APA yang Anda rasakan jika tinggal di sebuah kampung kecil, di pelosok yang berbatasan dengan negara tetangga, Malaysia?. Melihat negeri tetangga jauh lebih makmur dari kampung halaman sendiri.
Begitulah yang dirasakan seorang veteran perang konfrontasi Indonesia-Malaysia tahun 1960-an, Hasyim (diperankan Fuad Idris). Dia harus bersitegang dengan anak sendiri, Haris (diperankan Ence Bagus), yang mengajaknya pindah ke Malaysia demi kehidupan yang lebih baik.
Tapi, Haris bersikeras, dia pun mengajak anak keduanya, Salina yang diperankan Tissa Biani Azzahra. Putranya, Salman yang diperankan Osa Aji Santoso, memilih tinggal bersama sang kakek.
Selama ditinggal anaknya ke Malaysia, Hasyim banyak mengajarkan mengenai kecintaan terhadap negeri kepada cucunya sendiri. Bahkan, sekalipun pemerintah tak memberikan apapun kepada dirinya.
Setting lokasi yang diambil di Desa Kedokok, Ngabang, Kalimantan Barat itu memang terlihat menyatu dengan cerita. Sangat pelosok dan jauh dari kemajuan pendidikan dan teknologi di Kota Jakarta. Anak-anak di pelosok ini tidak ada yang bisa menggambar bendera merah putih dan selalu menyanyikan lagu Koes Ploes “Kolam Susu”, yang dianggap sebagai lagu kebangsaan mereka.
Cerita semakin kuat dengan kehadiran guru dan dokter yang datang dari Jawa. Guru muda itu bernama Astuti (diperankan Astri Nurdin) dan dokter Anwar (diperankan Ringgo Agus Rahman).
Di akhir cerita, Astuti, Anwar, dan Salman mengantar Hasyim ke rumah sakit kota. Di tengah perjalanan sebelum meninggal, Hasyim berpesan kepada Salman agar tidak melupakan negerinya. Sangat berbeda dengan Haris yang berada di negeri seberang, tengah bersorak sorai atas kemenangan tim sepakbola Malaysia atas Indonesia.
Film ini seolah mengkritik pemerintah yang bersikap tidak adil terhadap masyarakat yang tinggal di perbatasan. Dalam sebuah dialog, Haris mengatakan kepada ayahnya, Hasyim bahwa Malaysia adalah negara yang makmur. Tapi langsung dibantah Hasyim bahwa Indonesia lebih makmur. “Tapi itu di Jakarta, bukan di sini, daerah pelosok Kalimantan. Siapa yang mau perduli”.
Sekalipun tersudut, Hasyim tetap meyakinkan anaknya bahwa suatu saat nanti kampung halamannya juga akan mendapat perhatian yang sama. Entah sampai kapan.
Rencananya film ini akan ditayangkan di bioskop mulai tanggal 15 Agustus 2012, dua hari menjelang hari kemerdekaan Indonesia.
Produser
Deddy Mizwar
Gatot Brajamusti
Bustal Nawawi
Sutradara:
Herwin Novianto
Pemeran:
Osa Aji Santoso
Fuad Idris
Ence Bagus
Astri Nurdin
Tissa Biani Azzahra
Ringgo Agus Rahman
Andre Dimas Apri
(uky)
Begitulah yang dirasakan seorang veteran perang konfrontasi Indonesia-Malaysia tahun 1960-an, Hasyim (diperankan Fuad Idris). Dia harus bersitegang dengan anak sendiri, Haris (diperankan Ence Bagus), yang mengajaknya pindah ke Malaysia demi kehidupan yang lebih baik.
Tapi, Haris bersikeras, dia pun mengajak anak keduanya, Salina yang diperankan Tissa Biani Azzahra. Putranya, Salman yang diperankan Osa Aji Santoso, memilih tinggal bersama sang kakek.
Selama ditinggal anaknya ke Malaysia, Hasyim banyak mengajarkan mengenai kecintaan terhadap negeri kepada cucunya sendiri. Bahkan, sekalipun pemerintah tak memberikan apapun kepada dirinya.
Setting lokasi yang diambil di Desa Kedokok, Ngabang, Kalimantan Barat itu memang terlihat menyatu dengan cerita. Sangat pelosok dan jauh dari kemajuan pendidikan dan teknologi di Kota Jakarta. Anak-anak di pelosok ini tidak ada yang bisa menggambar bendera merah putih dan selalu menyanyikan lagu Koes Ploes “Kolam Susu”, yang dianggap sebagai lagu kebangsaan mereka.
Cerita semakin kuat dengan kehadiran guru dan dokter yang datang dari Jawa. Guru muda itu bernama Astuti (diperankan Astri Nurdin) dan dokter Anwar (diperankan Ringgo Agus Rahman).
Di akhir cerita, Astuti, Anwar, dan Salman mengantar Hasyim ke rumah sakit kota. Di tengah perjalanan sebelum meninggal, Hasyim berpesan kepada Salman agar tidak melupakan negerinya. Sangat berbeda dengan Haris yang berada di negeri seberang, tengah bersorak sorai atas kemenangan tim sepakbola Malaysia atas Indonesia.
Film ini seolah mengkritik pemerintah yang bersikap tidak adil terhadap masyarakat yang tinggal di perbatasan. Dalam sebuah dialog, Haris mengatakan kepada ayahnya, Hasyim bahwa Malaysia adalah negara yang makmur. Tapi langsung dibantah Hasyim bahwa Indonesia lebih makmur. “Tapi itu di Jakarta, bukan di sini, daerah pelosok Kalimantan. Siapa yang mau perduli”.
Sekalipun tersudut, Hasyim tetap meyakinkan anaknya bahwa suatu saat nanti kampung halamannya juga akan mendapat perhatian yang sama. Entah sampai kapan.
Rencananya film ini akan ditayangkan di bioskop mulai tanggal 15 Agustus 2012, dua hari menjelang hari kemerdekaan Indonesia.
Produser
Deddy Mizwar
Gatot Brajamusti
Bustal Nawawi
Sutradara:
Herwin Novianto
Pemeran:
Osa Aji Santoso
Fuad Idris
Ence Bagus
Astri Nurdin
Tissa Biani Azzahra
Ringgo Agus Rahman
Andre Dimas Apri