Selasa, 31 Desember 2013

MENUJU GURU (YANG) PROFESIONAL


Seorang guru yang profesional dituntut untuk dapat bersosialisasi dengan baik

Berbicara profesi guru memang tidak pernah ada habisnya. Hal ini dikarenakan guru memiliki banyak tugas. Berbagai tugas tersebut adalah mengajar, mendidik dan melatih. Mengajar artinya meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, mendidik maksudnya adalah meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, sedangkan melatih memiliki arti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada peserta didik.
Jadi, seorang guru dituntut mampu menyelaraskan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam pembentukan kualitas siswa. Dengan kata lain, mengajar memerlukan bahan ajar dalam bentuk ilmu pengetahuan. Prosesnya dilakukan dengan memberikan contoh kepada siswa atau mempraktekkan keterampilan tertentu atau menerapkan konsep yang diberikan kepada siswa agar menjadi kecakapan yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Mendidik sangat berkaitan dengan moral dan kepribadian. Jika ditinjau dari segi proses, maka mendidik berkaitan dengan memberikan motivasi untuk belajar dan mengikuti ketentuan atau tata tertib yang telah menjadi kesepakatan bersama. Oleh karena itu, mendidik lebih menekankan pada nilai-nilai keteladanan dan pembiasaan.
Sementara itu, melatih berkaitan erat dengan keterampilan atau kecakapan hidup. Dalam melaksanakan tugas melatih ini, secara langsung guru menjadi contoh (model) dan teladan dalam hal moral dan kepribadian.
Guru merupakan sosok yang wajib “digugu lan ditiru”.  Guru menjadi contoh dan suri tauladan bagi siapa pun, terkhusus murid-muridnya di sekolah. Guru tidak boleh melakukan kegiatan dengan semaunya, seenaknya dan sekenanya.
Hal ini dikarenakan segala tindakan guru selalu ditiru oleh anak didiknya, semua gerak-gerik guru dicontoh oleh para muridnya. Bahkan telah terungkap dalam pepatah “Guru Kencing Berdiri Murid Kencing Berlari”. Tentu pepatah ini tidak sekedar pepesan omong kosong tetapi memberikan nilai pembelajaran yang luar biasa bagi kita semua. Bagaimana kelakuan muridnya, kalau  gurunya saja kencing berdiri (tentu kita harus mengambil makna tersiratnya).
Oleh karena itu, untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik dan membangun kualitas siswa diperlukan guru yang profesional. Bagaimana guru yang profesional itu? Mengacu pada Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen (pasal 1) dinyatakan bahwa: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.
Guru profesional akan tercermin dalam penampilan pelaksanaan tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode pembelajaran. Keahlian yang dimiliki oleh guru profesional adalah keahlian yang diperoleh melalui suatu proses pendidikan dan pelatihan yang diprogramkan secara khusus.
Keahlian tersebut mendapat pengakuan formal yang dinyatakan dalam bentuk sertifikasi, akreditasi, dan lisensi dari pihak yang berwenang (dalam hal ini pemerintah dan organisasi profesi).
Guru yang profesional adalah orang yang memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidan keguruan (pembelajaran) sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai seorang pembelajar dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain pembelajar profesional adalah  orang yang terdidik dan terlatih dengan baik dan memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya, artinya seorang pembelajar telah memperoleh pendidikan formal serta menguasai berbagai strategi dalam kegiatan belajar mengajar, selain itu pembelajar yang profesional juga harus menguasai landasan-landasan pendidikan yang tercantum dalam kompetensi.
Kemudian pada bab II Undang-undang nomor 14 tahun  2005 guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional tersebut dibuktikan dengan sertifikat pendidik.
Pada bab II pasal 7 diungkapkan bahwa profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip: memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia.
Di samping itu, untuk menjadi seorang yang profesional, guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik tersebut diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat.
Sementara itu, kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Dengan demikian dapat ditarik benang merah  bahwa seorang guru yang profesional sangat dituntut untuk dapat menguasai materi secara mendalam, struktur, konsep, dan metode keilmuan yang koheren dengan materi ajar, hubungan konsep antar mata pelajaran terkait, dan mampu menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
Di samping itu, guru yang profesional harus senantiasa berusaha secara terus menerus memperbaiki kualitas pembelajarannya melalui pengembangan kemampuan mengajarnya, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pada penilaian pembelajaran. Guru yang profesional juga harus memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
Kemudian, guru yang profesional juga harus mengembangkan kemampuan diri pribadi yang berkaitan dengan kehidupan sosial, karena sesungguhnya guru juga bagian dari anggota masyarakat juga. Seorang guru yang profesional dituntut untuk dapat bersosialisasi dengan baik.
Guru yang profesional wajib memiliki sertifikat pendidik. Sertifikat pendidik ini dapat diperoleh dengan cara pemberian secara langsung (PL),  jalur portofolio (PF), jalur Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) maupun jalur Pendidikan  Profesi Guru (PPG).
Sedangkan proses sertifikasi guru telah dimulai sejak tahun 2007 untuk kuota tahun 2006 & 2007 hingga sekarang. Namun, dengan dinamika yang ada, sejak tahun 2011 sertifikasi guru  lebih banyak didominasi oleh peserta melalui jalur PLPG. Dengan lulus sertifikasi guru serta telah mendapatkan sertifikat pendidik maka seorang guru dapat dinyatakan telah menuju guru profesional.
Di Rayon 141 Universitas Muhammadiyah Surakarta, untuk tahun 2013 berhasil memberikan sertifikat pendidik kepada 840 guru yang lulus PLPG. Mereka siap Menuju Guru (yang) Profesional dan bergabung dengan lebih dari 1 juta guru Indonesia yang telah memiliki sertifikat pendidik sebagai guru profesional yang harus lebih giat dan lebih galak dalam memajukan pendidikan di negeri ini. Selamat Menuju Guru Profesional, Bagimu Negeri Jiwa Raga Kami.
OLEH : Anam Sutopo
Kepala Public Relations/Dosen UMS

Kamis, 05 Desember 2013

Suara anak-anak suku pedalaman di "Sokola Rimba"

Suara anak-anak suku pedalaman di
Aktris Prisia Nasution berperan sebagai Butet, guru bagi anak-anak rimba, dalam film "Sokola Rimba" produksi Miles Production tahun 2013. Film "Sokola Rimba" mulai tayang pada 21 November 2013. (Miles Production)
 Ini adalah suara kecil dari pedalaman rimba di Jambi, semoga bisa terdengar luas.
Jakarta (ANTARA News) - Produser Mira Lesmana dan penulis skenario Riri Riza ingin menyampaikan suara anak-anak suku pedalaman Hutan Bukit Duabelas, Jambi, lewat film yang diadaptasi dari buku "Sokola Rimba." 

"Ini adalah suara kecil dari pedalaman rimba di Jambi, semoga bisa terdengar luas," kata Mira sebelum pemutaran perdana film "Sokola Rimba" di Jakarta, Selasa (12/11).
Kisah Butet Manurung, antropolog penerima penghargaan Time Asia Hero 2004, saat menjadi guru bagi anak-anak rimba dalam film itu memang tidak persis sama dengan cerita dalam buku "Sokola Rimba".
Riri Riza hanya menuangkan aspek-aspek menarik dalam buku ke dalam film berdurasi 90 menit tersebut dan menambahkan dramatisasi serta tokoh rekaan ke dalamnya. 
Namun film itu tetap mengusung isi inti buku "Sokola Rimba", tentang kepedulian Butet pada kaum marjinal yang terdesak arus perubahan dan modernisasi.
Dalam film itu, Butet (Prisia Nasution) mencoba mengajarkan ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat rimba, seperti baca tulis dan berhitung, agar mereka tidak tergilas oleh tekanan dunia luar.
Ia bertemu dengan seorang anak bernama Nyungsang Bungo yang menunjukkan ketertarikan untuk belajar.
Bersama anak-anak lain seperti Beindah dan Nengkabau, Nyungsang Bungo melahap pelajaran dari Butet di sela kegiatan mereka di rimba.
Upaya Butet tidak sepenuhnya mulus karena masih banyak kelompok rimba yang percaya bahwa belajar baca tulis melanggar adat dan dapat menyebabkan malapetaka.
Film itu juga menggambarkan kehidupan orang rimba yang belum banyak diketahui, seperti ritual memanjat pohon untuk mengambil madu.

Proses Panjang
Proses pembuatan film "Sokola Rimba" terbilang panjang. 
Riri Riza harus lebih dulu meyakinkan Butet agar mengizinkan dia mengadaptasi buku "Sokola Rima" ke film.
Butet mengaku merasa senang sekaligus khawatir saat Riri dan Mira mengajukan keinginan untuk memfilmkan bukunya.
"Sampai aku yakin bahwa mereka mengerti dan berpihak serta bisa merasakan perjuangan orang rimba, aku akhirnya setuju. Tapi yang lebih penting lagi persetujuan dari rimba," kata Butet.
Difasilitasi oleh Butet dan organisasi Sokola, Riri beserta para kru lantas berkali-kali mengunjungi rimba sejak November tahun lalu untuk meminta izin, melakukan observasi dan beradaptasi dengan kehidupan rimba yang akan divisualisasikan dalam film.
Proses pengambilan gambar untuk film tersebut berlangsung selama tiga pekan.
Riri sengaja mengambil lokasi rimba dan mendapuk anak-anak rimba untuk berperan demi menghadirkan kisah yang otentik secara visual.
Murid-murid Butet pada era 2000-an menjadi inspirasi penciptaan karakter anak-anak di film, tapi anak-anak yang didapuk berperan menjadi diri mereka sendiri karena Riri menyesuaikan skenario dengan kehidupan mereka.
Sementara pemeran Butet jatuh pada aktris Prisia Nasution. Aktris kelahiran 1 Juni 1984 itu belajar bahasa rimba demi menghidupkan karakternya. 
Ada pula Rukman Rosadi yang berperan sebagai Bahar, rekan kerja Butet, dan Nadhira Suryadi menjadi Andit, sahabat Butet.
Visualisasi kehidupan rimba dalam film produksi Miles Production itu terwujud berkat kerja sama beberapa profesional seperti sinematografer Gunnar Nimpuno dan penata artistik Eros Eflin yang bekerja dengan Riri Riza di film "Petualangan Sherina".
Selain itu ada Aksan Sjuman yang menggarap musik film serta editor W. Ichwandiardono, yang sebelumnya mengerjakan film "Laskar Pelangi" dan "Sang Pemimpi".
Riri berharap film itu bisa membuka mata orang bahwa pendidikan di Indonesia tidak bisa disamaratakan di semua tempat.
"Indonesia itu kompleks, enggak bisa disamaratakan, pendidikan harus sama di antara orang desa, kota, atau rimba. Situasi film ini memperlihatkan hal itu," imbuhnya.

Editor: Maryati
COPYRIGHT © ANTARA 2013

Jumat, 29 November 2013

Kepsek yang Rajin Ngeblog Raup Ratusan Juta

Oleh : Deni Kurniawan As’ari
Humas ISPI
Dedi Dwitagama
Di kalangan blogger guru, nama Dedi Dwitagamasudah tidak asing.  Beliau seorang kepala sekolah yang kategori sangat langka. Mengapa? Karena ia suka dan aktif ngeblog di tengah banyaknya  kepala sekolah yang masih belum mengenal blog. Berbagai tulisannya dapat ditemui di blog pribadinya yang beralamat di www.dedidwitagama.wordpress.com. Sekretaris Kelompok Kerja Kepala SMK (K3SK) DKI Jakarta ini juga senang dunia fotografi. Berbagai hasil jepretan tangan dinginnya dapat diamati pada laman www.fotodedi.wordpress.com. Banyak foto-fotonya yang dimuat pada media cetak nasional.
Selain aktig ngeblog, peraih penghargaan utama Guru Era Baru-Acer GURARU Award 2012 itu juga menyebarkan virus ngeblognya kepada para guru dan murid-muridnya.  Menariknya, salah satu terobosan yang pernah ia lakukan adalah mewajibkan seluruh guru dan siswa di sekolah yang dipimpinnya untuk ngeblog. Bahkan pernah mengeluarkan kebijakan bahwa syarat untuk mengambil ijazah bagi siswa yang telah lulus minimal  harus mempublikasikan 100 tulisan di blognya masing-masing.
“Salah satu contoh yang menginspirasi saya, sekaligus menguatkan bahwa kampanye internet sehat bisa dimulai dari diri dan lingkungan kita, adalah apa yang telah dicapai oleh Bapak Dedi Dwitagama. Beliau adalah seorang kepala sekolah di SMK Negeri 36 Cilincing Jakarta, juga seorang blogger dan trainer yang berpengalaman. Lebih dari itu, beliau adalah seorang yang cerdas dalam memasyarakatkan internet sehat,” itulah pandangan dari Hatta Syamsuddin mengenai sosok ini.
Dedi Dwitagama bersama Pak SBY
Di tengah kesibukannya memimpin sekolah,  ia menulis di blog secara rutin, teratur dan terus menerus. Pastinya ia memiliki kiat khusus untuk melakukan hal tersebut. Sebagian besar blogger yang ada—-termasuk guru,  kebanyakan semangat di awal untuk kemudian memble di tengah jalan. Dedi bukan yang seperti itu. Baginya, menulis melalui blog (ngeblog) telah menjadi aktivitas rutin termasuk memberi pelatihan-pelatihan selain memimpin sekolah.
Disinilah point menariknya. Ada semacam blessing indisguiss. Ketika ia rajin ngeblog maka banyak dikenal orang dan kemudian  sering diminta untuk menjadi narasumber.  Nah, dengan seringnya tampil sebagai narasumber itulah pundi-pundi rupiah hingga ratusan juta rupiah ia peroleh setiap tahunnya.
Dedi Dwitagama yang lahir di Jakarta memulai pendidikan di  SD Mekarsari, Kebayoran Baru Jakarta Selatan tahun 1976 kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 19, Kebayoran Baru Jakarta dan selesai tahun 1979.  Pendidikan SMA-nya ia selesaikan di SMA Negeri 35 Jakarta tahun 1983.  Gelar Diploma III Pendidikan Matematika  beliau capai di IKIP Jakarta tahun 1987. Tak puas dengan diploma pada tahun 1995 gelar Sarjana Pendididkan (S.Pd.) diselesaikannya di Pendidikan Matematika FP.MIPA IKIP Jakarta. Dua tahun kemudian ia berhasil menyelesaikan  Magister Manajeman SDM pada STIE IPWI Jakarta tahun 1998. Rupanya Dedi memiliki semangat  belajar yang tinggi sehingga  tahun 2001 berhasil pula ia selesaikan Magister Sains Matematika Industri pada Jurusan Statistik di ITS Surabaya.
Penulis Buku Mengenal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini telah banyak meraih prestasi. Ia merupakan peraih penghargaan utama Guru Era Baru – Acer GURARU Award (2012), Nominator Blog Pendidikan terbaik Indonesia, Pesta Blogger Nasional, Jakarta (2011),  Juara 3 Kepala Sekolah Berprestasi tingkat Provinsi DKI Jakarta (2008), Juara 1 Kepala Sekolah Berprestasi tingkat Jakarta Pusat (2008), Juara 2 e-Learning Award tingkat Nasional, Pustekkom Depdiknas RI, Oktober (2008), Juara 3 Kompetisi blog “I Love Mobile Blogging”: XL dan Dagdigdug, FKI – JHCC Jakarta  (2008),  Juara 1 Guru Berprestasi tingkat Provinsi DKI Jakarta, Jakarta (2004), Juara 1 Guru Berprestasi tingkat Jakarta Pusat, Jakarta (2004), Juara 2 Guru Berprestasi tingkat Jakarta Pusat, Jakarta (2003), Juara harapan 1 Pembacaan Pembukaan UUD 1945, Jakarta (1987),  Juara 2 Menyanyi Keroncong se-DKI dan Jabar, Jakarta (1986), Juara harapan 1 Lomba Baca Puisi se-DKI Jakarta, Jakarta (1986),  Juara 3 Puitisasi Al Quran se-Jabotabek, Jakarta (1985), Juara harapan 2 Paduan Suara tingkat SLTP se-Jawa, Bandung (1978), Juara 1 Deklamasi se DKI Jakarta, Jakarta (1976), Juara ke-1 Menyanyi se kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta (1975), Juara 2 Deklamasi se-Jakarta Selatan (1974).
Dengan mencermati jejak ngeblognya disertai capaian prestasinya itu maka redaksi web ISPI mengapresiasi tokoh ini sebagai salah satu sarjana pendidikan inspiratif. Semoga kiprah beliau akan memberi motivasi kepada sarjana pendidikan lain untuk berkarya dan berprestasi sesuai bidangnya masing-masing
Berikut petikan wawancara redaksi ISPI dengan beliau.
Kapan pertama kali ngeblog? Dan siapa yang pertama kali mengalkan bapak untuk ngeblog?
Pertama ngeblog 2005 diperkenalkan oleh adik saya Agus Sampurno pemilik blog guru kreatif
Apa yang memotivasi bapak untuk ngeblog?
Mencatat kenangan, ide, berbagi gembira dan bahagia atau menuliskan sesuatu yang tak bisa dikatakan dalam kehidupan profesional karena hambatan birokrasi
Bagaimana mengatur waktu untuk ngeblog, mengingat bapak seorang kepsek yang sangat sibuk?
Saya ngeblog sambil meeting, atau dimanapun saat saya mendapat akses internet atau wifi
Setelah lama melakukan aktivitas ngeblog, manfaat apa yang diperoleh selama ini?
Banyak sekali, saya bertemu banyak teman baru, diundang ke berbagai forum di dalam maupun di luar negeri, peroleh penghasilan ratusan juta rupiah per tahun dari blog
Selain ngeblog, bapak juga aktif mendorong para guru dan siswa untuk ngeblog. Apa tujuan bapak melakukan hal tersebut?Agar aktifitas di sekolah bisa dikabarkan untuk di duplikasi guru lain di sekolah lain, atau kenangan buat murid yg bisa dinikmati puluhan tahun setelah mereka lulus, bahkan bisa dijadikan buku
Apa kiat-kiatnya agar tetap konsisten ngeblog?
Menulis aja tentang apa yang mau saya tulis, tak perlu berfikir bagus atau jelek
Menurut bapak, siapa lagi guru di Indonesia yang aktif ngeblog seperti bapak?
Banyak, diantaranya wijaya kusumah, namin AB, bayu sulis, mugiyarti, umairoh, rydy hilkya, urip, agus sampurno, syaukani, dsb
Apakah bapak tidak ada keinginan untuk mendirikan organisasi blogger guru untuk lebih memotivasi para guru Indonesia untuk ngeblog (menulis)?
Sudah, kami membuat KOMUNITAS SEJUTA GURU NGEBLOG (KSGN), ada twitter, fesbuk dan blognya, kami sudah mengadakan 8 kali pelatihan di berbagai kota di Indonesia, gratis

Kepsek yang Rajin Ngeblog Raup Ratusan Juta

Oleh : Deni Kurniawan As’ari
Humas ISPI
Dedi Dwitagama
Di kalangan blogger guru, nama Dedi Dwitagamasudah tidak asing.  Beliau seorang kepala sekolah yang kategori sangat langka. Mengapa? Karena ia suka dan aktif ngeblog di tengah banyaknya  kepala sekolah yang masih belum mengenal blog. Berbagai tulisannya dapat ditemui di blog pribadinya yang beralamat di www.dedidwitagama.wordpress.com. Sekretaris Kelompok Kerja Kepala SMK (K3SK) DKI Jakarta ini juga senang dunia fotografi. Berbagai hasil jepretan tangan dinginnya dapat diamati pada laman www.fotodedi.wordpress.com. Banyak foto-fotonya yang dimuat pada media cetak nasional.
Selain aktig ngeblog, peraih penghargaan utama Guru Era Baru-Acer GURARU Award 2012 itu juga menyebarkan virus ngeblognya kepada para guru dan murid-muridnya.  Menariknya, salah satu terobosan yang pernah ia lakukan adalah mewajibkan seluruh guru dan siswa di sekolah yang dipimpinnya untuk ngeblog. Bahkan pernah mengeluarkan kebijakan bahwa syarat untuk mengambil ijazah bagi siswa yang telah lulus minimal  harus mempublikasikan 100 tulisan di blognya masing-masing.
“Salah satu contoh yang menginspirasi saya, sekaligus menguatkan bahwa kampanye internet sehat bisa dimulai dari diri dan lingkungan kita, adalah apa yang telah dicapai oleh Bapak Dedi Dwitagama. Beliau adalah seorang kepala sekolah di SMK Negeri 36 Cilincing Jakarta, juga seorang blogger dan trainer yang berpengalaman. Lebih dari itu, beliau adalah seorang yang cerdas dalam memasyarakatkan internet sehat,” itulah pandangan dari Hatta Syamsuddin mengenai sosok ini.
Dedi Dwitagama bersama Pak SBY
Di tengah kesibukannya memimpin sekolah,  ia menulis di blog secara rutin, teratur dan terus menerus. Pastinya ia memiliki kiat khusus untuk melakukan hal tersebut. Sebagian besar blogger yang ada—-termasuk guru,  kebanyakan semangat di awal untuk kemudian memble di tengah jalan. Dedi bukan yang seperti itu. Baginya, menulis melalui blog (ngeblog) telah menjadi aktivitas rutin termasuk memberi pelatihan-pelatihan selain memimpin sekolah.
Disinilah point menariknya. Ada semacam blessing indisguiss. Ketika ia rajin ngeblog maka banyak dikenal orang dan kemudian  sering diminta untuk menjadi narasumber.  Nah, dengan seringnya tampil sebagai narasumber itulah pundi-pundi rupiah hingga ratusan juta rupiah ia peroleh setiap tahunnya.
Dedi Dwitagama yang lahir di Jakarta memulai pendidikan di  SD Mekarsari, Kebayoran Baru Jakarta Selatan tahun 1976 kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 19, Kebayoran Baru Jakarta dan selesai tahun 1979.  Pendidikan SMA-nya ia selesaikan di SMA Negeri 35 Jakarta tahun 1983.  Gelar Diploma III Pendidikan Matematika  beliau capai di IKIP Jakarta tahun 1987. Tak puas dengan diploma pada tahun 1995 gelar Sarjana Pendididkan (S.Pd.) diselesaikannya di Pendidikan Matematika FP.MIPA IKIP Jakarta. Dua tahun kemudian ia berhasil menyelesaikan  Magister Manajeman SDM pada STIE IPWI Jakarta tahun 1998. Rupanya Dedi memiliki semangat  belajar yang tinggi sehingga  tahun 2001 berhasil pula ia selesaikan Magister Sains Matematika Industri pada Jurusan Statistik di ITS Surabaya.
Penulis Buku Mengenal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini telah banyak meraih prestasi. Ia merupakan peraih penghargaan utama Guru Era Baru – Acer GURARU Award (2012), Nominator Blog Pendidikan terbaik Indonesia, Pesta Blogger Nasional, Jakarta (2011),  Juara 3 Kepala Sekolah Berprestasi tingkat Provinsi DKI Jakarta (2008), Juara 1 Kepala Sekolah Berprestasi tingkat Jakarta Pusat (2008), Juara 2 e-Learning Award tingkat Nasional, Pustekkom Depdiknas RI, Oktober (2008), Juara 3 Kompetisi blog “I Love Mobile Blogging”: XL dan Dagdigdug, FKI – JHCC Jakarta  (2008),  Juara 1 Guru Berprestasi tingkat Provinsi DKI Jakarta, Jakarta (2004), Juara 1 Guru Berprestasi tingkat Jakarta Pusat, Jakarta (2004), Juara 2 Guru Berprestasi tingkat Jakarta Pusat, Jakarta (2003), Juara harapan 1 Pembacaan Pembukaan UUD 1945, Jakarta (1987),  Juara 2 Menyanyi Keroncong se-DKI dan Jabar, Jakarta (1986), Juara harapan 1 Lomba Baca Puisi se-DKI Jakarta, Jakarta (1986),  Juara 3 Puitisasi Al Quran se-Jabotabek, Jakarta (1985), Juara harapan 2 Paduan Suara tingkat SLTP se-Jawa, Bandung (1978), Juara 1 Deklamasi se DKI Jakarta, Jakarta (1976), Juara ke-1 Menyanyi se kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta (1975), Juara 2 Deklamasi se-Jakarta Selatan (1974).
Dengan mencermati jejak ngeblognya disertai capaian prestasinya itu maka redaksi web ISPI mengapresiasi tokoh ini sebagai salah satu sarjana pendidikan inspiratif. Semoga kiprah beliau akan memberi motivasi kepada sarjana pendidikan lain untuk berkarya dan berprestasi sesuai bidangnya masing-masing
Berikut petikan wawancara redaksi ISPI dengan beliau.
Kapan pertama kali ngeblog? Dan siapa yang pertama kali mengalkan bapak untuk ngeblog?
Pertama ngeblog 2005 diperkenalkan oleh adik saya Agus Sampurno pemilik blog guru kreatif
Apa yang memotivasi bapak untuk ngeblog?
Mencatat kenangan, ide, berbagi gembira dan bahagia atau menuliskan sesuatu yang tak bisa dikatakan dalam kehidupan profesional karena hambatan birokrasi
Bagaimana mengatur waktu untuk ngeblog, mengingat bapak seorang kepsek yang sangat sibuk?
Saya ngeblog sambil meeting, atau dimanapun saat saya mendapat akses internet atau wifi
Setelah lama melakukan aktivitas ngeblog, manfaat apa yang diperoleh selama ini?
Banyak sekali, saya bertemu banyak teman baru, diundang ke berbagai forum di dalam maupun di luar negeri, peroleh penghasilan ratusan juta rupiah per tahun dari blog
Selain ngeblog, bapak juga aktif mendorong para guru dan siswa untuk ngeblog. Apa tujuan bapak melakukan hal tersebut?Agar aktifitas di sekolah bisa dikabarkan untuk di duplikasi guru lain di sekolah lain, atau kenangan buat murid yg bisa dinikmati puluhan tahun setelah mereka lulus, bahkan bisa dijadikan buku
Apa kiat-kiatnya agar tetap konsisten ngeblog?
Menulis aja tentang apa yang mau saya tulis, tak perlu berfikir bagus atau jelek
Menurut bapak, siapa lagi guru di Indonesia yang aktif ngeblog seperti bapak?
Banyak, diantaranya wijaya kusumah, namin AB, bayu sulis, mugiyarti, umairoh, rydy hilkya, urip, agus sampurno, syaukani, dsb
Apakah bapak tidak ada keinginan untuk mendirikan organisasi blogger guru untuk lebih memotivasi para guru Indonesia untuk ngeblog (menulis)?
Sudah, kami membuat KOMUNITAS SEJUTA GURU NGEBLOG (KSGN), ada twitter, fesbuk dan blognya, kami sudah mengadakan 8 kali pelatihan di berbagai kota di Indonesia, gratis

Minggu, 24 November 2013

KADO BUAT HARI ULANG TAHUN GURU



picture-003Tidak terasa sudah enam belas tahun Hari Ulang Tahun Guru diperingati tetapi kemajuan pendidikan di negeri ini seperti jalan di tempat. Banyak pendapat bermunculan mulai dari level paling rendah sampai Bapak Menteri memberi pendapat tentang pendidikan di negeri ini. Apa sebab utama sehingga kemajuan pendidikan sulit didapat ? Pertanyaan yang klise dari tahun ke tahun.
Melalui tulisan ini saya mencoba memberi pencerahan kepada korps saya sendiri yaitu bapak dan ibu guru. Iseng-iseng saya menyebarkan angket kepada murid-murid saya tentang pandangan mereka terhadap performa bapak dan ibu guru yang mengajar ? Angket itu berisi 3 pertanyaan, yaitu 1) Apakah anda tertarik dalam mengikuti pelajaran, 2) Apa yang paling membuat anda tidak tertarik dalam mengikuti pelajaran ?, 3) Metode apa yang paling sering dipakai guru dalam mengajar ? 
Sebuah angket yang mungkin sangat jauh dari segi kevalidan dan realiabel. Angket tersebut adalah angket terbuka dengan jawaban yang bebas. Hasil dari angket tersebut saya rangkum sebagai berikut :
Untuk pertanyaan pertama :
85% anak mengatakan tidak tertarik mengikuti pelajaran
10% anak mengatakan cukup tertarik
hanya 5% anak mengatakan tertarik.
Untuk pertanyaan kedua :
70% anak mengatakan bosan dengan cara guru mengajar
10% anak mengatakan pelajarannya sulit
8% anak mengatakan gurunya tidak asyik
12% anak mengatakan tidak tahu
Untuk pertanyaan ketiga :
95% anak mengatakan guru mengajar dengan metode ceramah
5% anak mengatakan guru mengajar dengan metode selain ceramah.
Mengacu pada hasil angket di atas, kita tentu prihatin dengan kondisi tersebut. Jangan kita menyalahkan anak yang tidak mau belajar karena cara mengajar kita tidak menarik dan disukai anak. Sangat maklum jika prestasi anak-anak didik kita bukan semakin baik tetapi semakin mundur. Itu kondisi riil di sekolah kita. Mari kita benahi. Selamat Hari Ulang Tahun Bapak dan Ibu Guru, ini kado buat kalian

Senin, 28 Oktober 2013

Potret Buram Pendidikan



Sebelum w bercerita soal kegiatan yang satu ini, mau ucapin terima kasih kepada teman-teman dari Indonesia Berkibar (ID Berkibar) untuk kesempatannya jadi volunteer walaupun sebenarnya ada misskomunikasi
Dan tulisan ini w persembahkan untuk semua para pembesar negara ini terutama di Propinsi Jawa Barat karena walaupun daerahnya maju atau modern tapi masih banyak yang belum tersentuh seperti yang w dan temen-temen dari ID Berkibar, Dompet Duaha, Komunitas Taft Diesel Indonesia, Scholarship CIMB Niaga.
Selamat membayangkan tulisan ini semoga dapat menyalurkan kepada orang atau badan yang memang bertugas untuk menyelesaikan masalah ini.
Hari ini 27 Oktober 2013 w akan ngebolang bersama teman-teman dari ID Berkibar dan beberapa volunter ke Purwakarta, w berangkat dr rumah pkl 05.40 naik taksi (ngejar coy karena Jakarta ditutup ada acara lomba Jakarta Marathon) bluebird nomor pintu MME-4064 dengan sopir bernama Pak Anthony P
Rute w kali ini adalah dari rumah di kawasan Taman Galaxy ke Wijaya II dimulai dari pintu tol Jatibening lanjut keluar telusuri kawasan Gatot Subroto namun nyampe di Pancoran w dibuang ke kiri karena ditutup ama petugas namun petugas tidak kasih solusi dan berakhir dengan kemacetan aarrrgg

Akhirnya setelah jalan muter-muter sekitar Jakarta Selatan, ketemu juga dan sempet ngobrol-ngobrol dengan temen-temen yang udah datang duluan.
Dan pukul 08.53 berangkat dan takjub karena berangkat pake Daihatsu Taft 4x4 (berasa kayak indiana jones) dari komunitas Daihatsu Taft Diesel Indonesia walau sempet isi bensin dulu dan masuk tol JORR secara konvoi coy hehehehe…






Begitu nyampe KM 19 karena mobil w yg numpang ada dikit bocor setelah fix sana-sini pas pukul 10.05 keluar dari rest area dan lanjut kembali perjalanan
Pas pukul 11.03 sampai di Tol Jatiluhur setelah kelalang keliling bahkan sempet dua kali salah jalan eh kali ini satu mobil lagi error karena korslet alarm (kapan nyampenyaaa)




Akhirnya 13.30 nyampe juga di SMP 3 makan siang terus lanjut ada yang jaga di sekolahnya kasih materi kepada guru ada juga yang ikut semarakkan bersama anak-anak
Mau tau ga, kalau anak-anak ini  yang akan w dan temen-temen volunterr akan kunjungi itu bersekolah hanya ada dua pilihan yaitu lewat darat dengan cara jalan kaki sejauh 7 kilometer atau dengan lauut menggunakan perahu beda sekali ya dengan anak sekolah di Jabodetabek yang dikit-dikit diantar supir ke sekolah

Namun ada yang menarik dan bisa di jadikan objek wisata adalah ketika jalan darat menuju pelabuhan untuk menaiki perahu ke tempat SD disamping gambar ini ada banyak batu-batu yang boleh dibilang seperti kayak di Propinsi Bangka-Belitung ga percaya lihat gambar-gambar ini.. walau ada beberapa banyak coretan (yaaa.. Indonesia gitu loh, kreatifnya tinggi bang-ett)














Sebagian para volunteer dari ID Berkibar, CIMB Niaga dan Dompet Duafa menemani para anak-anak sekolah tersebut yang berjumlah sekitar 45 orang.

sementara para voluenter bermain dengan anak ada juga yang membereskan goodie bag untuk para siswa dan sebagian lagi berinteraksi dengan para orangtua murid.
Anak-anak ini pun sangat menikmati dengan apa yang temen-temen volunteer berikan berupa permainan kelompok, nyanyi dan yel-yel yang mungkin mereka belum pernah mereka dapatkan sebelum kedatangan kami.




Sementara para anak bermain, w pun iseng-iseng berhadiah berawal dari nyari colokan listrik untuk handphone dan ketemu di ruang guru, dan kebetulan w berkenalan dengan para guru dan dari situlah semua tentang sekolah ini pun mengalir

Dimulai dari kondisi toilet yang tidak berguna dan membuat timbul pertayaan bagaimana para siswa ini untuk buang air dan tau apa yang diucapkan para guru ini kalau para siswa ini ingin buang air kecil hanya ada dua yaitu di kebun (whaatt) dan di rumah dinas guru depan sekolah
Kemudian sang guru ini pun bercerita tentang kondisi sekolah gimana memprihatinkan bahkan ruang kelas pun hanya tiga ruangan yang dibagi dua untuk menunjang 6 enam kelas termasuk latar belakang pendidikan daripada sang guru yang menurut w sangat miris banget… sumpah











Bahkan sang guru pun bercerita bagaimana sistem pendidikan termasuk materi-materi yang sangat beda kelas dengan yang ada di kota dalam hal ini seperti Ujian Nasional, bahkan ketika ditanya bagaimana Dinas Pendidikan memperhatikan mereka, sang guru mengatakan bahwa materi dari Diknas hanya diberikan pada saat tengah semester.

Latar belakang pendidikan serta jenjang karir di SD ini pun prihatin bayangkan hanya ada dua yang tetap satu sedang menjalani sidang untuk menjadi tetap pada 2 November mendatang, sarjana pun hanya ada dua dan satu sedang terancam menuju ke sana... miris teman !!
Hari menjelang gelap membuat w dan teman-teman harus kembali ke tempat check point pertama ketika sampai dan kami pun berpamitan dengan para anak-anak ini ditambah suasana dengan rintik-rintik hujan.

W sangat haru ketika seorang teman mengatakan bahwa anak-anak ini sempat menangis ketika kita mau pulang bahkan mereka melambaikan tangan sambil berkata, “terima kasih kaka, semoga panjang umur, hati-hati di jalan, kapan-kapan ketemu lag,”
Akhirnya w memilih menggunakan perahu kembali untuk balik ke tempat awal datang, ketika menuju ke tempat perahu w menemukan sejumlah anak yang juga akan pulang dengan perahu yang mereka bawa ada sekitar 5-6 orang, dan lagi-lagi haru ketika mereka pulang mereka melambaikan tangan sambil berkata “dadaag kaka… terima kasih kaka hati-hati di jalan” kami pun melambaikan tangan sambil titip salam untuk orang terkasih mereka di jalan.


Sampai di check point pertama ketika kedatangan, akhirnya bisa selonjoran dan sedikit mendengar cerita dari Pak Imam Prasodjo, sosiolog UI yang setiap akhir pekan selalu tinggal di kawasan tersebut bahka w sempat photo bersama dan disamping beliau
Setelah ngobrol-ngobrol dan menunggu teman-teman yang pulang dengan jeep ini agak telat karena ada kendala teknis, setelah berkumpul semua tiba lah untuk kembali ke Jakarta, namun kali ini harus terpecah karena mungkin sudah seharian, w yang naik mobil om David harus pindah dikarenakan om David tidak mampir ke Wijaya.
Tepat pukul 19.12 balik Jakarta cukup lancar walau berhati-hati karena jalanan abis basah karena hujan dan ketika masuk tol kami pun berpisah dengan om David dan om Gembong yang kembali ke Bogor
Dan tinggalah rombongan om Bustom, om Dendy dan om Ical secara beririgan jalan bersama dan saling berkomunikasi dengan radio HT penuh dengan candaan dan celaan huahaha…
Karena laper setelah hanya diganjal makan siang pada pukul  21.27 pun menyepi sebentar untuk nyari makan di rest area dan makan lah kami bersama dalam satu meja di AW..
Setelah kenyang perjalanan pun kembali dan kini hanya mengisahkan dua mobil yaitu om David da nom Dendy karena om Ical memutuskan untuk tidak kembali ke Grand Wijaya dan di rest area 42 kami berpisah dan tidak ada komunikasi lewat radio HT dan kembali senyap dan hening hingga sampai di Grand Wijaya.
Sesampainya di Grand Wijaya, Om Bustom langsung tancap pulang dan kami turun di luar komplek wijaya, setelah ngobrol bentar akhirnya mas Ilham dan temannya mengantar dua teman perempuan volunteer menuju simprug dan kalibata.
Sedangkan w ? yang terpaksa nyari taksi tapi sebelum itu w mampir dulu ke minimarket buat beli air mineral karena haus coy.

Setelah dari minimarket, pukul 23.32 w dapatkan taksi dan langsung menuju pulang, pada pukul 00.30 nyampe juga dirumah dan setelah cuci muka segalanya langsung tepar !!
Lewat tulisan ini mau ucapin terima kasih buat teman-teman ID Berkibar atas kesempatannya untuk melihat langsung kondisi pendidikan yang terjadi di Purwakarta yang berdasarkan laporan warga, bisa kenalan dengan teman-teman dompet duafa, CIMB Niaga, Mas Shafiq Pontoh…


Hmmm… setelah ini kira-kira abis ini apalagi yang akan di lakukan ID berkibar dan Mas Shafiq Pontoh ? tungguin aja yaa…
Dok http://helloangga.blogspot.com

@Lorcasz
Purwakarta, 281013 00:00