penerapan PAKEM.

B. Identifikasi Masalah
Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab masih rendahnya keterampilan guru  SMPN 2 Cikeusik, khususnya guru-guru yang tidak termasuk dalam mapel binaan UNICEF dalam menerapkan PAKEM, antara lain:
a)      Kurangnya atau tidak adanya kegiatan pelatihan dan bimbingan tentang PAKEM;
b)      Keterbatasan sarana dan prasana pembelajaran untuk mengembangkan PAKEM;
c)      Masih kurangnya tenaga kependidikan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan, sehingga sulit untuk mengembangkan PAKEM;
d)      Motivasi guru dan tenaga kependidikan lainnya masih rendah;
e)      Tidak berfungsinya peran pengawas sekolah


C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah dan dengan mempertimbangkan waktu, tenaga dan biaya yang tersedia, penelitian tindakan sekolah ini hanya membatasi pada masalah kurangnya atau tidak adanya kegiatan pelatihan dan bimbingan tentang PAKEM menjadi salah satu penyebab kurangnya atau lemahnya keterampilan guru dalam PAKEM.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan dalam penelitian di rumuskan sebagai berikut:
Bagaimana efektivitas kegiatan pelatihan dan bimbingan (LATBIM) yang dilakukan Kepala Sekolah terhadap  peningkatan keterampilan guru dalam penerapan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) di SMPN 2 Cikeusik Kabupaten Pandeglang?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan khusus dari kegiatan penelitian tindakan sekolah ini adalah untuk mengetahui efevtivitas upaya peningkatan keterampilan guru dalam penerapan PAKEM melalui  LATBIM  di SMPN 2 Cikeusik kabupaten Pandeglang.
Sedangan tujuan umum dari kegiatan penelitian tindakan sekolah ini adalah untuk peningkatan kualitas proses dan hasil belajar di SMPN 2 Cikeusik.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan sekolah  ini diharapkan akan memberikan manfaat untuk perbaikan dan peningkatan proses hasil belajar terutama bagi perorangan atau institusi di bawah ini.
1. Bagi Siswa : Dengan penerapan pendekatan PAKEM, siswa akan tergugah semangat belajarnya sehingga menambah akan keberanian untuk bertanya, menjawab, melakukan sesuatu tindakan yang berpola terstruktur, menemukan dan mengembangkan ide-ide baru, sehingga aktivitas dan antusias belajar siswa lebih meningkat.
2.   Bagi Guru : Kemampuan menerapkan PAKEM akan memberi kemudahan dalam melaksanakan tugas mengajarnya, karena yang lebih aktif adalah  siswa, dan guru hanya mengarahkan saja.
3.   Bagi Sekolah : Hasil dari proses belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

G. Definisi Istilah
Beberapa istilah yang dipergunakan dalam penelitian tindakan sekolah ini, antara lain:
1.      PAKEM adalah singkatan dari pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan; Kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa; Efektif bermakna bahwa proses pembelajaran menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa, sedangkan Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (“time on task”) tinggi.
2.      Pelatihan dan Bimbingan (LATBIM) pengembangan PAKEM adalah gabungan kegiatan pelatihan dan sekaligus bimbingan tentang penerapan PAKEM.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.      Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)
1.   Pengertian Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)
Pembelajaran merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Ia ibarat jantung dari proses pembelajaran. Pembelajaran yang baik cenderung menghasilkan lulusan dengan hasil belajar yang baik pula. Demikian pula sebaliknya.
Hasil belajar pendidikan di Indonesia masih dipandang kurang baik. Sebagian besar siswa belum mampu menggapai potensi ideal/optimal yang dimilikinya. Oleh karena itu, perlu ada perubahan proses pembelajaran dari kebiasaan yang sudah berlangsung selama ini. Pembelajaran yang saat ini dikembangkan dan banyak dikenalkan ke seluruh pelosok tanah air adalah Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan atau disingkat dengan PAKEM. Disebut demikian karena pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan anak, mengembangkan kreativitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan.
Apa itu PAKEM?  PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.
Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (“time on task”) tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.
Secara garis besar, PAKEM dapat digambarkan sebagai berikut:
  • Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
  • Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
  • Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’
  • Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
  • Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

2. Bagaimana Pelaksanaan PAKEM?
Gambaran PAKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama KBM. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut adalah tabel beberapa contoh kegiatan KBM dan kemampuan guru yang besesuaian.
KEMAMPUAN GURU
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Guru merencang dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran
Guru melaksanakan KBM dengan kegiatan yang beragam, misalnya:
ü      Percobaan
ü      Diskusi kelompok
ü      Memecahkan masalah
ü      Mencari informasi
ü      Menulis laporan/puisi/cerita
ü      Berkunjung keluar kelas
Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam
Sesuai mata pelajaran guru menggunakan misalnya:
ü      Alat yang tersedia/dibuat sendiri
ü      Gambar
ü      Studi Kasus
ü      Nara Sumber
ü      Lingkungan
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan
Siswa:
ü      Melakukan percobaan, pengamatan atau wawancara
ü      Mengumpulkan data atau jawaban dan mengolahnya sendiri
ü      Menarik kesimpulan
ü      Memecahkan masalah atau mencari rumus sendiri
ü      Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasan secara lisan atau tulisan

Melalui:
ü      Diskusi
ü      Lebih banyak pertanyaan terbuka
ü      Hasil karya yang merupakan pemikiran anak sendiri

Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa
ü      Siswa dikelompok sesuai dengan kemampuan (untuk tugas/kegiatan tertentu)
ü      Bahan belajar disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut
ü      Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan
Guru mengkaitkan KBM dengan pengalaman siswa sehari-hari
ü      Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalaman sendiri
ü      Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari
Menilai KBM dan kemajuan siswa secara terus menerus
ü      Guru memantau kerja siswa
ü      Guru memberikan umpan balik

3. Hal-Hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM
Apa yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM?
1.   Memahami sifat yang dimiliki anak
Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia – selama mereka normal terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat anugerah Tuhan tersebut. Suasana pembelajaran yang ditunjukkan dengan guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud.
2.   Mengenal anak secara perorangan
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga anak tersebut belajar secara optimal.
3.   Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar
Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang.
4.   Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah
Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal tersebut memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sesering-seringnya memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).
5.   Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain.  Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam KBM karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.
6.   Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) me-rupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat ber-peran sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasikan, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.
7.   Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.
8.   Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental
Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling ber-hadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan ‘PAKEM.’

B.     Pelatihan dan Bimbingan PAKEM

1.      Pengertian dan TujuanPelatihan dan Bimbingan (LATBIM)

LATBIM pengembangan PAKEM adalah gabungan kegiatan pelatihan dan sekaligus bimbingan tentang penerapan pembelajaran Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM).
Kegiatan  yang akan diselenggarakan di SMPN 2 Cikeusik Kabupaten Pandeglang bertujuan:.
a)      Meningkatkan pemahaman Guru SMPN 2 Cikeusik  dalam mengembangkanPAKEM.
b)      Meningkatkan keterampilan Guru SMPN 2 Cikeusik  dalam mengembangkan PAKEM.

2.      SasaranPelatihan dan Bimbingan (LATBIM)

Sasaran kegiatan LATBIM ini adalah seluruh Guru di SMPN 2 Cikeusik Kabupaten Pandeglang, yakni sebanyak 17 orang guru. Rincian untuk 17 orang guru mata pelajaran adalah sebagai berikut:
a.      Mata Pelajaran Pendidikan Agama                       1 orang
b.      Mata Pelajaran TIK                                                1 orang
c.      Mata Pelajaran Penjaskes                                    1 orang
d.      Mata Pelajaran Seni Budaya                                 1 orang
e.      Mata Pelajaran PKn                                              1 orang
f.        Mata Pelajaran IPA                                                2 orang
g.      Mata Pelajaran IPS                                               2 orang
h.      Mata Pelajaran Bahasa Indonesia                        2 orang
i.         Mata Pelajaran Bahasa Inggris                             2 orang
j.         Mata Pelajaran Matematika                                   2 orang
k.       Mata Peelajaran Bahasa Daerah                          1 orang
l.         Mata Pelajaran Mulok Keterampilan                     1 Orang

3.      PelaksanaPelatihan dan Bimbingan (LATBIM)

Pelaksana kegiatan LATBIM pengembangan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan ini adalah Kepala SMPN 2 Cikeusik dibantu oleh Panitia yang terdiri dari unsur guru dan staf tata usaha.

4.      BiayaKegiatan Pelatihan dan Bimbingan (LATBIM)

Biaya kegiatan LATBIM pengembangan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM)  ini adalah dana BOS untuk program pengambangan profesi guru dan sumber dana lain yang tersedia.

5.      Waktu dan TempatKegiatan Pelatihan dan Bimbingan (LATBIM)

LATBIM pengembangan PAKEM bagi Guru SMPN 2 Cikeusik  ini dilaksanakan di SMPN 2 Cikeusik  mulai tanggal 2 Oktober 2010 – 30 Oktober 2010..

6.      Struktur ProgramPelatihan dan Bimbingan (LATBIM)

Untuk mencapai tujuan sebagaimana disebutkan di depan, kegiatan LATBIMpengembangan PAKEM ini dilaksanakan dengan struktur program berikut:

No.
Materi/Kegiatan

Alokasi Waktu
LATBIM DALAM BENTUK WORKSHOP
1.
Pembukaan
1 hari
2.
Pre Test
3.
Teori Pengembangan Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM).
4.
Praktek Menyusun RPP yang menerapkan metode dan/atau model yang mengedepankan pendekatan PAKEM.
5
Post Test
LATBIM DALAM BENTUK PRAKTEK LANGSUNG DI KELAS (I)
6
Pembimbingan pembuat perangkat pembelajaran yang mengdepankan pendekatan PAKEM

7.
Real Teaching  atau KBM menggunakan RPP yangmenerapkan metode dan/atau model yang mengedepankan pendekatan PAKEM.
1 Minggu
8.
Refleksi dan pembimbingan untuk merevisi perangkat pembelajaran yang akan digunakan pada siklus berikutnya

LATBIM DALAM BENTUK PRAKTEK LANGSUNG DI KELAS (II)
9.
Real Teaching  atau KBM menggunakan RPP yang menerapkan metode dan/atau model yang mengedepankan pendekatan PAKEM (hasil revisi tahap sebelumnya).
1 Minggu





7.      SkenarioKegiatan Bimbingan Teknis

a)      Pembukaan
Pembukaan diikuti oleh semua peserta dalam satu ruang sidang besar. Dalam pembukaan disampaikan penjelasan teknis (tujuan/hasil yang diharapkan, peserta, mekanisme, jadwal) pelaksanaan Latihan dan Bimbingan. Setelah  kegiatan pembukaan selesai dilanjutkan dengan  kegiatan pre tes.

b)     Kegiatan inti
Kegiatan inti LATBIM pengembangan PAKEM ini dilaksanakan dalam bentuk sidang pleno dan praktek di kelas (Real Teaching).
a)      Sidang pleno berupa presentasi materi-meteri umum oleh nara sumber yang diikuti oleh tanya-jawab dan diskusi masalah-masalah yang terkait langsung dengan pokok materi yang disajikan. Tahap pertama setelah pembukaan disampaikan Teori Pengembangan Pendekatan PAKEM. Selanjutnya tahap ke dua diisi dengan Praktek Menyusun Silabus dan RPP yang menerapkanpendekatan PAKEM.  Selesai kegiatan ini dilanjutkan dengan post tes. Hal ini disebabkan karena kegiatan berikutnya akan dilaksanakan dalam bentuk praktek langsung dikelas.
b)      Real Teching berupa kegiatan mempraktekkan Silabus dan RPP yang menerapkan pendekatan PAKEM. Silabus dan RPP ini harus sudah dibuat pada sidang pleno. Setelah kegiatan real teaching dilaksanakan diadakan refleksi untuk mengetahui beberbagai kekurangan yang selanjutnya dijadikan dasar untuk kegiatan real teaching berikutnya.

8.      Bahan-bahanKegiatan Latihan dan Bimbingan

Bahan-bahan bimbingan teknis adalah materi-materi presentasi:
1.      SI dan SKL
2.      Pengembangan Profesionalisme Guru yang Berkelanjutan
3.      Model-model Pembelajaran Aktif

C.     Deskripsi Kondisi Sekolah
SMP Negeri 2 Cikeusik  berdiri pada tanggal 29 Januari 1998 melalui SK Mendikbud No 13a/0/1/1998. Letak geografis SMPN 2 Cikeusik  lebih kurang 4 KM dari kecamatan Ciekusik dan 80 KM sebelah selatan ibu kota Kabupaten Pandeglang. Sekolah ini beralamat di JL. Raya Umbulan Km. 03 Kecamatan Cikeusik, Pandeglang
Sebagai daerah yang letaknya cukup jauh dengan ibu kota kabupaten ditunjang oleh keadaan infrastruktur (jalan) yang kondisi masih rusak menjadi salah satu penyebab kondisi masyarakat di sekitar SMPN 2 Cikeusik secara keseluruhan masih jauh dari harapan (sejahtera). Hal ini terlihat dari data tingkat kesejahteraan orang tua siswa SMPN 2 Cikeusik  sekitar 80% berada pada tahap prasejahtera.
Sejalan dengan tingkat kesejahteraan penduduk yang masih rendah, tingkat kesadaran penduduk sekitar sekolah terhadap pentingnya pendidikan juga masih kurang dan terlihat dari: a) masih terdapatnya anak usia sekolah  yang menempuh pendidikan; b) masih rendahnya dukungan orang tua siswa (masyarakat) sekitar sekolah terhadap program sekolah,  baik dukungan moril maupun materiil.
Kondisi sosial masyarakat di sekitar sekolah sangatlah heterogen karena merupakan campuran dari penduduk asli dan transmigran (asal Cirebon dan Indramayu). Namun, dilihat dari mata pencaharian umumnya bersifat homogen karena mereka sebagian besar bekerja sebagai buruh tani dan petani.
Keadaan siswa SMPN 2 Cikeusik pada tahun 2010/2011 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1
Keadaan siswa SMPN 2 Cikeusik pada tahun 2010/2011
KLS/
TINGK.
ROMBEL
JML.MURID
L
P
JML.
VII
4
67
43
110
VIII
3
58
71
129
IX
3
43
45
88
JML.
10
168
159
327

Adapun tingkat pendidikan orang tua siswa 50% SD, 30% SMP, 8% SMA, 2% S1, dan 10% di bawah SD.
Tenaga Pendidik di SMP Negeri 2 Cikeusik  berjumlah 18 orang dengan rincian : Sarjana 16 orang (89%) dan belum sarjana 2 orang (11%). Sedangkan tenaga kependidikan berjumlah 4 orang dengan rincian : 3 orang (75%) lulusan SMA/SMK, dan 1  (25%) orang lulusan SMP.
Potensi yang dimiliki oleh para siswa SMP Negeri 2 Cikeusik yang dapat dikembang, diantaranya olah raga (atletik, bola voly dan sepak bola), seni membaca Al Qur’an, Seni Qasidah, Vokal Grup dan pengembangan di bidang akademik. Namun, hal tersebut kurang dapat berkembang secara maksimal. Hal ini disebabkan kurangnya sarana penunjang dan dana yang dibutuhkan dalam rangka meningkatkan potensi tersebut.
Saat ini SMP Negeri 2 Cikeusik termasuk salah satu dari sekian SMP di Kabupaten Pandeglang yang mendapat binaan langsung dari Program Mainstreamig Good Practices in Basic Education (MGP-BE) kejasama Dinas Pendidikan Dengan UNICEF dari Bantuan Uni Eropa. Salah satu program MGP-BE ini adalah adalah meningkatkan kapasitas/kemampuan guru dalam pelaksanaan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyeangkan. Namun, dalam pelaksanaannya program tersebut baru menyentuh mata pelajaran Bahasa Indonesia, B. Inggris, Matematika, IPA dan IPS. Sedangkan mapel lainnya belum mendapat pembinaan khusus.

D.     Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara berupa tindakan (action) atas rumusan permasalahan yang ditetapkan dalam perencanaan penelitian tindakan kelas.
 Sesuai dengan judul penelitian: ”Upaya Peningkatan Keterampilan Guru Dalam Penerapan Pembelajaran  Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan (Pakem) Melalui  Kegiatan Pelatihan Dan Bimbingan (LATBIM) di SMPN 2 Cikeusik Kabupaten Pandeglang” yang menjadi hipotetsis tindakan dalam PTS adalah: ”Apabila kegiatan pelatihan dan bimbingan (LATBIM) penerapan Pembelajaran  Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan (PAKEM) dapat dilaksanakan dengan baik maka  keterampilan guru dalam penerapan PAKEM di SMPN 2 Cikeusik Kabupaten Pandeglang akan meningkat


BAB III METODE PENELITIAN

A.          Lokasi Penelitian

Penelitian Tindakan  Sekolah (PTS) ini dilakukan di SMPN 2 Cikeusik, Kabupaten Pandeglang.

B.         Waktu dan Lamanya Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama satu bulan terhitung sejak tanggal 2 Oktober sampai dengan 30 Oktober 2010.  Dengan agenda sebagai berikut:
A.
Persiapan Penelitian


1. Rapat Membangun Komitmen
2 Oktober 2010

2. Identifikasi Masalah
2 Oktober 2010

2. Diskusi Penentuan Permasalahan
2 Oktober 2010

3. Pembuatan Proposal Kegiatan
2 Oktober 2010
B.
Pelaksanaan Penelitian


1. Penentuan Rencana Tindakan
4 – 23 Oktober 2010

2. Pelaksanaan Rencana Tindakan
4 – 23 Oktober 2010

3. Observasi
4 – 23 Oktober 2010

4. Refleksi
4 – 23 Oktober 2010
C.
Pengolahan Data
25-26 Oktober 2010
D
Penyusunan Laporan


1. Penyusunan Draf Penelitian
27 Oktober 2010

2. Penyempurnaan Draf
28 Oktober 2010

3. Finishing
29-30 Oktober 2010

C.         Subjek Penelitian

Populasi penelitian dalam PTS ini adalah seluruh guru di SMPN 2 Cikeusik yakni sebanyak 17 orang. Karena keterbatasan waktu dan biaya, maka yang yang dijadikan subyek dalam penelitian ini hanya 3 orang, yakni 1 orang Guru mapel PKn, 1 orang Guru Mapel Pendidikan Agama Islam (PAI) dan  1 orang Guru mapel Seni Budaya. Ketiga mata pelajaran (mapel) tersebut merupakan mapel yang tidak termasuk dalam kelompok mapel binaan UNICEF.

D.         Variabel Penelitian

Penelitian ini berjudul “Upaya Peningkatan Keterampilan Guru Dalam Penerapan Pembelajaran  Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan (PAKEM) Melalui  Kegiatan Pelatihan Dan Bimbingan (LATBIM) Di SMPN 2 Cikeusik Kabupaten Pandeglang”. Sesuai dengan judul di atas, maka yang menjadi variabel penelitian ini adalah:
1.      Variabel bebas (X) atau variabel yang mempengaruhi dalam peneliian ini adalah adalah “Kegiatan Pelatihan Dan Bimbingan (LATBIM)”
2.      Variabel terikat (Y) atau variabel yang dipengaruhi dalam penelitian ini adalah “Peningkatan Keterampilan Guru Dalam Penerapan Pembelajaran  Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan (PAKEM”.
Hubungan antara kedua variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:











         
Gb 1. Hubungan antar variabel X dan Y

E.         Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi dan catatan data lapangan, wawancara, hasil tes  dan catatan hasil refleksi/diskusi yang dilakukan oleh peneliti dan mitra peneliti. Penentuan teknik tersebut didasarkan ketersediaan sarana dan prasana dan kemampuan yang dimiliki peneliti dan mitra peneliti.
Uraian lebih lanjut mengenai teknik-teknik pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut:
a)      Penilaian Pre Tes dan Post Tes 
Yang dimaksud penilaian pre tes dan post tes dalam PTS ini adalah penilaian yang dilakukan kepada peserta Pelatihan dan Bimbingan dengan menggunakan serangkaian pertanyaan tertulis yang memerlukan jawaban tertulis. Adapun bentuk tes yang digunakan adalah adalah pilihan ganda, yakni pertanyaan yang meminta responden untuk memilih kalimat atau deskripsi yang paling dekat dengan pendapat, perasaan, penilaian atau  posisi mereka.
b)      Observasi dan catatan data lapangan
Observasi dalam kegiatan PTS ini merupakan kegiatan pengamatan terhadap aktivitas yang dilakukan guru dan siswa selama melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.  .
Hasil pengamatan dari mitra peneliti selanjutnya dijadikan catatan data lapangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Prof Dr. Rochiati Wiriaatmaja (2005:125) yang menyatakan: “Sumber informasi yang sangat penting dalam penelitian ini (PTS) adalah catatan lapangan (field notes) yang dibuat oleh peneliti/mitra peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi”.
c)      Catatan hasil refleksi
Adapun  yang dimaksud catatan hasil refleksi adalah catatan yang yang diperoleh dari hasil refleksi yang dilakukan dengan melalui kegiatan diskusi antara peneliti dan mitra peneliti. Hasil refleksi ini selain dijadikan bahan dalam penyusunan rencana tindakan selanjutnuya juga dapat digunakan sebagai sarana untuk mengetahui telah tercapai tidaknya tujuan kegiatan penelitian ini.
Sesuai dengan teknik pengumpulan data yang disebutkan di atas, Instrumen penelitian yang digunakan dalam PTS ini adalah soal pre tes, soal post tes, pedoman observasi (contoh dapat dilihat dalam lampiran).

F.          Teknik Pembahasan

Analisis atau pembahasan data dalam PTS ini dilakukan sejak awal, artinya analisis data dilakukan tahap demi tahap atau siklus demi siklus. Hal ini sesuai dengan pendapat Miles dan Huberman dalam Rochiati Wiriaatmaja (2005:139) bahwa “…. the ideal model for data collection and analysis is one that interweaves them form the beginning”. Ini berarti model ideal dari pengumpulan data dan analisis adalah yang secara bergantian berlangsung sejak awal.
Kegiatan analisis data akan dilakukan mengacu pada pendapat Rochiati Wiriaatmaja, (2005:135-151) dengan melakukan catatan refleksi, yakni pemikiran yang timbul pada saat mengamati  dan merupakan hasil proses membandingkan,  mengkaitkan atau menghubungkan data yang ditampilkan dengan data sebelumnya atau dengan teori-teori yang relevan.

G.        Rancangan Tindakan

Dalam PTS ini, rancangan tindakan yang akan dilakukan adalah pelatihan dalam bentuk workshop yang diikuti seluruh guru dan kegiatan bimbingan dalam praktek langsung di kelas (khusus dilaksanakan untuk 3 orang guru yang menjadi subyek penelitian). Secara rinci tindakan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut
1.      Mengadakan workshop pengembangan PAKEM yang diikuti seluruh guru SMPN 2 Cikeusik. Kegiatan ini bertujuan: a) Meningkatkan pemahaman Guru SMPN 2 Cikeusik  dalam mengembangkan PAKEM; b) Meningkatkan keterampilan Guru SMPN 2 Cikeusik  dalam mengembangkan PAKEM;
2.      Membimbing guru untuk membuat persiapan mengajar (RPP) berbasis pendekatan PAKEM. Dalam PTS ini difokuskan terhadap 3 orang guru yang menajdi subyek penelitian.
3.      Mengamati kegiatan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran berbasis pendekatan PAKEM (dalam PTS ini difokuskan terhadap 3 orang guru yang menajdi subyek penelitian)   
4.      Mengadakan refleksi (diskusi antara peneliti/kepsek dengan guru yang diamati) tentang kelebihan dan kekurangan kegiatan pembelajaran berbasis pendekatan PAKEM yang telah dilaksanakan dan mencoba membuat formula untuk pelaksanaan siklus  berikutnya.

sumber : http://ainamulyana.blogspot.co.id/